Chapter 3

1.4K 132 1
                                    

Malam harinya rumah kedua orang tua Haris benar-benar ramai oleh keributan yang di sebabkan oleh dua kembar nakal SD dan SMP. Arlan dan Erlan terlihat sedang adu duel dengan Mio dan Dio--anak dari Rio, kakak ipar Acha.

Acha berulang kali tergelak saat keributan mereka semakin sengit. Tidak ada niat untuk memisahkan mereka karena bagi Acha melihat keributan dari keluarga Haris adalah hal yang sudah masuk ke dalam list favorit.

"Heh, duo setan! Sini kalian, bisa-bisanya kalian berantakin lego yang udah gue buat!" Erlan keluar dari kamar dengan wajah marah. Si duo kembar kecil saling tatap sebelum menggelengkan kepala dengan wajah polos.

"Nah, kan udah gue duga, ini bocah dua kesini pasti bikin rusuh. Ada aja yang di berantakin. Memang kak Rio ini salah produksi anak kayaknya!" ucap Arlan menanggapi. Lelaki itu menatap Dio dengan tajam karena sejak tadi anak SD itu menatap Arlan dengan sinis.

"Mamaa, Om Arlan sama Om Erlan nakal lagi..." teriak Mio dengan suara lantang. Acha yang sedang duduk diam menjadi saksi bisu pertengkaran mereka langsung terbahak keras. Tidak ada sedikit pun niat hati untuk menenangkan keributan.

"Om?" beo Erlan dengan geraman kesal. "Gue masih sekolah. Gak cocok di panggil Om. Panggil gue kakak!" ucap Erlan tidak terima.

Dio langsung mencibir sembari meraih susu kotaknya. Menyedot dengan cepat sembari melampiaskan rasa kesal.

"Ayo kita duel," ucap Mio maju membawa mobil mainannya.

Arlan yang melihat itu tertawa meremehkan. Merasa sudah menjadi orang paling hebat karena di ajak duel anak kecil.

"Siapa takut," ucap Erlan dengan wajah super angkuh. Ia menepuk dadanya penuh jumawa.

Mio berjalan menghampiri Dio kemudian membisikkan sesuatu pada kembarannya. Tidak lama kemudian senyum kecil terbit di wajah tampan keduanya.

Perasaan Arlan dan Erlan tiba-tiba merasa tak enak. Firasat mereka memburuk saat melihat senyum yang terpatri di bibir sang keponakan.

"Siapa takut. Ayo lawan gue, maju kalian gak pake by one. Langsung berdua gak masalah biar sekalian gue tendang sampe Afrika," Erlan mengambil sikap kuda-kuda. Arlan juga langsung antipasi diri, memasang wajah garang yang cukup meremehkan.

Acha yang sedang menonton pun langsung menegakkan tubuhnya. Matanya ikut memicing hal apa yang Mio dan Dio lakukan kali ini mengingat badan kedua bocah SD kelas dua itu masih terbilang begitu kecil. Padahal niat awal Acha tadi ingin bergabung dengan Haris dan keluarga namun pertengkaran antara duo kembar SD dan SMP itu tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.

Arlan menggulung lengan bajunya sendiri, memperlihatkan otot lengan yang sebenarnya tidak seberapa itu. Wajahnya tampak sudah siap mengadakan tubir dadakan. Mio dan Dio bertukar pandangan dengan rencana yang sudah tersusun. Mereka saling melempar kode sebelum berlari kencang menabrak Arlan dan Erlan sampai terjungkal kemudian berlari dan berteriak kencang.

"MAMA, OM KEMBAR NAKAL!"

"MEREKA JAHATIN KITA LAGI!"

Melihat dua keponakannya berlari kencang Arlan dan Erlan langsung mengeram marah. Seumur-umur hal yang paling tidak ia syukuri adalah memiliki keponakan super nakal seperti mereka.

Acha masih terbahak keras. Gadis itu masih tertawa saat melihat Arlan dan Erlan bangun dari jatuhnya kemudian berlari kencang menyusul duo kembar SD di ruang keluarga. Sembari menonton pertunjukan mereka Acha sengaja membawa kuaci yang gadis itu ambil dari lemari makanan. Tetapi karena pertengkaran para kembar nakal berganti tempat Acha pun lekas membereskan sampah dan menyusul adik ipar dan keponakannya.

Rembulan ReachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang