Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Tetapi gadis berambut pirang berjaket merah marun itu masih setia berdiri di depan gerbang menunggu supirnya datang.
Ia menggerutu kesal, pasti supirnya tengah makan siang hingga lupa menjemputnya! Aishhh!
Mana sekolah sudah sangat sepi, ia jadi merinding. Bukan takut akan hantu, jika ada preman atau jambret gimana? Kan serem! Kenapa tadi dia nggak nebeng Dara aja sih? Ahh gesrek banget otak Tata, makanya jangan Nuca mulu yang lo pikirin!
Tata celingak-celinguk seperti anak yang kesasar, ia memberanikan diri berjalan menuju jalan raya, berharap ada taksi yang berhenti untuknya.
Tiba-tiba sebuah tangan besar yang menyentil bahunya membuat Tata menjingkat kaget. Tata melotot ketika tahu ada tiga preman berbadan besar seperti gentong di belakangnya, menatapnya misterius.
"Hallo neng, sendirian aja nih?" ucap salah satu preman yang memakai baju sobek, dan beralis tebal serta berjenggot, Tata bergidik ngeri menatapnya.
"Belum di jemput ya neng? Mau abang anterin nggak?" kata salah satu teman preman di sampingnya, ia berambut gondrong dan wajahnya menyeramkan.
"Enggak, m-makasih." Tata bahkan kesulitan untuk bernapas saat ini. Ia menatap kesekelilingnya, berharap ada malaikat yang sudi menolongnya dari para preman tersebut.
"Ayolah neng, kita nggak gigit kok." ucap preman tadi seraya mencolek bahu Tata dengan cepat Tata menghindar. "Nggak! Lebih baik om pergi!" seru Tata, nadanya bergetar takut.
"Udah bos, bawa aja, sikat!"
Tata berteriak dalam hatinya. Satu dua, tiga, kabur Ta!
Tata lari sekencang mungkin dari para preman tersebut, meski tahu ia sangat payah dalam olahraga, tapi setidaknya ia masih berlari. Preman tadi lantas mengejar Tata, membuat Tata semakin takut dan merinding.
Hingga tubuh Tata menabrak dada bidang seseorang entah siapa. "Nuca!" teriak Tata, ia lantas memeluk tubuh tegap tinggi di hadapannya, menumpahkan airmata yang sedari tadi ia tahan.
Para preman tadi sampai di hadapan Nuca dan Tata. "Wah, ada pacarnya ternyata bos!" seru preman gondrong tadi.
Nuca menatap sinis preman-preman gendut di hadapannya, sambil melepaskan Tata dari pelukannya ia berkata. "Tunggu bentar, mereka bakal abis hari ini juga." ucap Nuca tegas di setiap kalimatnya.
"Kalo lo kenapa-napa gimana Nuc? Gue enggak mau!" seru Tata. Nuca malah menampilkan senyum miringnya. "Lo tenang aja."
Tiga preman tersebut lantas langsung menarik kerah Nuca dan menghajarnya. Nuca masih terkekeh, tak ada rasa sakig sama sekali, preman yang bodoh!
Nuca menendang ketiga preman itu sekaligus, kemudian ia mengambil balok kayu yang entah dari mana datangnya, kemudian membabi buta tiga prema tersebut, hingga mereka tersungkur di aspal jalanan. Satu preman berdiri dan mengeluarkan pisau tajam ke arah Nuca, Tata sudah berteriak histeris melihat pisau itu, ia terus meneriaki Nuca agar menjauh.
Sang preman menggoreskan luka oada lengan Nuca, hingga mengeluarkan darah, Tata sudah membekap mulutnya sendiri, ia tak percaya akan melihat adegan yang mengerikan seperti ini. Sementara Nuca menatap darah yang keluar dari lengannya, masih sama, tidak ada rasa apapun.
Ia maju selangkah dan memukul kepala preman yang telah melukainya menggunakan balok kayu yang di pegangnya, hingga preman tersebut ambruk.
Tiga preman tersebut berdiri sambil tertatih-tatih. "Liat balasan gue nanti!" ancam salah satu preman tadi, setelah itu mereka lari terbirit-birit dan menghilang dari pandangan Nuca.
Tata lantas berdiri dan menghampiri Nuca. "Nuca lo nggak papa kan? Lengan lo berdarah astaga!" Tata ngeri sendiri melihat darah segar mengalir dari lengan Nuca yang tergores pisau tajam tadi.
"Ayo gue obatin!" Sarkas Tata, ia menarik lengan kiri Nuca, mereka lantas duduk di persimpangan jalan.
Tata mengeluarkan p3k yang selalu ia bawa ke sekolah, kemudian membersihkan luka di lengan Nuca. Ia meringis melihatnya, pasti sangat sakit!
"Tahan ya, agak sakit pasti." ucap Tata, sedang Nuca hanya memperhatikan caranga mengobati lengannya, dalam hati ia membatin, apanya yang sakit?
Setelah selesai mengobati lengannga, Tata menangis di hadapan Nuca, membuat Nuca menatapnya heran. "Lo ngapain nangis?"
"Gue takut banget tadi Nuc, kalo nggak ada elo gue nggak tau lagi apa yang akan terjadi sama gue.." bulir bening jatuh di kedua pipi gadis tersebut saat menatap luka Nuka yang terlihat amat perih.
"Dahlah, yang penting lo sekarang kan gak papa, udah bagus lo usaha lari tadi, nggak usah pake nangis segala!"
"Hih! yakan gue masih syok Nuca! Dan lari juga usaha terakhir gue!"
"Makanya udah jangan nangis, jangan lemah!"
Tata mengusap airmatanya meski napasnya masih naik turun tak beraturan. "Nih dah gak nangis lagi!"
"Bagus!" ujar Nuca.
"Ayo pulang. " singkat Nuca, ia berdiri dan memakai helm ninjanya.
"Lo serius mau anter gue?"
"Mau nggak lo? Kalo nggak sih ng-"
"IYA, IYA! MAU KOK!"
"Yaudah cepet naik, udah mulai sore tau!"
Tata segera naik dan menerima helm dari Nuca, ah begitu senangnya ia hari ini bisa pulang bareng Nuca, meski harus melewati rintangan preman mengerikan yang hampir saja mencelakainya.
*BERSAMBUNG*
Don't forget to pray❤
Vote ⭐ Komen 💬DENUCA MAHESWARA.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENUCA MAHESWARA (LENGKAP)
Teen FictionBercerita tentang seorang pemuda bernama Denuca Maheswara, seorang remaja berusia 17 tahun yang mempunyai dendam serta amarah yang membara dalam dirinya karena kejadian kelam yang dialami olehnya. Apakah ia siap menerima fakta yang terkuak 10 tahun...