Kedua mata Lingka menatap deretan nama yang terpampang, ditempel di atas mading. Ada namanya di sana. Pada urutan tengah masuk ke dalam kelas 12 Sains A.
Lingka Anjani.
Tak ada yang berubah sejauh ini.
Ia masih bertahan dalam kelas unggulan. Kecuali adaptasi baru dalam lingkungan. Dengan teman-teman yang berbeda. Tidak masalah sebenarnya, toh Lingka juga tidak akan repot-repot berkenalan dengan mereka. Cukup seperti biasanya, tak pernah mengenal siapapun di lingkungan sekolah kecuali guru.
Hidup yang menyenangkan. Lingka menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskan perlahan. Berusaha mempersiapkan segala mental untuk masuk ke dalam kelas barunya.
Mendengar bisikan tentang dirinya sudah cukup membuat telinga pengang. Tapi, sudahlah. Lingka sama sekali tak peduli, hidupnya jauh lebih menyenangkan untuk saat ini daripada tiga tahun silam.
Tubuh Lingka berbalik, tepat bersamaan dengan itu Lingka hampir saja terjatuh sebelum sebuah tangan meraih lengannya membuat Lingka terselamatkan. Untuk sesaat layaknya adegan-adegan drama FTV yang dislow motion, keduanya saling bertatapan. Terlebih sosok di depan Lingka sekarang.
Samudera, mengerjapkan matanya sedetik lalu kembali menyelami wajah perempuan di hadapannya. Butuh waktu untuk kesadaran Samudera terenggut sebelum dorongan kuat diikuti tubuh Samudera yang mundur teratur.
“Lo enggak papa?” Samudera bertanya. Memperhatikan Lingka seksama.
Tak ada jawaban, yang ada hanya keterdiaman Lingka di tempatnya. Lingka terpekur sebentar, melihat Samudera kembali membuat Lingka seakan ditarik paksa pada masa awal masuk sekolah, tapi apa pentingnya.
“Sorry ... Lingka,” ucapan Samudera menyentak Lingka dalam-dalam. Seulas senyum kecil terpampang nyata disudut bibir Samudera.
Napas Lingka mulai menderu. Tanpa memperdulikan raut bahagia di wajah Samudera, ia beranjak meninggalkan Samudera berdiri sendirian.
Pandangan Samudera beralih, mengikuti kemana langkah kaki Lingka, sampai punggung gadis itu lenyap di persimpangan. Ada senyuman di sana, dan Samudera bahagia bisa bertemu Lingka. Berdua. Setelah sekian lama.
****
Mata Samudera tidak buta melihat sosok itu kembali. Suasana riuh ruangan kelas 12 Sains A terasa berdenging di telinga Samudera. Fokusnya tak lagi berpusat tentang bagaimana kacaunya keadaan, tapi justru pada sosok perempuan yang kini berjalan pelan.Rambut panjangnya menjuntai ke bawah sebatas punggung terlihat sedikit acak-acakan juga menutupi wajahnya. Mirip kuntilanak, kalau saja perempuan berjalan di malam hari. Kuntilanak versi wujud cantik—bagi Samudera.
Bunyi serta teriakan teredam selama beberapa detik begitu sosok itu hadir di tengah-tengah mereka. Sama-sama melakukan hal yang sama—yaitu memperhatikan setiap langkah kaki Lingka—termasuk Samudera.
Kebanyakan mungkin mulai berisik membicarakan siapa perempuan itu ada pula yang mengusap lengan merasakan bulu kuduk berdiri, tapi terkecuali Samudera. Seulas senyum malah terpatri di wajahnya. Kaki Lingka terus melangkah, berusaha sebisa mungkin memasang wajah datar menyeramkan andalannya, melewati tiap meja-meja yang semuanya sama saja—saling membicarakan dirinya.
Sampai Lingka berhenti, mendudukkan dirinya sendiri pada bangku kosong di belakang kelas. Tempat keramat biasanya Lingka duduk. Hampir Tiga tahun dan Lingka sama sekali tidak berminat untuk mengubah tempat duduknya menjadi— di depan misal, walaupun ia masih tergolong murid pintar tanpa banyak bicara. Lingka terlalu nyaman dengan semuanya, tak ada pengaruhnya bagi Lingka duduk di belakang atau tidak sekalipun. Nyatanya, ia masih tetap bertahan masuk kelas Sains A.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Lingka! [ON HOLD]
Teen Fiction[Follow dulu baru bisa baca] Banyak yang bilang kalau Lingka itu menyeramkan, putih pucat, berambut panjang berantakan dan penghuni taman belakang yang terbengkalai. Tak ada yang berani mendekat. Awalnya hidup Lingka damai meksipun tanpa teman, samp...