Ujian semester ganjil yang diadakan selama satu minggu telah berakhir. Para murid juga telah menerima laporan hasil belajarnya selama semester ganjil. Mereka siap menyambut hari-hari penuh liburan.
Pembagian rapor sudah selesai tiga jam yang lalu. Tapi, sekolah masih ramai. Masih banyak siswa-siswi Tunas Bangsa yang berlalu lalang. Mereka menghabiskan hari terakhir sebelum liburan bersama pacar, teman sekelas, atau teman satu geng.
"Liburan ke mana, Na?" tanya Mellisa saat mereka masih berbincang di dalam kelas.
"Bali. Ke tempat Oma gue," jawab Riana lesu.
"Wah. Seru dong," ucap Mellisa antusias.
Riana tersenyum tipis menanggapinya. Kalau cuma liburan sih, iya seru. Tapi, kalau ada ajang ceramah dari Oma, siapa yang mau. Setiap berlibur di sana, Oma pasti terus mengingatkan tradisi keluarganya. Di keluarga mereka, perempuan tidak ada yang pacaran. Karena mereka akan dijodohkan.
"Lo sendiri, liburan ke mana?" Riana balik bertanya.
"Gue sih, ke Yogya. Ke rumah Tante gue," balas Mellisa.
"Yogya seru juga," komentar Riana.
"Udah sore, nih. Kita pulang, yuk," ajak Mellisa.
"Yuk," balas Riana.
Baru beberapa langkah meninggalkan kelas, ponsel yang ada di genggaman Riana berdenting. Gadis itu mengeceknya, ada pesan whatsapp dari Marvel. Pemuda itu menyuruhnya pergi ke lapangan basket.
"Mel, lo duluan aja. Gue ada urusan bentar," pamit Riana.
"Oh, oke," balas Mellisa. Baru saja Mellisa akan membuka mulut untuk menanyakan mau ke mana, Riana sudah melenggang pergi.
*****
Di lapangan basket, hanya ada Marvel saat Riana tiba. Pemuda itu sedang bermain basket di tengah lapangan. Riana tak pernah tahu, pemuda itu juga bisa bermain basket. Setahunya, hanya Sean yang jago basket diantara Five Elang.
Riana duduk di salah satu kursi panjang di pinggir lapangan. Mengamati permainan Marvel. Marvel cukup berbakat di bidang basket. Pemuda itu sama sekali tak menyadari kehadirannya.
"Kenapa nggak ikut ekskul basket aja?" tanya Riana.
Marvel menoleh. Senyumnya mengembang. Pemuda itu ikut duduk di samping Riana. Netra keduanya memandang ke lapangan basket yang penuh debu beterbangan.
"Basket cuma hobi aja," jawab Marvel.
"Lo punya bakat," lanjut Riana.
"Mungkin, turunan. Bokap gue juga jago basket," balas Marvel.
"Pasti bokap lo pemain basket yang hebat," ujar Riana menghadap Marvel.
Marvel tetap memandang lurus ke lapangan. "Sama seperti gue, basket juga cuma hobinya aja," ucap Marvel.
"Aneh," komentar Riana. "Kalian sama-sama suka basket, tapi nggak mau mendalaminya," lanjut gadis itu.
"Liburan ke mana?" tanya Marvel mengalihkan percakapan.
"Biasalah, ke Bali. Acara peringatan kematian Tante Mitha," jelas Riana. "Lo, sendiri?" Riana balik bertanya.
"Di sini aja," jawab Marvel singkat.
Riana memandangi bola basket yang berada jauh di tengah lapangan. Bola itu yang tadi dimainkan Marvel. Gadis itu menghela nafas. Nilai ujian basketnya beberapa waktu lalu, ternyata dibawah rata-rata. Riana memang payah hampir di semua cabang olahraga. Entah bagaimana nasib ujian praktiknya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setipis Kertas (Complete)
Teen FictionTernyata benar kata-kata yang ajaib itu. Benci itu dekat dengan cinta. Karena benci bisa membuat seseorang jatuh cinta. Perbedaan cinta dan benci itu setipis kertas. Kalau sekarang kamu membenci seseorang, bisa jadi besok kamu berbalik mencintai or...