Chapter 27

413 27 8
                                    

"A-APA? H-hamil?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"A-APA? H-hamil?"

Raut wajah Acha berubah pias tak beda dengan Haris yang kini hanya diam tertegun lama mendengarkan penjelasan dokter. Katanya, kandungan Acha sudah memasuki minggu ke lima dan gejala aneh yang Haris rasakan serta kemauan tak biasanya itu adalah karena faktor kehamilan ini.

"Ibu hamilnya kelihatan sehat bahkan nggak merasakan keanehan apa pun ya? Malah bapaknya yang mual, muntah dan nyidam?" tanya bu dokter yang kini tersenyum ramah.

Acha masih sangat syok begitu pun dengan Haris yang mengangguk kaku. Siapa sangka di pagi yang cerah ini dia mendapatkan kabar yang amat sangat mendebarkan. Acha hamil dan dia akan menjadi ayah.

Debaran jantung Haris semakin menggila kala Acha diminta berbaring di brankar rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Saat dokter menunjukkan hasil USG berupa sebuah gambar berbentuk seperti biji kecil Haris tak dapat menyembunyikan kedua matanya yang berkaca-kaca. Seumur hidup dia tak pernah merasa sebahagia ini. Ternyata memiliki sesuatu hal milik dirinya yang lain bisa sangat membahagiakan ini.

"Bapak bisa mengkonsumsi obat mual yang nanti saya resepkan. Beruntung sekali ibu Acha tidak perlu merasakan morning sickness dan sudah digantikan oleh bapak." ucap Dokter Anida tersenyum pada pasangan muda itu.

Acha mengerjap pelan, dia memandang monitor kecil di samping ranjang dengan pandangan tak fokus, beralih pada suaminya yang kini meneteskan air mata haru sambil berulang kali mengecup pelipis dan kedua tangannya. Jujur saja Acha masih sangat syok. Dia tau bahkan belakangan nafsu makannya bertambah dan kemungkinan berat badannya pun sama tetapi dia pikir itu hanya faktor sress akibat tugas menumpuk. Dia tak pernah berpikir bahwa ada kehidupan lain dalam dirinya. Hal yang bahkan tidak dia bayangkan akan datang secepat ini.

"Sayanggg, makasih." sesaat setelah dokter Anida pamit keluar dari ruang pemeriksaan Haris kembali memeluk istrinya dengan air mata berlinang. Bibirnya tak henti mengecupi seluruh wajah Acha penuh haru. Kebahagiaannya tak bisa dia sembunyikan. Dia sangat bahagia hari ini.

Acha tersenyum hangat, dia balas mengusap sisi wajah suaminya dengan lembut. "Kamu bahagia?" tanyanya.

Haris mengangguk antusias. "Aku nggak papa mual setiap pagi," katanya membuat Acha tergelak kecil.

Ternyata rasanya sebahagia ini. Dulu dia tak pernah membayangkan akan berbagi tangis dengan Haris mengingat betapa menyebalkannya lelaki itu. Tapi sekarang saat melihat betapa bahagia Haris sampai menangis penuh haru karena dirinya Acha pun ikut tersenyum bahagia.

Takdir tak pernah menolak keberadaan sesuatu yang pasti akan terjadi. Acha yakin akan hal itu.

Kehamilan Acha disambut antusias oleh keluarga besar. Bunda yang harusnya datang nanti malam langsung meluncur ke rumah Haris setelah mendapatkan kabar bahagia itu. Bahkan Ayah juga ikut menunda rapat saat mendengar kabar bahwa sebentar lagi dia akan mendapatkan cucu baru. Dio dan mio serta si kembar Arlan dan Erlan menyambut antusias sambil memberi beberapa wejangan serta nasehat untuk pergi ke kyai agar anaknya kelak tidak mewarisi gen menyebalkan bapak mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rembulan ReachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang