Chapter 21

745 65 0
                                    

H A P P Y R E A D I N G

•••

"Ini tontonan apa sih?" Haris berdecak pelan, ingin merebut remot televisi tetapi kalah cepat dengan Acha yang sudah menyembunyikannya ke dalam pelukan.

Perempuan itu mendongak dengan bibir cemberut.

"Kamu udah komen lebih dari sepuluh kali, kalau nggak suka keluar sana." ucapnya ketus.

Kini keduanya tengah berada di dalam kamar hotel. Karena sedang malas kemana-mana Acha mencetuskan ide untuk menonton drama Thailand yang berjudul F4. Bukan tanpa sebab selain karena visual karakternya sangat memabukkan Acha juga penasaran dengan alur dramanya.

Haris menghela napas dalam, diusapnya rambut panjang Acha yang saat ini tengah menyandar di dadanya.

"Lagian kesel banget sama jalan ceritanya. Udahlah, bullying itu nggak boleh diwajarkan dimana pun." ucqp Haris.

Acha mendengus sembari mengambil tangan Haris untuk digenggam. Suaminya itu sejak tadi sudah misuh-misuh tak jelas menikmati drama favoritenya.

"Sabar Mas Haris, ini mah cuma drama." sahut Acha kalem.

"Dan biasanya di kehidupan nyata lebih mengerikan."

Acha memilih bungkam dan menikmati dramanya meskipun beberapa kali harus terganggu karena mulut cerewet suaminya itu tak bisa diam. Jika Haris diam maka tangannya tidak, pasti menjalar kemana-mana.

Acha memilih untuk mematikan televisi sebelum rebah tiduran di atas paha sang suami. Dia menatap malas wajah tampan Haris yang entah mengapa semakin hari semakin tampan itu. Padahal sebelumnya terlihat biasa-biasa saja. Apa kekuatan cinta memang semengerikan ini?

"Apa?" Haris bertanya pelan sembari mengusap pipi istrinya. Dia berubah lebih patuh karena Acha sudah tau kelemahannya.

"Nggak nyangka bisa nikah sama kamu," wanita itu terkekeh pelan.

Haris yang gemas mencubit hidung mancung istrinya. "Harus nyangka, soalnya kalau bukan sama kamu kayaknya aku nggak bakal nikah."

Acha tertawa pelan. Mulut Haris memang semakin manis sejak malam unboxing itu. Emang dasar laki!

"Gombal kamu mas. Di datangi Mbak Aera nanti gamon lagi." ucap Acha melirik sinis.

Haris yang semula mengusap lembut kepala Acha jadi terdiam. Tatapannya menajam tak suka. "Siapa bilang aku gamon sama Aera? Dari dulu bahkan aku nggak ada rasa sama dia!"

Acha berdecih pelan. Tak terima, karena ia ingat betul pernah dilabrak Aera karena selalu berangkat berdua bersama Haris saat SMP.

"Terus yang dulu minta tolong anterin kerja kelompok siapa? Sampai ngerengek takut ketahuan mbak Aera. Dasar laki!" Acha masih ingat jelas dulu saat kelas tiga SMP Haris merengek untuk pertama kalinya meminta Acha menemaninya kerja kelompok. Alasannya karena malas bertemu Aera mantan pacarnya padahal saat itu Acha yang baru menginjak kelas satu SMP jelas mendengar gosip bahwa Haris baru saja diputuskan oleh pacarnya. Dasar manusia.

"Ya tuhan, Achaaa." Haris mengusap wajahnya sambil tertawa pelan. Dia memindahkan kepala Acha ke atas bantal dengan hati-hati sebelum ikut bergabung berbaring diatas ranjang. "Itu karena aku males ketemu sama Aera. Dia pasti nempelin aku terus."

Acha bergumam entah apa sambil memeluk suaminya. Rasanya malas saja membahas masa lalu Haris yang memiliki banyak cewek.

"Hm, percaya."

Haris terkekeh pelan balas membawa Acha masuk ke dalam dekapannya. "Istriku kalau cemburu lucu banget." ucapnya pelan.

Jelas Acha mendengarnya. Wanita itu mendongak dengan tatapan setajam silet.

Rembulan ReachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang