Siang hari yang sangat menyengat, matahari tepat di atas kepala dan memancarkan sinarnya yang panas.
Bel istirahat di SMA Aestra sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, kantin sekolah pun sudah mulai ramai, para murid juga berdesak-desakkan agar bisa duduk di bangku kantin bersama teman-temannya.
Handpone Nuca berbunyi setelah ia menghabiskan setengah baksonya di mangkuk. Lantas ia segera mengangkatnya, tanpa melihat siapa yang memanggilnya.
Jadi elo yang namanya Denuca?
Bahkan Nuca belum mengucapkan sepatah kata, suara di seberang sudah mulai nyolot padanya.
'Ya, kenapa?'
Kenalin, gue Narel, kakaknya Navel. Lo yang udah buat adek gue babak belur kan? Berani banget lo!
'Gue gak akan habisin dia kalo adek lo nggak cari masalah'
Bangsat lo! Gue sebagai kakak nggak akan terima! Sekarang gue mau lo dateng ke gedung tua, dan inget lo harus dateng sendiri! Kalo sampe lo gak dateng, siap-siap aja, temen-temen lo bakal gue abisin!
Bukannya takut akan ancaman dari cowok yang sekarang meneleponnya, Nuca justru tersenyum miring, santai seperti digigit semut.
'Oke'
Sambungan handpone itu terputus begitu saja, Nuca kembali memasukkannya ke dalam saku celananya.
"Siapa yang telepon Nuc?" tanya Galang
"Narel, kakaknya Navel." ucap Nuca
Alkan lantas menggebrak meja karena kaget. "Tuh kan, pasti dia ngadu! Anak manja!"
"Terus, si Narel bilang apa?" kata Tito setelah menyeruput es jeruknya.
"Dia suruh gue dateng ke gedung tua, sendiri."
"Emang bangsat! dia pasti jebak lo Nuc, lo dateng sendiri dan si Narel bawa pasukannya!" seru Alkan.
"Lo nggak boleh pergi sendiri Nuc!" tegas Daniel, kini ia terlihat begitu serius.
"Iya, kita nggak mungkin biarin lo pergi sendiri Nuca!" timpal Berga.
Nuca melipat kedua tangannya, tatapan tajamnya lurus ke depan, namun tak ada raut gusar di wajahnya tetap tenang seperti biasa. "Gue pasti baik-baik aja, kalian tenang aja. Gue juga nggak akan pergi sendiri, setelah ini gue ke gedung tua, dan kalo sampe bel pulang sekolah bunyi, gue belum sampe sekolah, kalian langsung dateng kesana. Paham?"
Galang menganggukkan kepala tanda setuju dengan rencana Nuca. "Ide cemerlang boskuh." ucapnya santai
"Tapi, kalo lo kenapa-napa gimana Nuc?" ucap Alkan nadanya terdengar khawatir.
"Lo percaya sama gue Al, mereka yang akan menyerah, bukan gue. " tegas Nuca.
Teman-temannya pun hanya bisa mengangguk jika Nuca sudah keukeuh dengan keputusannya.
*****
Baru saja Nuca sampai di gedung tua seperti yang di sebutkan Narel, gedung di depannya memang sudah tak terpakai lagi karena telah rusak dan tak berpenghuni.
Suara langkah kaki dari arah belakang membuat Nuca menoleh, benar saja Narel bersama teman-temannya baru saja datang.
"Oh, jadi elo ya gangster SMA Aestra?" suara Narel meledek seperti sedang berbicara dengan anak kecil. "Dateng sendiri lo?"
Bukannya takut Nuca malah menyedekapkan tangannya di dada, seraya tersenyum miring. "Lo kan yang suruh gue dateng sendiri? Ya gue dateng sendiri lah!" Nuca melihat raut Narel yang mulai berubah, adik dan Kakaknya memang sama saja, gampang terpancing emosi, cih.
"Lo mau duel kan? Ayo!" tukas Nuca membuat Narel semakin menatapnya tajam dan menusuk.
"Percuma lo bawa temen-temen lo, nyali curut lo!" sarkas Nuca
Narel mendelik tajam apa dia baru saja mengejeknya?
"Maksud lo apa hah?!" ia menarik kerah seragam Nuca sangat erat."Masih belum ngerti juga? Goblok! Ga guna banget lo kuliah!" ucap Nuca tepat di depan wajah Narel.
Narel yang sudah terpancing emosi lantas memukul Nuca, hingga Nuca terpental di lantai gedung tersebut. Nuca terkekeh pelan, kemudian ia berdiri tanpa rasa takut. "Segitu doang?"
Ia langsung melayangkan satu tinjuan pada Narel, hingga Narel ambruk, darah segar pun keluar dari sudut bibirnya. Nuca menghantam Narel berkali-kali, Narel berusaha untuk lepas dari kendalinya tapi tetap tidak bisa, ia sangat lemah, kemudian mengerahkan teman-temannya untuk menyerang Nuca.
Sebuah besi mendarat dengan sempurna pada punggung Nuca, sementara Nuca hanya diam dan menampilkan kekehannya seperti biasa. Kerah Nuca ditarik oleh teman Narel yang berbadan besar juga tinggi, ia memukul keras wajah Nuca hingga darah segar keluar dari mulutnya.
Salah satu temannya yang lain memukul kepala Nuca dari arah belakang, darah pun kembali mengalir membasahi seluruh wajahnya. Nuca malah semakin tertawa keras, membuat Narel serta komplotannya mengernyit heran. Nuca mengambil sebuah besi yang tadi di pakai untuk memukulnya, kemudian mengarahkannya pada teman Narel, hingga ia tersungkur tak berdaya. Lalu Nuca menendang keras perut teman Narel yang tadi memukul kepalanya.
Tak berhenti sampai di situ, Nuca kembali menghajar anak buah Narel bertubi-tubi, hingga mereka kewalahan. Narel pun gusar karena anak buahnya yang di kalahkan oleh bocah SMA seperti Nuca, bisa-bisanya bocah sialan itu!
Teman-teman Narel sudah tak berdaya dan tergeletak lemah di lantai kotor gedung tersebut, begitu juga Narel.
"Gue nggak mau bikin kalian semua mati disini, dan inget, sebelum lo mau duel sama gue, lebih baik latihan dasar mukul dulu, jadi nggak lembek lo mukulnya!" ejek Nuca penuh penekanan, membuat Narel mengepalkan tangannya dan menahan sakit di wajahnya.
"Gue cabut, jangan lupa obatin luka kalian." ucap Nuca remeh, lalu berjalan meninggalkan gedung tua tersebut.
*BERSAMBUNG*
Thanks to all readers Denuca🙏
Yuk Vote ⭐Komen 💬
KAMU SEDANG MEMBACA
DENUCA MAHESWARA (LENGKAP)
Genç KurguBercerita tentang seorang pemuda bernama Denuca Maheswara, seorang remaja berusia 17 tahun yang mempunyai dendam serta amarah yang membara dalam dirinya karena kejadian kelam yang dialami olehnya. Apakah ia siap menerima fakta yang terkuak 10 tahun...