Sejak beberapa menit setelah keluar dari hotel dan membawa serta Anyelir tentunya. Lingka sama sekali tak membuka suara. Namun, Samudera sedikit bisa membaca kalau ada raut keheranan gadis itu ketika sosok Anyelir tiba-tiba muncul dengan koper di tangannya. Cewek bawel yang sayangnya masih bersaudara dengan Samudera itu terlihat memasang wajah siap bertempur.
Bukannya takut Samudera justru mengumpat akan kehadiran Anyelir, Lingka reflek melepas pelukannya.
Kembali ke masa di mana suara deru mesin mendominasi. Tak ada yang membuka suara membuat Anyelir yang kini duduk di belakang jegah. Cewek itu tidak tahu siapa gadis yang kini duduk di kursi depan, yang ia prediksi sebayanya. Dan mungkin juga adalah pacar Samudera.
“Sepi amat.” Tak tahan akhirnya Anyelir membuka suara.
Samudera berdehem, ujung matanya melirik Lingka. Namun, gadis itu seperti tak peduli, ia justru memperhatikan jalanan yang dilewatinya. Persis seperti yang dilakukan ketika naik bis.
Kedua bola mata Anyelir berotasi ketika ucapannya beberapa detik yang lalu tak ada balasan selain deheman dari Samudera. Tubuhnya condong ke depan membuatnya berada di tengah-tengah Lingka dan Samudera.
“Kalian pacaran?” Samudera reflek menoleh cepat sedangkan Lingka terlihat melirik.
“Belum,” balas Samudera kemudian. Fokusnya yang sejak tadi sudah terpecah kini kian acak-acakan. Wujud jalanan di depan rasanya bukan jadi hal utama.
Anyelir menganggukkan kepala. Tubuhnya bergeser mendekat ke arah Samudera. Sedikit tangannya menarik jaket yang cowok itu kenakan membuat tubuh Samudera otomatis ikut tertarik ke arah Anye.
“Ini cewek siapa sih namanya? Terus kenapa dia harus ikut kita?” Anye berbisik di telinga Samudera. Berharap Lingka tak mendengar.
Namun, pendengaran Lingka belum rusak untuk menangkap bisikan gadis yang sayangnya hanya berjarak beberapa jengkal di sampingnya. Mendengar pertanyaan itu, dada Lingka kembali bergemuruh. Ia memejamkan kedua matanya, berharap kembali menemukan rasa tenang setelah insiden tadi, tapi sama saja. Justru semakin menjadi ketika sekelebat wajah laki-laki yang ada di dalam kamar yang sama dengannya tadi muncul.
Tenggorokan Lingka terasa sakit menahan tangis yang bergejolak. Namun, sebisa mungkin ia tahan. Ia tak ingin terlihat lemah di depan siapapun untuk ke dua kalinya.
Pikiran Lingka berjalan pada beberapa jam yang lalu. Saat Ayahnya menawarkan sebuah pekerjaan padanya. Lingka benar-benar merasa bodoh, menututi ajakan Ayahnya dan berakhir di sebuah hotel bersama pria hidung belang yang mengaku telah membeli Lingka untuk menemaninya.
Kedua tangan Lingka terkepal erat menggenggam rok yang ia kenakan. Lingka merasa telah melakukan dosa besar meskipun Tuhan sepertinya masih baik padanya. Membebaskannya dari jerat laki-laki asing itu dan bertemu Samudera.
“Ling.” Suara bernada rendah itu mengejutkan Lingka dari lamunannya. Membuatnya reflek menoleh terlalu sigap karena Lingka hampir lupa kalau sosok itu adalah Samudera. Kepalanya nyaris terkatuk kaca mobil kalau saja tidak ada tangan Samudera yang dengan cepat melindunginya.
Seperti orang linglung, Lingka di mata Samudera sekarang. Kedua mata Lingka bergerak kebingungan, seakan mencari sosok Anye yang kini tidak ada. Mobil pun sekarang berhenti entah di mana.
“Cewek tadi namanya Anyelir, sepupu gue dan sekarang dia udah pulang sampai ke rumah gue.”
Penjelasan Samudera barusan dibalas anggukan Lingka. Bahkan ia tak sadar kapan mobil sampai di rumah Samudera.
“Kamu ... Enggak ikut pulang?” Menundukkan kepala, Lingka bertanya. Ia sedikit tidak nyaman sebenarnya berada dalam satu mobil dengan Samudera. Hanya berdua.
![](https://img.wattpad.com/cover/263023208-288-k844680.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Lingka! [ON HOLD]
Teen Fiction[Follow dulu baru bisa baca] Banyak yang bilang kalau Lingka itu menyeramkan, putih pucat, berambut panjang berantakan dan penghuni taman belakang yang terbengkalai. Tak ada yang berani mendekat. Awalnya hidup Lingka damai meksipun tanpa teman, samp...