Seneng gak?
Typo kasih tau ya.Heppy reding.
Lingka tahu sepenuhnya kalau Samudera itu termasuk cowok ramah dengan sifat tengil miliknya. Samudera juga tak akan segan-segan menyapa orang-orang di sepanjang koridor sekolah saat pagi hari, tapi melihat Samudera berpelukan dengan perempuan di tengah koridor sepi adalah hal yang tak pernah terlintas di otak Lingka.
Langkah kaki Lingka berhenti di ujung detik itu juga. Kedua tangannya meremas tali tas miliknya erat. Ada rasa gelisah yang tiba-tiba menyergap dada.
Baru kemarin ia merasa nyaman akan kehadiran Samudera, tapi sekarang cowok itu berhasil membuat Lingka sadar diri.
"Heh Sempak!" Suara teriakan yang tiba-tiba datang dari belakang membuat ketiga orang itu menoleh terkejut. Apalagi Samudera, seperti tersadar ia langsung melepas pelukan Ayu. Tatapannya terarah pada sosok Lingka.
Sialan, umpat Samudera dalam hati.
Cowok itu mulai panik. Berlari menghampiri Lingka dengan Wira yang berdiri berkacak pinggang di belakang gadis itu.
Fokus Samudera bukan pada Wira, melainkan Lingka.
"Ling, gue bisa jelasin." Kedua tangan Samudera memegangi bahu Lingka.
"Jelasin apa?" tanya Lingka lirih. Desakan Wira terdengar.
"Heh, Sempak. Gue tau lo brengsek, tapi pelukan sama cewek di sekolah? Lo gila?"
Wira tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya, hampir berhari-hari keduanya jarang berinteraksi, tau-tau pas ketemu malah begini."Ayu yang gila meluk gue duluan." Samudera berusaha membela diri. Tak terima dijadikan tersangka.
Ayu yang masih berdiri di tempat menundukkan kepala. Bahkan Samudera tak perlu repot-repot melindungi harga dirinya.
Wira menggelengkan kepala miris. Tatapannya beralih pada Ayu. "Wah parah lo Yu. Untung masih pagi." Memang masiih pagi, belum banyak siswa yang hilir mudik di koridor, apalagi koridor kelas dua belas.
Ayu tak bisa berkata-kata. Membela pun percuma, kenyataannya kan memang ia duluan yang memeluk Samudera. Ayu memilih pergi mengabaikan Wira yang terus mencercanya.
"Lingka." Panggilan Samudera menyadarkan Lingka dari atensinya menatap Ayu yang sudah lenyap di ujung sana.
"Ya?" balas Lingka. Raut wajah Samudera terlihat panik.
"Jangan salah paham ya."
"Siapa juga yang salah paham. Mau kamu peluk siapapun juga terserah kamu, ngapain panik." Ucapan Lingka tak selaras dengan hatinya. Ada sisinya yang menolak kalau sampai Samudera memeluk perempuan lain, tapi Lingka enggan untuk mengakui itu. Lagipula dia siapa melarang Samudera.
"Ayu yang duluan meluk gue Ling. Sumpah." Tingkah Samudera selayaknya cowok yang kepergok pacar selingkuh.
"Heh Sempak, udah sih. Panik amat Lingka biasa aja juga." Wira jegah dengan tingkah polah sahabatnya.
Baru kali pertama dia melihat Samudera begini dengan cewek. Wira jadi sadar kalau cinta itu buta, sekeras apapun ia mencegah agar Samudera tak bersama Lingka tetap saja Wira kalah. Samudera terlalu keras kepala.
"Serius lo enggak papa?" Samudera mengabaikan Wira yang sekarang mengerutu kesal. Cowok itu enggan beralih, ingin melihat sedikit drama picisan yang akan Samudera ciptakan sepertinya seru.
Sedangkan Lingka melirik risih pada Wira lalu menggeleng. "Aku ke kelas dulu." Tanpa menunggu persetujuan, Lingka enyah tanpa dicegah Samudera.
Tepukan keras mendarat di bahu Samudera. Wira ikut menatap kepergian Lingka. "Sekeras apa gue bilangin lo buat enggak deket sama Lingka, tapi lo tetep ngeyel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Lingka! [ON HOLD]
Подростковая литература[Follow dulu baru bisa baca] Banyak yang bilang kalau Lingka itu menyeramkan, putih pucat, berambut panjang berantakan dan penghuni taman belakang yang terbengkalai. Tak ada yang berani mendekat. Awalnya hidup Lingka damai meksipun tanpa teman, samp...