Kencan Pertama

34 6 0
                                    

Ini hari Minggu. Salah satu surga dunia bagi para penuntut ilmu. Karena hanya hari ini yang bisa membebaskan mereka dari jeratan tugas yang menumpuk.

Begitu pula bagi Riana. Ia baru bangun dari tidurnya ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi.
Riana turun dari ranjang, dan pergi ke kamar mandi yang ada di kamarnya, melakukan rutinitas paginya.

Lima belas menit kemudian, dengan baju rumahannya ia baru turun ke meja makan. "Pagi semua," ujarnya.

"Pagi," balas Rayhan.

"Papa udah pulang? Terus Bang Ilham sama Bang Rasya mana?" tanya Riana.
"Iya, baru sampe tadi subuh. Ilham sama Rasya mungkin masih tidur. Kecapekan mereka," jawab papanya.

"Kenapa aku gak diajak sih," cemberut Riana.

"Kamu harus sekolah Sa, lagian bentar lagi kan mau UTS," ujar Katharina.

Riana sibuk sarapan, tidak menanggapi ucapan mamanya lagi. Karena ucapan mamanya benar, sebentar lagi ujian tengah semester akan diadakan.

Ponsel Riana berbunyi. Ia meraih ponsel disamping piringnya. Ada pesan whatsaap. Ia membukanya, ternyata pesan dari Marvel, cowok yang sejak beberapa hari lalu menjadi pacarnya. Meskipun dengan paksaan cowok itu.

Marvel

Gue udah didepan rumah lo

"Haah," kejut Riana. Ia terkejut membaca chat dari Marvel.

"Kenapa Sa?" tanya mamanya yang ikut terkejut dengan seruan Riana.

"Hm, eh gak apa-apa Ma," jawabnya sekenanya.

Ngapain?

Mau ngajak lo jalan

Cepetan
Gue tunggu
Awas kalo gak mau

Ok
Tapi, jangan nunggu di depan rumah
Nanti ketahuan sama bokap nyokap
Di minimarket dekat rumah gue aja

Ok
Jangan lama

Riana menyudahi sarapannya, ia pamit pada papa dan mamanya. "Ma, Pa, aku mau pergi. Ada kerja kelompok di rumah Mellisa," bohongnya. Terpaksa ia membawa nama Mellisa, karena hanya Mellisa temannya yang dipercaya orang tuanya.

"Kok dadakan Sa, hari Minggu lagi. Ini kan weekend. Minggu depan kamu juga udah UTS kan," tanya Mamanya.

"Iya Ma, guruku majuin jadwal pengumpulan tugas," jawabnya.

"Yaudah, pulangnya jangan kesorean yaa."

"Iya Ma, aku ganti baju dulu yaa," pamit Riana.

Riana memakai atasan kaos putih lengan pendek, dilapisi cardigan navy lengan panjang, dipadukan dengan celana jins biru. Ia menggerai rambut sepunggungnya. Tak lupa merias wajahnya dengan riasan ringan.

Terakhir ia mengambil sling bag senada dari lemari, dan memakai flat shoes warna kulit.

Lima menit kemudian, ia baru siap dengan tampilannya.

"Mau Papa anter Sa?" tanya papanya ketika ia melewati ruang tamu. Papa sedang membaca koran ditemani secangkir kopi buatan mama. Rutinitas yang selalu dilakukan setiap weekend seperti ini.

Dan Katharina, mamanya itu sedang asik merawat bunga-bunga yang bermekaran di taman belakang rumah mereka.

"Gak usah Pa, aku naik taksi aja," tolak Riana.

Setipis Kertas (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang