30. Hancur

377 30 5
                                    

Bukan sekali dua kali aku hancur, namun berkali-kali sudah hidupku dihancurkan.

Sebenarnya dokter menyarankan agar Nuca beristirahat sejenak di rumah, luka di bagian punggungnya cukup mengkhawatirkan, katanya.

Bukan Nuca jika ia mendengarkan perkataan Dokter, baginya terluka adalah sebagian dari hidupnya selama ini. Hari ini, Alkan harus menjelaskan segalanya, alasan mengapa ia berada di pihak Navel, serta tatapannya yang sudah tak bersahabat sejak beberapa hari terakhir.

Tadinya, Nuca beserta anak Oscar yang lain akan membicarakannya di sekolah, tetapi karena Alkan tidak hadir, Nuca mengirimi pesan agar datang ke markas.

Pesan itu dibaca namun tak di balas, itu artinya Alkan berkenan untuk hadir.

Sekarang Oscar tengah menunggu kedatangan Alkan, anggota mereka yang dulunya paling heboh namun kini membelakangi terlalu jauh.

Derab langkah kaki memasuki markas Oscar, disana berdiri seorang lelaki memakai jeans putih dan kaos oblong maroon.

"Apa kabar Al?" tanya Tito

"Fine." jawab alkan datar, kemudian ia melempar jaket Oscar, Jaket yang sudah menjadi kebanggan geng tersebut.

"Gue balikin jaket lo, udah gak butuh."

Nuca menatap manik mata Alkan tajam, cukup lama ia diam sampai akhirnya angkat bicara.
"Apa yang membuat lo benci sama gue?"

"Oh, Daniel belum kasih tau?" Alkan melirik Daniel, cowok humoris itu membuang muka ia sudah cukup lelah akan permasalahan ini, hari ini semua harus di selesaikan.

"Kakak lo, orang yang udah berani nyentuh Kakak gue satu-satunya!" ucap Alkan keras dan penuh penekanan di setiap katanya.

Nuca membelalak kecil, mencoba mengatur napas yang kini turun naik tak beraturan, dadanya serasa si hantam lagi dan lagi. "L-lo jangan bohong!" sarkas Nuca

"Buat apa gue bohong bangsat!"

"Kakak lo, udah menghancurkan masa depan Kakak gue!" Mata Alkan memerah, kedua tangannya terkepal di bawah ana, giginya terus menggertak, setiap kali melihat Nuca, selalu mengingatkan pada Denaca, orang yang sudah merenggut kesucian Alys, Kakaknya.

"G-gue.."

"Pantas aja, Denaca memang bajingan."

Nuca membulatkan mata sempurna saat Alkan berbicara sembarangan tentang Kakaknya. "Jaga omongan lo anjing!"

"Weh, harusnya lo nggak marah saat gue ngomong yang sebenarnya." Alkan tersenyum miring penuh ironi, dia sudah bukan Alkan yang Nuca kenal, dia berbeda.

"Gue tahu Kakak gue salah, Kakak gue akan bertanggung jawab!"

"Apa hal itu akan ngembaliin segalanya? Kakak gue hancur karena kakak lo sialan!"

"Pantas hidup lo gak ada senengnya Nuc, Kakak lo biang masalah itu sendiri."

"Tega banget lo ngomong gitu jingan!" sentak Daniel, menurutnya ucapan Alkan sudah kelewatan, dia tidak tahu sedalam apa luka di hati Nuca.

"Gue enggak mau gabung sama adik seorang bajingan, kayak lo." tunjuknya pada Nuca. Alkan melepaskan cengkraman Daniel kasar, kemudian berbalik pergi dari markas tersebut.

DENUCA MAHESWARA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang