*Happy Reading*
Pukul 5 pagi, Nuca sudah rapi dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Ia sengaja bangun pagi, karena ia harus menemui seseorang yang sudah sepuluh tahun berpisah dengannya.
Tak lupa juga, Nuca membawa satu potongan foto milik Kakaknya meskipun itu fotonya saat masih berusia 17 tahun, tapi Nuca tahu persis seperti apa rupa Denaca.
Ia melenggang meninggalkan halaman rumah dengan motor ninjanya, membelah jalanan Surabaya yang terasa dingin hari ini.
Tepat pukul setengah enam pagi, Nuca sampai di depan toko yang di katakan oleh Paman Endy. Toko kue itu sudah buka, ada banyak sekali pegawai yang tengah sibuk mondar-mandir menata pesanan, Nuca berjalan pelan masuk ke dalam, matanya menengok kanan kiri mencari orang yang ingin ia temui.
"Permisi Mas, mau beli kue moci, ada nggak?" ucap Nuca kepada seorang lelaki yang sekiranya masih sepantara dengannya. Lelaki itu tersenyum kecil, lalu menyuruh Nuca untuk memilih varian rasa moci.
"Mau yang rasa apa Mas?" tanya lelaki itu
"Emm, rasa coklat aja Mas, oh iya saya beli dua ya Mas." lelaki itu pun mengangguk, ia mengambil dua porsi moci kemudian membungkusnya, dan memberikannya pada Nuca.
"Berapa harganya?"
"Enam belas ribu Mas."
Nuca mengambil uang dua puluh ribuan di saku celananya, lalu menyerahkannya pada lelaki tersebut. Setelah itu lelaki tersebut mengembaliknn kembaliannya pada Nuca. "Hemm, saya boleh tanya sesuatu Mas?"
Lelaki itu terlihat mengernyitkan dahi, sebelum ia mengangguk kecil. "Boleh, silahkan."
"Apa di sini ada karyawan yang namanya Denaca?"
Nuca mengeratkan pegangannya pada plastik hitam yang berisi kue moci, seraya menunggu jawaban dari lelaki tersebut. "Iya Mas, ada."
Deg!
"Saya boleh bertemu dengannya?" Nuca sedikit hati-hati mengucapkan kalimatnya.
Lelaki itu mengangguk dan tersenyum tipis. "Gil, tolong panggilin Naca." ujar lelaki tersebut kepada salah satu karyawannya yang tengah membawa keranjang berisi kue pesanan pelanggannya.
"Siap Bos." kata pegawai itu.
Selang beberapa menit, seorang lelaki bertubuh tinggi nan kekar pun keluar dari balik pintu. Ia memakai topi hitam serta kaus panjang berwarna biru dongker, berjalan mendekat ke arah Bosnya. "Ada apa panggil gue?" suara itu, Nuca sangat mengenali suara yang sangat ia rindukan, hingga pandangannya tak lepas dari Naca, Kakaknya.
"Nih, ada yang cariin elo." lelaki yang di panggil Bos itu mengarahkan tatapan matanya pada Nuca.
Naca mengalihkan pandangannya, dan menatap seorang siswa yang memakai seragam SMA meski terbalut oleh jaket yang melekat pada tubuh siswa tersebut, tapi ia tahu pasti dia anak SMA. "Lo cari gue?"
Nuca tak berkedip sama sekali, mulutnya pun sedikit terbuka, lidahnya kelu, sulit mengatakan sesuatu yang dari tadi ingin ia sampaikan. "I-iya."
"Ada perlu apa?"
Nuca gelagapan mencoba mencari sebuah ide meski terasa sangat sulit ia pikirkan."Saya dengar, kamu pernah melatih bela diri, apakah itu masih berlaku?"
Naca terlihat menatap Nuca tak suka, ucapan Nuca berhasil mengingatkan Naca tentang masa lalunya. "Itu dulu, sekarang nggak lagi."
"Kenapa?"
"Privasi gue."
Nuca tersenyum sekilas, ia tidak percaya akan bertemu lagi dengan Naca setelah berpisah selama 10 tahun lamanya. Kakaknya terlihat sehat, wajahnya tegas juga tampan, mirip dengan Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENUCA MAHESWARA (LENGKAP)
Teen FictionBercerita tentang seorang pemuda bernama Denuca Maheswara, seorang remaja berusia 17 tahun yang mempunyai dendam serta amarah yang membara dalam dirinya karena kejadian kelam yang dialami olehnya. Apakah ia siap menerima fakta yang terkuak 10 tahun...