Chapter 9

1K 102 2
                                    

"Hai, Cha,"

"Eh, Hai, kamu___"

"I'm Brilian. Miss me?"

Acha terperanggah tidak percaya. Ia menatap Brilian dari atas sampai bawah kemudian menyunggingkan senyum kecil. Lebih tepatnya senyuman tidak percaya. Untuk apa si CEO muda ini datang ke kampusnya. Jangan-jangan ada pembagian sembako?

"Mas Bri, long time no see. Kamu apa kabar? Lama banget kita gak pernah ketemu." ucap Acha sembari berjalan mendekat. Merasa tidak enak jika berbincara di jarak lima meter.

"Baik. Kamu makin cantik. Kabar kamu gimana?"

"Tentu baik. Setelah putus dengan CEO muda ini aku langsung berbenah hidup." canda Acha dengan tersenyum lebar.

Brilian tertawa renyah. Satu tanganya terulur, mengacak gemas rambut panjang Acha sampai berantakan.

"Kebiasaan ya, Mas. Aku atur ini rambut setengah jam sendiri kamu seenak dengkul acak-acak gini!" dengkus Acha dengan sebal.

"Sorry, yang udah jadi kebiasaan sulit di hilangkan".

Jawaban Brilian membuat Acha menaikkan satu alisnya. Mengulang memori saat dulu ia bisa berpacaran dengan Brilian. Sebenarnya tidak lama bahkan bisa saja tidak perlu di hitung pacaran atau bahkan mantan pacar, karena pacaran mereka dulu hanya satu kali jalan kemudian putus. Setelah itu los kontak dua tahun kemudian. Bolehkan Acha berpikir jika Brilian patah hati karena dirinya?

Poor Acha.

"Kamu makin gemesin. Jadi gak nyangka kalau dulu pernah jadi pacar." ucap Brilian. Acha tersenyum kaku. merasa bersalah karena dulu tidak benar-benar serius berpacaran dengan Brilian yang malah naksir berat dengan sepupunya yang ternyata suka sesama jenis. Entah berita hanya berita miring atau benar kenyataan rasanya Acha merasa menyesal pernah berkhayal menikah dengan Julano.

"Bri, lo bisa langsung ke kelas Tara. Dia kayaknya lagi di ruang kesehatan gue udah konfirmasi sama dosennya." ucap Seseorang yang tiba-tiba datang. Acha langsung berbalik badan. Kedua matanya membelak tidak percaya saat menemukan Julano ada di belakangnya dengan membawa selembar kertas entah berisi apa. Di lihat dari raut wajahnya pun sepertinya Julano juga tidak kalah terkejut.

"Oke, gue langsung ke sana sekarang!" ucap Brilian yang di balas anggukan oleh Julano. Atensi Brilian kembali berpusat pada Acha yang mengalihkan pandangan ke arah taman kampus. "Cha, aku mau ke ruang kesehatan dulu. Lain kali kita bisa ngobrol bareng kalau ada waktu luang. Dan kenalin ini sepupuku namanya Julano Repono, satu rahasia besar yang harus kamu tau. Dia naksir kamu sampai sering ke bawa mimpi."

Acha membelakkan mata semakin tidak percaya. Ia menatap Brilian dan Julano secara bergantian. Mencoba mengkonformasi kebenaran itu kepada si tersangka.

"See you next time, Acha." ucap Brilian menyunggingkan senyum lebar dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Acha dan Julano yang masih terdiam di tempatnya masing-masing.

"Hai, Cha. Kamu kuliah di sini juga?" tanya Julano dengan senyuman khasnya. Senyuman yang mampu menjerat ratusan kaum hawa di luaran sana.

Acha mengangguk kaku. Masih merasa speechless dengan pengakuan yang beberapa detik lalu si mantan ucapkan.

"Mas Julano juga jemput Tara?"

Rembulan ReachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang