Chapter 10

992 96 2
                                    

Kak Eurie
Enggak, cuma kemarin mas Berani ada perjalanan dinas sebentar terus kakak ikut. Kamu jangan mikirin yang macam-macam, semua baik-baik aja dan terkendali. Salam dari mama dan papa. Katanya kangen Acha dan semoga sehat selalu.

Acha menatap pesan yang baru saja kakak iparnya kirimkan dengan helaan napas lega. Rasanya beban berat yang ia tanggung semalam telah menguap entah kemana. Jawaban Eurie kali ini benar-benar membuat Acha bisa beraktivitas dengan tenang.

Setelah membalas pesan dari kakak iparnya Acha lekas melanjutkan langkah menuju kelas. Hari ini setelah kelas selesai ia dan Haris ada janji untuk berkunjung ke rumah salah satu sepupunya. Ada syukuran di sana dan tentu saja Acha di undang untuk datang.

"Eits, tunggu dulu." Acha menghentikan langkah saat Jali menghadangnya di depan pintu masuk. Laki-laki itu berdiri dengan tampang yang di buat sesombong mungkin.

"Mana tiketnya?" Jali menengadahkan tangan di depan wajah Acha sembari satu tangannya lagi mengipasi wajah menggunakan uang lima ribuan.

Acha berdecak pelan kemudian mengambil uang lima ribu dari dalam tasnya. "Nih, lain kali jangan jadi tukang parkir di sini dong Jal, ganggu ketenteraman hidup orang aja sih!" gerutu Acha sembari memberikan uang pada si raja parkiran.

"Gue gak kuat kalau langsung di parkiran, Cha. Hati gue sakit." ucap Jali mendramatiskan suasana.

"Sakit kenapa? Lo ada penyakit jantung?" tanya Acha lagi. Kali ini ia sedikit panik saat melihat wajah Jali semakin memelas.

"Gue gak kuat lihat lo sama Haris satu mobil. Lo digantung ya Cha, nggak dikasih kepastian makanya muka lo badmood abis," Jali menunjukkan ekspresi menyebalkan yang membuat Acha ingin menampol wajahnya itu.

"Sial lo."

Acha mendengkus pelan kemudian menabrak Jali dan langsung masuk ke dalam kelas. Tidak lagi menghiraukan si tukang gombal yang sedang menghadang Miky dan Tesa.

Acha langsung duduk di kursi kebesarannya. Ia merapikan buku dan mengeluarkan netbook. Hari ini ia ada presentasi dan harus menjelaskan kepada teman satu kelas.

"JALI KUPRET. GUE DOAIN LO GAK KEBAGIAN JODOH!"

Teriakan Miky dari pintu kelas membuat Acha refleks mengangkat kepala. Ia ikut terkejut dengan suara membahana Miky yang cempreng dan super keras. Apalagi dosis volumenya bisa membuat orang kehilangan pendengaran.

"Tenang, tikus. Gue masih punya stok jodoh di rumah. Jadi lo gak perlu khawatir." ucap Jali sembari melipat tangan di depan dada. Laki-laki itu sepertinya sangat menikmati wajah kesal Miky.

"Heh, jalingkung. Nama gue bukan tikus, sekali lagi lo ngomong hilang pala lo. Liat aja!" Miky menatap garang membuat Jali sedikit bergedik ngeri. Membayangkan bagaimana kepalanya hilang. Mana bisa ia lihat.

"Iya, tuan puteri. Sorry to say, tapi lo lebih cocok di panggil tikus soalnya mirip orang yang gue suka!"

"Bodo amat. Sekali lagi lo ngemis uang gini, gue gak bakal segan-segan potong tangan lo!"

Jali bergedik ngeri. Laki-laki itu langsung memberi jalan dan mempersilakan Miky untuk segera masuk. Sepertinya macan besar kelasnya sedang dalam mode senggol bacok. Kali ini Jali perlu waspada jika tidak ingin nyawanya hilang di usia muda.

Melihat Miky berjalan mendekat dengan wajah bertekuk kesal karena perdebatan sengit dengan Jali Acha langsung melambaikan tangan. Menyuruh Miky agar mendekatinya.

"Lo datang sendiri? Rasa mana?"

"Dia di antar Dika. Tadi SMS katanya mau ke gramed dulu bentar. Beli buku."

Rembulan ReachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang