Samudera sedikit mengerutu ketika ia turun dari motor. Cowok itu sedikit menundukkan kepala, memeriksa keadaan motor maticnya. Kotor, gara-gara tanpa sengaja saat di jalan tadi ia menghindari kucing yang hampir ia tabrak, naasnya Samudera justru berakhir dalam kubangan air berwarna coklat membuat motornya yang baru selesai ia cuci kembali kotor dan juga celana OSISnya. Astaga, itu jauh lebih menyebalkan.
Samudera berdecak. Celananya sudha ternoda percikan air Kubangan bekas hujan semalam, merusak penampilannya hari ini. Padahal Samudera sudah terniat berangkat pagi sampai ia tidak sarapan sama sekali.
Walaupun sedikit kesal, Samudera berjalan menuju kelasnya. Keadaan sekolah masih sepi. Hanya ada satpam yang menyambut kedatangan Samudera.
Samudera melirik jam tangan di pergelangan kirinya, pukul 6 kurang 15. Sepertinya ia terlalu bersemangat hari ini. Samudera melongok ke dalam kelas lewat jendela, sedikit pesimis kalau Lingka sudah ada di dalam kelas, ini terlalu pagi. Namun, perkiraan Samudera salah, Lingka justru sudah duduk manis di tempatnya. Gadis itu terlihat tengah menulis sesuatu, di depannya bertengger sebuah toples kaca yang pernah Samudera lihat tempo hari lalu.
Tanpa ragu, Samudera melangkah masuk. Tidak sia-sia ia memasang alarm pagi buta.
Suara deritan kursi disusul pergerakan Samudera mengejutkan Lingka. Gadis itu tersentak, dengan cepat menutup kertas yang gunakan untuk menulis mimpinya. Ia tak menyangka akan ada orang lain di kelas dan sialnya orang itu Samudera.
Melihat tingkah gadis itu, Samudera menaikan sebelah alisnya heran. “Nulis apaan?” tanyanya penasaran. Lingka menggeleng cepat.
Samudera tak bertanya lebih lanjut, tapi pandangan cowok itu beralih. Tertuju pada toples milik Lingka yang teronggok di atas meja. Tersadar akan kecerobohannya meninggalkan toples itu di sana, Lingka spontan ingin meraih toples itu ke dalam pelukannya. Namun, Samudera jauh lebih gesit.
Cowok itu lebih dulu meraihnya. Mengangkatnha tinggi-tinggi agar Lingka tak dapat menggapainya.
“Ini apaan sih?” tanya Samudera heran. Isinya hanya kertas-kertas, tapi Samudera tak tahu apa fungsinya.
Lingka panik. Ia berdiri agar dapat meraih toplesnya, tapi Samudera justru menghindar.
“Sam balikin,” ujar Lingka memohon. Gadis itu berulangkali berusaha meraih toplesnya. Begitu juga dengan Samudera yang berusaha menghindar agar toples itu tidak tertangkap sang pemilik.
“Jawab dulu ini isinya apa?”
“Kertas.”
“Tapi, kok lo panik.”
“Kamu enggak usah kepo. Balikin, itu punya saya.”
“Gue buka ya.”
“Jangan!”
“Samudera! Jangan dibuka!” Lingka menarik hoodie yang Samudera kenakan. Membuat tubuh cowok itu reflek ikut tertarik ke bawah. Tubuhnya oleng, membuat Samudera tak dapat menyeimbangkan diri. Cowok itu jatuh ke depan, hampir saja menimpa Lingka yang kini ikut jatuh terduduk, kalau saja sebelah tangannya tak menahan di meja.
Hening. Waktu seakan melambat, keduanya sama-sama terdiam di posisinya. Deru napas milik Samudera terasa berhembus menggelitik hidung Lingka. Gadis itu menatap kedua mata milik Samudera, ikut hanyut bersama kelamnya bola mata pekat cowok itu.
Sedangkan Samudera menelan ludah yang mendadak menyangkut ditenggorokan. Gila, lidahnya kelu bahkan bernapas saja rasanya ngap-ngapan.
Cukup lama keduanya bertahan, sampai suara benda jatuh berhasil menyadarkan dua insan itu. Tepat di depan pintu masuk, ada sosok Wira dan juga beberapa anak-anak kelas Sains A yang tampak terkejut. Melongokkan kepala di belakang tubuh Wira.
![](https://img.wattpad.com/cover/263023208-288-k844680.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Lingka! [ON HOLD]
Teen Fiction[Follow dulu baru bisa baca] Banyak yang bilang kalau Lingka itu menyeramkan, putih pucat, berambut panjang berantakan dan penghuni taman belakang yang terbengkalai. Tak ada yang berani mendekat. Awalnya hidup Lingka damai meksipun tanpa teman, samp...