36. Dekat

1.3K 299 76
                                    

Samudera merasa lega luar biasa tak menyangka kalau Lingka menerimanya lagi. Duduk berdua dengannya, senyum malu-malu Lingka menjadi pemandangan mengemaskan bagi Samudera.

"Jangan gitu lagi ya, gue enggak suka." Lingka mengangguk mendengar permintaan Samudera. Wajahnya terasa panas berdekatan dengan Samudera setelah menyadari perasaannya sendiri. Lingka jadi mengerti kalau ini yang dinamakan jatuh hati. Hal yang sejak dulu ingin ia rasakan, tapi terlalu sulit.

Samudera tersenyum lebar. Telapak tangannya berulangkali menepuk puncak kepala Lingka. Rambut panjangnya masih saja terlihat berantakan, membuat Samudera gemas.

"Habis ini mau kemana lagi?" Keduanya saat ini duduk tengah duduk di sebuah taman. Setelah pulang sekolah, Samudera tak membiarkan Lingka langsung pulang dan justru membawa perempuan itu keliling sekitaran sekolahannya.

"Lo maunya kemana?" tanya Samudera. Dibalas gelengan Lingka, perempuan itu jarang keluar rumah, jadi ia tak tau dimana tempat yang sekiranya bisa ia kunjungi.

Samudera terlihat berpikir. Ia jadi teringat gulungan kertas milik Lingka, sedikit menyesal ia hanya mengambil beberapa.

"Gue boleh tanya sesuatu?" tanya Samudera tiba-tiba. Lingka mengangguk pelan.

"Toples yang sering lo bawa, isinya apa?" Bisa Samudera lihat ada sirat keterkejutan di wajah Lingka. Namun, gadis itu dengan cepat menutupinya.

Samudera pikir Lingka tidak akan menjawabnya, tapi Samudera salah.  Lingka justru mengeluarkan toples kaca yang sebelumnya pernah Samudera buka isinya. Gadis itu menujukannya terang-terangan pada Samudera, meskipun Samudera sudah tahu, alasannya bertanya hanya ingin mendengar penjelasan Lingka secara langsung.

"Ini isinya cuma keinginan absurd aku Sam. Banyak hal sederhana yang pingin banget aku wujudin suatu saat nanti dan selama aku belum bisa wujudin itu aku cuma bisa nulis dan taruh di dalam toples ini."

Samudera terdiam menatap toples kaca yang menampilkan hampir separuhnya berisikan kertas itu. "Udah berapa keinginan yang bisa terwujud?" tanya Samudera.

Lingka terlihat berpikir sejenak. Lalu menggeleng, ia lupa. "Beberapa, enggak tau pastinya."

"Terus kenapa toples nya sering lo bawa?" Samudera heran saja, toples kaca itu memang kecil, tapi cukup berat kalau harus terus di bawa Lingka kemanapun.

"Aku, cuma enggak mau toples ini jauh dari aku. Lagipula aku juga takut kalau Bapak bakalan hancurin ini." Kedua telapak tangan Samudera terkepal mendengar kata 'bapak' entahlah setiap mengingat pria bejat itu emosi Samudera bisa naik ke ubun-ubun.

Tatapan mata Lingka jatuh pada Samudera. Seulas senyum terpatri dibibirnya membuat kekesalan yang sempat hinggap sirna.

"Ling," panggil Samudera pelan. Kedua telapak tangan Samudera kini hangat melingkupi tangan Lingka.

"Ayo, kita wujudin sama-sama semua keinginan lo."

****

Samudera mengusap peluh yang menetes di dahinya, rambutnya sudah setengah basah karena keringat. Berlarian mengoper bola bersama teman-temannya. Minggu depan, Samudera akan ikut turnamen futsal, terakhir kali sebelum ia benar-benar keluar dari ektrakurikuler itu lalu disibukkan dengan berbagai ujian.

Memikirkan ujian membuat Samudera pening luar biasa. Otaknya belum siap menampung kumpulan materi yang pastinya akan menguras pikiran.

Lupakan itu sekarang, Samudera ingin memuaskan diri bertanding. Sudah satu jam ia berada di gymnasium. Sebelumnya ia sudah berpamitan pada Lingka, cowok itu pikir Lingka sudah pulang, tapi tiba-tiba gadis itu duduk tenang di tribun. Kalau bukan Wira yang memberitahu Samudera tak akan sadar.

Hei, Lingka! [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang