31. Kisah sebenarnya

356 28 13
                                    

Hai, apa kabar? Nungguin nggak?

Vote ⭐ komen 💬 yuk
Mohon koreksinya typo gentayangan :v

Selamat membaca sahabat Nuca!💚

Mulmed : It's You - Ali Gatie

Berlarian mengelilingi seisi rumah, namun nihil Nuca sama sekali tak menemukan keberadaan sang kakak. Ia mencoba menghubungi berkali kali, mengirimi runtutan pesan pada Denaca.

WhatsApp

Kakak kemana?! Kita mau ngelakuin ini sama-sama kak!
12:01
Kak, balas aku!
Kakak dimana sebenarnya?! Please..
12:30

Semenjak perdebatan kemarin, Nuca pun telah diberitahu pembunuh sebenarnya dari kedua orang tua mereka.

Tangannya memutih karena terkepal terlalu keras, ia melihat banyaknya bukti yang ditemukan oleh Denaca, foto-foto kematian Ayah dan Ibu juga ada disana.

Sudah cukup dia mengeluarkan air mata, sekarang adalah waktunya. Untuk membalaskan apa yang seharusnya dilakukan sejak dulu.

Apalagi saat tahu bahwa dia adalah bagian dari anggota mafia, bahkan bagian keluarga lebih tepatnya. Tapi, apa ini? Kakaknya bahkan pergi tanpa memberitahunya lebih dahulu.

Dia kemudian melacak ponsel Denaca dengan bantuan paman Endy. "Sepertinya dia pergi sejak pagi." ujar pamannya

"Dia emang egois!" sahut Nuca kesal

"Bagaimanapun dia kakakmu," kekeh Endy menyuruh Nuca sabar, namun pemuda tersebut terus saja menggerutu.

Endy menyipitkan mata saat GPS mengarahkan tepat di titik temu. "Dia belum ke tempat itu."

Nuca mengernyit mengikuti arah pandang sang paman. "Maksud paman, kakak masih belum mulai rencananya?" tanya Nuca

Endy berbalik dan menganggukkan kepala. "Benar sekali," jedanya "aku rasa dia menemui gadis itu." lanjutnya

"Apakah Alys?"

"Tapi kenapa dia sampai tidak mengangkat telepon?" geram Nuca

Nuca semakin memberengut kesal, bagaimana Denaca membuatnya khawatir setengah mati seperti ini. Bukan apa-apa, ia hanya sekadar takut.

Takut jika Denaca meninggalkanya, lagi.

"Paman, aku juga harus menemui seseorang." ucap Nuca

"Sudah pasti pacarmu."

Nuca menggaruk pipinya yang tak gatal, jadi malu sendiri ketika membahas hubungan asmaranya dengan paman Endy. "Benar."

"Yasudah, jelaskan semua padanya, paman juga harus ke kantor."

Nuca lantas mengangguk antusias. Ia pun bergegas menuju kediaman gadis yang sudah beberapa bulan terakhir ini mengisi hari-harinya, penuh keceriaan, canda, dan hal-hal yang dulunya pernah sirna di hidup seorang Denuca Maheswara.

DENUCA MAHESWARA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang