Chapter 14

865 84 8
                                    

Bunus karena nggak pernah update. Chapter super panjang 🌷💙

Setelah selesai melipat baju dan menjemur pakaian Acha kemudian di sibukkan oleh pekerjaan lain yaitu menonton drama korea. Dengan catatan, pekerjaannya sudah beres semua. Seharian ini ia telah bekerja keras membersihkan segala penjuru rumah mulai dari dapur, kamar mandi, ruang tamu bahkan sampai taman sekali pun. Hal yang dulu bahkan tidak pernah ia lakukan. Menyentuh dapur saja Acha jarang sekali apalagi memasak. Untungnya ada bunda Cecilia yang selalu mengajari Acha cara memasak saat ia kerap kali bermain ke rumah Haris. Jadi saat tiba-tiba menikah Acha tidak terlalu kaget harus memulai dari mana.

Itu pelajaran pertama yang Acha dapat setelah berumah tangga. Acha sudah bukan tanggung jawab kedua orang tuanya lagi. Dulu saat lapar Acha hanya perlu berteriak memanggil Bibi di rumah kemudian duduk ongkang-ongkang kaki sambil menunggu makanan di siapkan. Sekarang kalau bukan dirinya yang bergerak ia tidak akan kenyang dengan sendirinya. Menyuruh Haris juga tidak tega, suaminya itu sudah kuliah dari pagi pulang siang bahkan pernah beberapa kali pulang malam karena harus membantu di kantor. Tentu saja dengan bayaran yang tidak pernah Acha tau nilainya berapa. Tetapi Haris terlihat selalu memiliki uang saat dirinya meminta nafkah.

Kegiatannya setelah menikah pun tidak banyak berubah. Acha malah semakin jarang keluar rumah karena tempat tinggal yang Haris sediakan cukup nyaman. Ia hanya perlu menjadi istri yang baik dan Haris akan menjalankan perannya sebagai seorang suami yaitu memberinya nafkah lahir. Kalau nafkah batin yang urusan ranjang Acha belum siap dan Haris tidak mempermasalahkan hal itu.

Ternyata menikah juga tidak seburuk yang sebelumnya Acha pikirkan. Ada banyak hal yang membuatnya merasa aman terutama dengan kehadiran Haris saat di rumah.

Ting tong

Acha mempouse laptopnya kemudian bangkit berdiri. Ia menyambar hoodie kebesaran milik Haris dan memakainya untuk menutupi tanktop dan hotspant yang ia kenakan. Setidaknya dengan memakai hoodie tersebut masih layak untuk menyambut tamu.

Ting tong

"I'm cooming," teriak Acha sambil berjalan menuju pintu rumah. Ia sedikit kesal dengan tamu kali ini. Awas saja jika orangnya tidak penting.

Ceklek

Wajah Haris yang pertama kali Acha lihat. Hampir saja gadis itu mengumpat kesal apalagi saat melihat Haris meneliti penampilannya dari atas sampai bawah. Kemudian menatap tidak suka saat hoodienya sudah berpindah kepemilikan. Belum Acha protes mengapa Haris harus repot-repot memencet bell dan tidak membukanya sendiri, seorang lelaki tampan muncul tersenyum ramah padanya. Acha kemudian mempersilakan keduanya untuk masuk.

"Jadi rumahmu di sini, Ris. Lumayan dekat sama kampus." komentar pria itu saat pertama kali masuk ke dalam rumah. Acha mempersilakan tamunya untuk duduk setelah membereskan beberapa snack makanan dan memindahkan laptop ke atas lemari.

"Ini sepupuku Cha, namanya mas Dhafi. Mas Dhafi, ini Acha, istriku" ucap Haris memperkenalkan keduanya. Acha tersenyum dan menerima jabat tangan pria asing yang ternyata sepupu suaminya.

"Oh, jadi ini yang namanya Acha. Maaf saya nggak bisa datang di acara pernikahan kamu." ucap Dhafi ramah. Acha tersenyum dan mengangguk kemudian mempersilakan keduanya untuk mengobrol sementara ia ke dapur untuk menyiapkan jamuan.

"Jadi kapan pulang, Mas? Tadi tante Relisa nelpon katanya Mas Dhafi mau mampir sebentar. Saya kira besok," ucap Haris. Dhafi terkekeh pelan.

"Saya nggak betah di rumah, Ris. Mami udah kayak penagih hutang aja, tiap hari mintanya istri sama cucu apa saya nggak pusing tuh," ucap Dhafi. Haris ikut tertawa.

"Buruan nikah, Mas. Nggak usah cari yang macam-macam. Yang ada aja" canda Haris membuat Dhafi terbahak keras.

"Masalahnya Ris yang ada aja itu nggak ada. Saya belum ada cocok sama cewek terus tiba-tiba mau ngajak nikah. Belum kepikiran. Malah udah keduluan kamu aja nikahnya" kekeh Dhafi.

Rembulan ReachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang