Chapter 24

713 76 1
                                    

H A P P Y R E A D I N G

•••

"Sa, Ardika chat gue suruh lo bales chatnya."

"Ogah. Gue nggak ada urusan lagi sama dia!" ucap Rasa dengan santainya, tak ada tanda-tanda kesedihan di wajah dan nada suaranya.

Micky dan Acha mengernyit dalam, keduanya berpandangan saling melempar pertanyaan lewat tatapan mata.

"Lo sama Ardika putus?" tanya Micky hati-hati. Acha mengerjap cepat, dia tak tau kalau Ardika dan Rasa pacaran.

Rasa menggeleng, bibirnya berdecih kesal. "Gue sama dia nggak pernah pacaran. Cinta itu bullshit, gue nggak percaya cinta!"

"WHAT?! Terus lo sama dia selama ini ngapain?" pekik Micky tak habis pikir. Mulutnya sampai ternganga saking tak habis pikirnya. Micky selama ini berpikir bahwa Rasa dan Ardika pacaran mengingat betapa dekatnya mereka berdua.

Acha diam menatap Rasa yang terlihat acuh mengangkat bahunya. Rasa yang Acha kenal memang seperti ini. Tak pernah percaya cinta dan baginya cinta adalah kutukan.

"Ssstt, Ardika ke sini!" bisik Micky agak keras, tangannya menyenggol Rasa yang santai sekali menyesap teh hangatnya. Ketiganya kini sedang berada di kantin fakultas, beristirahat sebentar sebelum lanjut masuk kelas.

Rasa memutar bola matanya malas. Dia menatap Ardika acuh yang kini sudah duduk di sampingnya. Acha dan Micky spontan saling melirik melempar kode.

"Kita perlu bicara, Sa. Ikut gue sebentar ya?" bujuk Ardika lembut.

Acha memperhatikan interaksi itu dalam diam. Ardika terkenal pintar dan sangat cerdas, sering membawa pulang piala dalam kejuaraan akademik maupun non akademik. Terkenal ramah dan supel, tak sekali pun pernah ada gosip bahwa lelaki itu suka bermain wanita.

Rasa menurunkan tangan Ardika dari pundaknya. Gadis itu risih dengan tatapan beberapa orang yang terlihat sangat penasaran. Maklum Ardika juga termasuk cowok idaman di kampus mereka.

"Nanti." jawab Rasa singkat. Ia mengabaikan Ardika dan mengajak Micky bercerita. Acha hanya tersenyum kecil saat tak sengaja bertatapan dengan Ardika.

"Sa, jangan gini. Ikut gue dan sekarang kita bicara!" ucap Ardika lagi, tangannya dengan lembut mengambil tangan Rasa dan digenggam erat. Keduanya bertatapan saling melempar tatapan tajam.

Micky dan Acha meringis pelan.

"Lo mau ngomong apa, gue dengerin sekarang!"

Pertengkaran itu mendapat atensi beberapa orang yang khusus dekat dengan meja Acha.

"Jangan di sini, lo gila?!" pukas Ardika kesal. Wajah ramahnya seolah berubah menjadi tak ramah.

"Oh, lo takut semua orang tau betapa brengseknya cowok populer yang sering juara umum dan jadi idaman semua orang ini?" Rasa menghempaskan tangan Ardika dengan senyum miring. Gadis yang biasanya terkenal cerewet dan santai itu kini terlihat berbeda.

"Lo ngomong apaan sih?" Ardika mengeram rendah. Menahan diri untuk tak bersuara kencang menyuarakan kekesalannya. "Yang lo lihat salah paham, gue sama Gina nggak ada hubungan apa pun!"

Senyum Rasa tercetak semakin lebar. Acha sudah menarik ujung dress yang dikenakan Micky untuk mengode agar segera pergi dari sana. Ini bukan ranah mereka untuk ikut campur apalagi di sini terlalu ramai, jelas akan masuk ke dalam berita hot kampus.

"Lo siapa gue sih memangnya? Pacar juga bukan, penjelasan lo nggak berarti apa pun." Rasa mendekatkan diri pada Ardika dan berbisik entah apa di telinga cowok itu. Senyum kecil Rasa terlihat tak enak di lihat.

Rembulan ReachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang