School
Suara riuh juga mencekam terjadi saat bel istirahat kedua sekolah di SMASTRA. Pasalnya tak ada angin tak ada hujan, pasukan dari SMA Alghana, atau lebih tepatnya dari komplotan geng Gervard yang di ketuai oleh Navel.
Mereka menyerang secara tiba-tiba, hingga membuat siswa serta para guru berteriak histeris. Nuca langsung mengkomando anak buahnya beserta anggota Oscar lainnya di kelas 10 dan kelas 11.
Pertempuran sengit itu pun terjadi, aksi saling tendang, pukul, bercampur menjadi satu. Nuca menghajar Navel habis-habisan, hingga raut wajahnya sudah babak belur lagi olehnya. Saat itu pula seseorang memukul kepala Nuca keras menggunakan sebuah kayu yang cukup besar. Kepalanya mengeluarkan darah, namun ia tetap diam dan terus memukuli wajah Navel hingga ia tak berdaya.
Galang serta yang lainnya juga berusaha mati-matian agar mereka tidak masuk ke wilayah SMASTRA. Galang tidak perduli dengan wajahnya yang juga sedikit lebam karena tadi beradu dengan salah satu andalan Gervard.
Hingga polisi datang dan menembakkan pistol membuat gerombolan dari SMA Alghana berlarian takut ditangkap. Pak Rendra selaku guru BK sudah menghubungi kepolisian sepuluh menit yang lalu, aksi tawuran itu pun berhenti sekejap mata.
*****
Nuca, Galang, Alkan, Daniel, Berga, serta Tito sekarang tengah berada di ruangan BK, dan mendapat sorot tajam dari Pak Rendra yang belum membuka
suaranya."Mau jadi apa kalian?" ucap guru Bimbingan konseling tersebut, menatap satu persatu anak didiknya yang serempak menundukan kepala.
"Apa kalian akan terus melakukan hal kotor seperti itu?" tegasnya penuh emosi, membuat keenam cowok yang berdiro di hadapannya semakin menunduk.
"Sekarang jelaskan apa masalah kalian sama mereka! Nuca kamu yang berbicara!" sentak Pak Rendra sambil berdiri di hadapan Nuca.
"Mereka yang memulai permusuhan dengan kami Pak, kami cuma melawan. Mereka juga mengolok-olok sekolah kita!" jelas Nuca, ia sudah berani menatap sorot tajam dari Guru yang tingginya hampir sama dengannya.
"Tapi bukan dengan jalan tawuran! Apa kalian pikir mereka akan menyerah begitu saja? Bagaimana jika suatu saat mereka kembali dan memakan korban? Apa kalian tidak berpikir sampai kesitu?"
Nuca menggeleng. "Saya bersumpah itu semua gak akan terjadi, jika sampai ada korban, maka saya yang akan bertanggungjawab."
Pak Rendra menatap Nuca remeh."Seberapa yakin kamu?"
"Bahkan saya sangat yakin Pak. Saya dan teman-teman hanya ingin menjaga reputasi sekolah kita Pak."
Rendra menghembuskan napasnya kasar. "Saya pegang ucapan kamu. Silahkan keluar dari ruangan saya."
Keenam cowok itu pun melangkah pelan keluar dari ruangan Guru yang galak tersebut. Alkan memegang pipi kanannya yang terasa nyeri karena pukulan dari salah satu anak Gervard, sementara itu Tito, Daniel serta berga tengah mengusap-usap lengan mereka yang lebam.
Galang biasa saja ketika melihat goresan silet di tangan kananny, walaupun realitanya amat perih, namun sebisa mungkin ia menahannya. Serta Nuca yang diam bahasa seribu bahasa, tidak merasakan sakit seperti teman-temannya.
Dibandingan dengan lima temannya, Nucalah yang paling parah mendapat luka. Lebam hampir mmenuhi seluruh wajahnya, darah yang keluar dari pelipisnya, bahkan luka goresan yang ia dapat setelah menolong Tata pun masih membekas.
Mereka memasuki UKS kemudian langsung ditangani oleh Petugas yang berjaga hari ini. Setelah dirasa cukup, mereka menuju kantin, mengisi perut yang keroncongan karena tenaga yang dikuras habis.
"Gila, Pak Rendra sadis banget tadi ngomongnya, bulu kuduk gue sampe merinding njer!" tukas Daniel seraya menyeruput es jeruk yang baru saja diantar oleh mbak kantin.
"Pengen gue cokel matanya, melotot mulu!" seru Alkan, sambil menggebrak meja walau tidak keras.
"Emang dasar killer tuh Guru!" Ucap Tito.
Nuca tidak menyahut begitu juga dengan Galang dan Berga. Memilih memakan mie ayam yang baru saja matang, hingga asapnya mengebul di udara.
Seorang cewek tiba-tiba datang dan ikut duduk di samping Nuca karena bangku di sebelahnya kosong. Nuca menyadari akan dirinya, tapi ia diam saja, membiarkannya duduk, sementara teman-temannya malah yang menyapanya.
"Eh Tata." celetuk Alkan menatap cewek yanv duduk di samping bossnya.
Tata tersenyum sekilas, perhatiannya kini hanya pada cowok disampingnya, ia terlihat runyek, dengan banyaknya luka dibagian wajahnya, Tata meringis melihatnya. "Kenapa sih SMA itu nyerang SMA kita?" tanya Tata penasaran tapi juga gemas ingin tahu jawabannya.
"Mereka nakal sih." ujar Galang
"He'eh, beraninya main tawuran, gak berani one by one." ucap Alkan seraya menyeruput es tehnya yang tinggak setengah.
"Mereka cuma main-main sama kita Ta. Makanya ngajak gelud tapi nggak omong-omong dulu, kan bikesss!" seru Daniel.
"Tapi kalian semua nggak papa kan? Nggak ada yang harus dibawa ke RS kan?" Tata bertanya lagi, tatkala matanya menatap satu persatu cowok di hadapannya, wajah mereka juga dipenuhi lebam, tapi tidak sebanyak lebam Nuca, or gebetannya.
"Tenang aja Ta. Kita dah kebal sama mereka, mereka kena sentil aja udah ambruk, kalo kita mah enggak. Apalagi ada abang Nuca ganteng!" ucap Alkan
Berga malah tak menggubris obrolan mereka sama seperti Nuca, ia tengah menahan sakit di pipi kanannta, terasa sangat nyeri.
Tata menangkup wajah Nuca membuat siapa saja melongo dibuatnya. "Mana yang sakit?" tanya Tata memperhatikan seluruh lebam di wajah tampan Nuca. Seperti biasa Nuca hanya menatapnya datar, dan menggeleng kecil. "Nggak ada."
"Nuca, kalo sakit bilang aja! Liat tuh lebam di muka lo tuh banyak banget, gue ngeri juga ngelihatnya." Tata berucap sedih agar Nuca sedikit lebih peka terhadapnya.
"Udah gue bilang nggak ada yang sakit, bawel banget sih lo!" sarkas Nuca ia kemudian pergi meninggalkn ka tin menuju entah kemana.
"Nuca tunggu!" teriak Tata ikut mengejar dibelakangnya.
*BERSAMBUNG*
Sehat selalu pembaca Denuca❤
Jangan lupa Vote⭐ Komen💬
KAMU SEDANG MEMBACA
DENUCA MAHESWARA (LENGKAP)
Novela JuvenilBercerita tentang seorang pemuda bernama Denuca Maheswara, seorang remaja berusia 17 tahun yang mempunyai dendam serta amarah yang membara dalam dirinya karena kejadian kelam yang dialami olehnya. Apakah ia siap menerima fakta yang terkuak 10 tahun...