Tata terus mengikuti langkah panjang cowok bertubuh tinggi di depannya tanpa mau berhenti meski ia juga ngos-ngosan. Gila saja, saat berjalan secepat ini apalagi kalau Nuca berlari, dia pasti terlihat seperti kelinci di serial upin-ipin.
Beruntungnya Tata sayang banget sama Nuca, kalo nggak, males banget dah harus kejar-kejaran seperti sekarang. Nuca memberhentikan langkah kakinya di depan perpustakaan, ia tidak ingin masuk ke dalamnya melainkan duduk di teras perpus.
Nuca menatap samar cewek yang berlarian ke arahnya, aishh kenapa si cewek gesrek itu harus merecokinya terus tanpa henti? Kapan dia akan menyerah sih?
"Hufttt.... Cepet banget lo jalannya." ucap Tata, ia menghempaskan pantatnya di lantai duduk di samping Nuca seraya menegak air mineral yang baru saja ia beli.
Nuca tak menggubris ucapan Tata, sibuk dengan fikirannya sendiri saat ini. Ia harus segera menangani kekacauan ini, jangan sampai Gervard berbuat rusuh seperti tadi.
"Woy! Diem aja terus! Gue di cuekin!" Tata menggerutu kesal seraya menyenggol lengan kiri Nuca.
"Apasih!" bentak Nuca
Tata tersenyum manis menanggapi, seenggaknya Nuca itu ngomong walau kalo ngomong rasanya pengen nonjok mulutnya. "Nih minum!" ucapnya sambil menyodorkan air mineralnya yang masih setengah pada Nuca. Daripada gadis disampingnya terus mendumel membuat Nuca semakin kesal, ia langsung menerima air tersebut dan meneguknya hingga tandas.
"Ayo ke UKS lagi, itu luka lo masih ada yang harus di bersihin!" Sarkas Tata menatap jengkel ke arah Nuca. Pasalnya lebam diwajah cowok tersebut membuat ia kesal karena rupa tampannya malah semakin terbentuk ketika ia lebam, tapi tetap saja Tata kasihan. Nuca tetap diam dan duduk tenang, seraya menggerutu kesal dalam hati, sampai kapan cewek error ini mau berhenti mengejarnya?
"Lo." Tata mendongak menatap netra coklat di sampingnya. Netra yang sangat indah dan menyejukkan.
"Tanggung banget sih lo, tinggal panggil nama gue apa susahnya coba?" ujar Tata.
Nuca semakin jengah karenanya. "Sampe kapan lo mau ngejar gue?"
Tata menatap intens cowok ganteng disampingnya, seraya berucap dengan sangat yakin. "Sampe lo suka sama gue!" tegasnya.
Nuca terkekeh mengejek, dasar error. Dia belum tahu kehidupannya, tapi ingin membuatnya suka kepadanya? Impossible!
"Jadi, lo mau terus ngejar gue ya? Lo tau nggak? Gue ini gengster, gue suka tawuran, gue brandal dan lo pasti nggak akan tahan sama kehidupan gue. Dan lebih baik lo mundur sebelum lo nyesel." Bak dihantam bom, Tata merasa sedih didalam hatinya, tapi tidak dengan hatinya yang lain. Ia tahu Nuca hanya ingin menguji seberapa besar nyali yang dia miliki untuk bisa meluluhkannya.
"Oh ya? Gak masalah kok. Mau lo gengster, koruptor, preman, atau apalah sejenis itu. Kalo itu adalah Nuca, gue mau tetep ada disamping elo, karena bersama elo gue gak pernah merasa seaman dan senyaman ini." Ucap Tata membuat Nuca sedikit membelalakan matanya.
"Pokoknya gue nggak akan pernah nyerah dapetin elo, meski lo suka gue dikit juga gak papa, meski lo nyuruh gue mundur. Tapi itu nggak akan pernah gue lakuin, karena gue yakin kalo lo itu bakal suka sama gue."
Nuca semakin kesal karenanya, emang udah error tuh otak ya?
"Terserah!"Tata tersenyum bangga, seraya menepuk bahu cowok berambut pirang nan tampan disampingnya. "Tadinya gue mau obatin elo, tapi kalo lo lagi mau sendiri, it's ok. Tapi nanti jangan lupa di obatin ya beb? Jangan lupa juga kalo gue chat, di bales, jangan cuma di read! Sakit tahu!" Tata berdiri kemudian berjalan meninggalkan Nuca yang menatapnya tanpa ekspresi.
******
"Jadi bagaimana Pak?" tanya Nuca kepada Polisi yang duduk di depannya.
Sang Polisi terlihat tengah mengecek beberapa berkas yang diminta oleh Nuca perihal kasus sepuluh tahun yang lalu. "Kami dari pihak kepolisian hanya mendapatkan beberapa foto bukti. Karena pada saat kejadian, mafia itu sudah pergi tanpa meninggalkan jejak. Sepertinya mereka mafia yang hebat di kota ini." ucap sang Polisi seraya menyerahkan berkas berwarna coklat pada Nuca.
Nuca menatap tajam berkas di depannya. Sudah sangat lama ia menanti bukti tersebut, ditambah dengan bukti-bukti lain yang tersimpan di kamarnya. "Saya tahu Pak. Bahkan saya masih ingat bagaimana mafia brengsek yang membunuh kedua orang tua saya, meski mereka memakai pakaian yang tertutup, tapi saya ingat jelas ketika salah satu dari mereka membuka tudung kepala yang mereka pakai. Sialnya saya tidak tahu namanya, yang saya tahu dia bermarga dengan huruf awal H, dan termasuk marga besar di kota ini Pak. Tapi saya akan terus mencarinya, dan menuntaskan kasus ini hingga mencapai titik akhir, saya ingin membalaskan dendam kematian kedua orang tua saya."
Sang Polisi menatap Nuca tak percaya, ia mengapresiasi keberaniannya, yang belum tentu dimiliki oleh bocah SMA seperti dirinya. "Maaf saat itu kami tidak dapat menuntaskan kasus ini dikarenakan kurangnya bukti juga kecerdikan mafia itu. Tapi kamu tenang saja, jika butuh bantuan, silahkan hubungi saya. Saya bersama tim polisi yang lain juga akan ikut menuntaskan kasus itu."
Nuca tersenyum miring dan penuh misteri. "Terimakasih banyak Pak, saya pasti tidak akan melupakan jasa anda."
Sesudahnya, Nuca keluar dari ruangan Polisi tersebut. Tentu dalam keadaan yang sangat menyesakkan, setiap kali ia bertemu dengan para polisi ia selalu teringat akan kejadian itu, dimana polisi handal di kota yang besar ini juga tidak mampu menyelesaikan kasus mengerikan itu.
Ia menaiki motornya kemudian menancapkan gas membelah jalanan kota yang amat luas. Sekali lagi, luka lamanya kembali hadir tanpa sengaja, jangan tanya apakah ia takut, maka jawabannya adalah Ya, Nuca takut. Setiap kali kakinya melangkah dan setiap kali bergerak ia takut, Ia menghadapi ingatan mengerikan itu sendiri dan harus terbiasa akan mimpi-mimpi buruk yang terkadang menghampirinya.
Nuca ingin bertemu dengan sang Kakak, ia ingin menumpahkan airmata kerinduan padanya juga kehancuran setelah Naca pergi meninggalkannya. Kilasan 10 tahun itu selalu menyakiti hati juga jiwanya, ia benci harus menghadapi fakta yang bahkan tak ingin ia temui. Ia benci menjadi dirinya sekarang, menjadi kuat itu tidaklah mudah, sifat Nuca tergolong lembut berbeda dengan kakanya Naca. Tetapi titah tegas dari Ayahnya membuat tekad Nuca semakin bulat, ia tidak mau menjadi pria lemah dan selalu kalah dengan keadaan, jika Naca bisa balas dendam dengan caranya, Nuca juga pasti bisa menghabisi mafia brengsek itu dengan segala cara.
Namun disatu sisi, jiwa lemahnya kembali meronta. Ia hanya ingin beristirahat sejenak, merenung sendirian dan melupakan sejenak luka ini. Tapi tetap tidak bisa, setiap kali ia mencoba, lukanya kian membesar dan tak bisa ia tahan, menangis juga terlalu sulit baginya. Mengapa takdir sejahat ini padanya? Nuca benci keadaan ini, ia teramat membenci dirinya yang harus menjadi orang lain demi membalaskan dendamnya, namun apalah daya, ia tidak mungkin maju dengan langkah tertatih, ia harus maju dengan langkah tegas dan berani.
Biarkan takdir jahat ini menggerogoti kehidupan yang memang sudah di garis besarkan harus seperti ini. Tapi tolong, Nuca hanya memohon agar Tuhan sedikit berbaik hati padanya, temukanlah ia dengan Kakaknya, agar ia bisa menumpahkan airmata 10 tahun lalu yang masih mampu ia tahan, tapi besok? Siapa sangka airmatanya akan jatuh tiba-tiba.
*BERSAMBUNG*
Apa kabar Denuca lovers? Staysafe ya❤
Yuk Vote⭐ Komen💬
KAMU SEDANG MEMBACA
DENUCA MAHESWARA (LENGKAP)
Novela JuvenilBercerita tentang seorang pemuda bernama Denuca Maheswara, seorang remaja berusia 17 tahun yang mempunyai dendam serta amarah yang membara dalam dirinya karena kejadian kelam yang dialami olehnya. Apakah ia siap menerima fakta yang terkuak 10 tahun...