Epilog

49 5 1
                                    

Setahun telah berlalu. Para mahasiswa baru tengah menikmati libur semester genap. Riana memutuskan kembali ke Jakarta. Pagi ini, Riana menikmati hari liburnya di taman dekat rumah. Ia bersepeda keliling taman. Kayuhannya terhenti saat terdengar bunyi dentingan dari ponselnya.

Riana mengeluarkan ponsel dari dalam saku trainingnya. Setelah dihidupkan, ada notifikasi dari email. Riana menekan aplikasi email di ponselnya. Ternyata, email itu dikirim oleh Tara, sekretaris osis angkatannya. Judul emailnya, "Undangan Reuni"

Sesaat Riana tercenung mendapati email undangan reuni itu. Kemudian, gadis itu memutuskan untuk membacanya. Isi emailnya singkat saja, Untuk mempererat tali silaturrahmi angkatan 2005 SMA Tunas Bangsa, maka akan diadakan reuni pada 8 Agustus 2008. Lalu dicantumkan juga dresscode yang harus dipakai. Serta acara apa saja yang akan dilaksanakan selama reuni.

Beberapa saat setelah email itu Riana baca, Mellisa langsung meneleponnya. Riana turun dari sepeda dan memilih duduk di kursi taman yang sengaja disediakan untuk pengunjung. Gadis itu menekan tombol hijau. Mendekatkan ponsel ke telinga. "Halo, Mel," sapanya.

"Lo datang ke reuni kan, Na," sambar Mellisa di ujung sana.

"Belum tau, Mel."

"Loh, kenapa? Datang aja, Na. Udah setahun kita nggak ketemu. Gue kangen banget nih sama lo," ujar Mellisa.

"Gue pikir-pikir dulu ya, Mel," ucap Riana.

"Usahain ya, Na. Kapan lagi coba, kita bisa ketemu kalau bukan di reuni," ucap Mellisa penuh pengharapan.

"Oke, Mel. Nanti gue kabarin lagi. Bye," ucap Riana menutup telepon.

Hilang sudah mood Riana untuk bersepeda. Ia bangkit dari duduk. Menghampiri sepeda, dan mengayuhnya menuju rumah. Sepanjang perjalanan, Riana mendengarkan lagu melalui headset yang disambungkan ke ponselnya.

Di rumah, Riana hanya mendapati para asisten rumah tangganya. Papanya sedang di kantor. Mama tengah bertugas di rumah sakit. Biasanya, Papa akan menjemput Mama dulu sebelum pulang. Paling cepat, mereka pulang menjelang maghrib. Abangnya, telah pindah ke rumah baru bersama istrinya. Pasti saat ini juga sedang di kantor.

Riana memutuskan untuk duduk di gazebo dekat kolam renang. Berharap angin yang berhembus sepoi-sepoi mampu menenangkan pikirannya. Tak berselang lama, Mbok Maryam mengantarkan jus jeruk pesanannya.

"Silahkan diminum, Non."

"Makasih ya, Mbok."

Riana meraih ponsel yang tadi diletakkan di sampingnya. Gadis itu membuka kembali email yang dikirimkan Tara tadi. Riana ragu papa akan mengizinkannya untuk pergi. Selama libur saja, ia jarang keluar rumah. Palingan hanya pergi ke taman yang berjarak beberapa meter saja dari rumah. Itu pun perlu perjuangan untuk meluluhkan hati papa.

*****

Makan malam berlangsung sepi. Hanya ada Riana, serta kedua orang tuanya di meja makan. Tak ada yang bersuara. Hanya denting sendok yang beradu dengan garpu lagu yang menghiasi malam itu. Setelah mengamati situasi, Riana membuka obrolan.

"Pa, Ma," panggil Riana. Kedua orang tuanya menoleh, menunggu gadis itu melanjutkan perkataannya.

"Tadi, Tara ngirim undangan reuni lewat email. Aku boleh ikut ke reuni, nggak?" tanyanya penuh harap.

"Untuk apa? Untuk kamu mengulang kesedihan lagi?" ujar Rayhan.

"Ada yang harus aku selesaikan, Pa," ucap Riana.

Setipis Kertas (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang