Chapter 2

1.6K 136 9
                                    

Kedatangan Acha di rumah kedua orang tua Haris di sambut ramah oleh Cecilia--ibu mertua Acha yang ramahnya ampun-ampunan. Sangat berbeda dengan anak kedua mereka--Haris Ateeza Chioky yang tersenyum saja jarang apalagi beramah tamah. Acha bahkan bisa langsung bersujud jika Haris melakukan hal itu.


"Duh, Chacha lama banget Bunda gak lihat kamu sayang. Apa kabar? Baik-baik aja, kan? Haris jahatin kamu enggak?" tanya mama mertua sambil melepas pelukan. Kedua pasangan muda itu menyalimi tangan Cecilia secara bergantian.

Acha tersenyum lebar. Gadis itu menggelengkan kepalanya sembari melirik Haris yang masih berdiri di sampingnya. "Mas Haris baik kok, bunda. Sering jajanin Chacha juga." jawab Acha masih mempertahankan senyumnya.

"Itu kan memang sudah kewajiban Haris sebagai suami kamu. Yang lainnya gimana? Haris gak cuekin kamu, kan?" tanya Cecilia masih memastikan. Bukan tidak percaya dengan ucapan menantunya hanya saja mengingat sifat Haris yang kaku dan cuek ia jadi sangsi sendiri.

"Enggak dong, bunda. Mas Haris baik. Satu bulan ini gak pernah marahin Chacha kalau Chacha gak buat salah." jawab Acha menutupi aib suaminya.

"Kan memang begitu aturannya," ucap Haris tiba-tiba.

Cecilia tertawa kecil kemudian mempersilakan keduanya untuk masuk ke dalam rumah. Belum Acha merasa tenang dan pertanyaan bertubi dari Cecilia datang lagi dua kembara kembar nakal yang saat ini sedang berdiri di atas sofa dengan alat gelud masing-masing.

Arlan berdiri dengan satu tongkat pukul sementara Erlan berdiri dengan sapu ijuk. Keduanya saling melempar tatapan tajam sebelum seruan sang Bunda memutus atraksi mereka.

"Arlan Erlan, berhenti. Sekarang beresin mainan kalian. Kembalikan yang kalian pegang ke tempat semula "

Kedua kembar nakal itu langsung menoleh. Netranya berbinar saat menemukan Acha berdiri di samping sang kakak. Keduanya langsung turun dan berlarian menyambut Acha.

"Kak Chacha," teriak keduanya sembari memeluk Acha dengan erat. Kedua anak SMP itu bahkan tidak menyadari tatapan tajam yang Haris berikan.

"Kakak lama gak main ke sini. Aku lama gak punya temen gosip. Gosip sama Arlan gak seru, dia sentimen banget kalau dengar aku jelek-jelekin orang," adu Erlan masih memeluk lengan Acha dengan erat. Bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan melepaskan pelukannya.

"Dih, sok iyes banget jadi manusia. Lo gosipnya apa dulu? Ya kali lo gosip sama orang yang mau di gosipin, gak jelas. Buat seneng enggak buat sakit hati iya." ucap Arlan tidak terima.

"Gue kan ngomong fakta. Katanya lo gak suka di bicarain di belakang makanya gue langsung ngomong di depan. Udah gue bilangin kalau Angle yang ada di kelas sebelah itu bukan cewek baik, namanya aja yang malaikat tapi kelakuannya mirip setan," Erlan bergerak maju. Berkacak pinggang sembari menatap Arlan penuh permusuhan.

"Sama. Lo tau Indah Karuni yang di kelas delapan B? Namanya aja yang indah kelakuannya mirip iblis. Jelek, busuk!" Arlan kembali menyahut tidak terima.

Haris yang melihat perdebatan adik kembarnya pun langsung berdehem keras. Tatap tajamnya langsung menyerang dua kembara kembar nakal yang saat ini sudah kembali ke posisi semula, kalem.

"Kak Haris, apa kabar? Lama banget gak ketemu. Jadi kangen belajar bareng," celetuk Arlan menghampiri sang kakak dan menyalimi tangan Haris dengan cengengesan. Erlan juga maju melakukan hal yang di lakukan oleh kakak kembarnya. Tentu saja kata belajar bareng yang Arlan ucapkan memiliki makna lain.

Rembulan ReachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang