Sejak hari itu, kondisi Riana berangsur membaik. Kesehatannya pulih dengan cepat. Hubungannya dengan papanya kembali menghangat. Ia kembali menjadi Riana yang dulu. Kembali ceria dan optimis. Namun, tak pernah melupakan Marvel. Gadis itu hanya mengikhlaskan kepergian pemuda yang dicintainya itu.
Baginya, Marvel adalah kenangan yang paling indah. Cinta pertama dan terakhir dalam hidupnya. Ia tak akan memaksakan diri untuk jatuh cinta lagi. Karena sulit baginya untuk melupakan Marvel. Terlalu dalam cintanya untuk pemuda itu.
"Gimana, Sa? Udah siap," seru Anggika dari ambang pintu.
Riana tersenyum. "Udah kok, Kak," balasnya sembari menenteng tas kecil berisi beberapa pakaian miliknya.
"Yuk, Ilham udah nunggu di depan. Kamu jadi ikut, kan?" ujar Anggika.
"Jadi dong, Kak."
Sesuai rencana, setelah menjemput Riana dari rumah sakit, mereka akan mengunjungi butik untuk mencari gaun pernikahan Ilham dan Anggika. Seminggu lagi, pernikahan itu akan dilangsungkan di salah satu ballroom hotel bintang lima.
Mobil yang dikendarai Ilham berhenti di depan butik. Pemiliknya menyambut ramah kedatangan mereka dengan senyum manis. "Selamat siang Mbak Mira," sapa Anggika lembut.
"Siang, mari duduk dulu," balas wanita pemilik butik itu. "Tolong keluarkan koleksi terbaru kita, ya," ucapnya pada salah satu pekerjanya.
Beberapa gaun dan tusedo yang baru dikeluarkan, berjejer di hadapan mereka. Anggika langsung sibuk memilih gaun yang ia suka. Ilham terkekeh pelan melihat tingkah calon istrinya itu.
"Mas, menurut kamu, bagusan yang ini atau ini?" tanya Anggika sembari memegang dua gaun pilihannya di tangan kiri dan kanan.
"Keduanya bagus," jawab Ilham. Pemuda itu ikut bingung memilih satu diantara dua gaun itu. Karena keduanya memang benar-benar bagus dan cocok untuk Anggika kenakan.
"Pilih salah satu, dong," ucap Anggika jengkel. "Sa, menurut kamu, mana yang bagus antara dua gaun ini," tanyanya.
Riana menunjuk gaun putih di tangan kanan Anggika. "Bagusan yang ini, Kak. Lebih cantik dan Anggun. Kak Anggi akan terlihat lebih tinggi kalau makai gaun ini," ucap Riana menjelaskan pilihannya.
"Good," balas Anggika menyetujui pendapat Riana. "Sekarang tinggal milih tusedo untuk Abang kamu, Sa."
"Hmm, lo aja yang milih, Sa. Gue bingung," ucap Ilham.
Riana memilih tusedo warna hitam dengan dasi kupu-kupu yang juga berwarna hitam. Di dalamnya, akan dilapisi dengan kemeja putih. Agar terlihat serasi dengan gaun putih Anggika.
Riana terdiam. Ia membayangkan dirinya berada di posisi Anggika. Memakai gaun putih yang cantik dan anggun. Marvel berdiri di sampingnya. Siap melangkah ke pelaminan. Sesaat kemudian, lamunannya buyar karena panggilan Ilham.
"Sa, pulang yuk," ajak pemuda itu.
*****
Seminggu pun berlalu. Tibalah hari pernikahan Ilham. Sepagi ini, Riana telah rapi dengan dandanan cantiknya. Hari ini, ia mengenakan gaun putih gading selutut berlengan panjang. Dandanannya natural dan segar. Rambutnya dibiarkan tergerai bergelombang. Agar terlihat semakin tinggi, Riana memakai stiletto warna senada.
Akad nikah dan resepsi diadakan di Jakarta. Semua keluarga dari luar kota khusus datang untuk menghadiri pernikahan Ilham. Termasuk keluarga dari Jerman. Riana rasa, hampir seluruh keluarganya datang.
"Setelah ini, giliran kamu lagi," bisik Oma Seruni pada Riana. Gadis itu hanya bisa meringis. Tak pernah terpikir olehnya untuk menikah muda. Apalagi dijodohkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setipis Kertas (Complete)
Teen FictionTernyata benar kata-kata yang ajaib itu. Benci itu dekat dengan cinta. Karena benci bisa membuat seseorang jatuh cinta. Perbedaan cinta dan benci itu setipis kertas. Kalau sekarang kamu membenci seseorang, bisa jadi besok kamu berbalik mencintai or...