Meski lo mau bunuh gue, gue nggak akan pernah khianatin sahabat gue sendiri-Daniel Bagaskara
Kegelisahan terus menghampiri geng Oscar sedari tadi, pasalnya satu anak dari geng tersebut belum menampakan diri sama sekali. Biasanya, dialah yang datang paling awal dan sudah berada di kelas, tapi tidak untuk hari ini.
"Lima menit lagi bel bunyi, si Niel kok belum dateng ya?" ujar Tito, cemas akan sahabatnya yang sangat lebay namun baik hati itu.
Alkan, Berga maupun Galang juga sudah berkali-kali menghubungi nomor Daniel, tapi tak ada yang di angkat satupun. "Perasaan gue kok nggak enak ya?" lirih Alkan, semakin gusar, jari-jarinya tak berhenti mengirim pesan untuk Daniel.
"Tadi pagi ada yang di chat sama Daniel gak?" Kata Nuca mencoba untuk tetap tenang.
Tito mengangkat telunjuk menunjuk dirinya sendiri. "Gue, dia tadi pagi chat lebay kayak biasa, abis itu langsung off."
Sementara itu Galang menutup handponnya, kemudian memasukkan ke dalam saku celananya. "Ada yang gak beres."
Nuca menatap Galang penuh pertanyaan. "Maksud lo?"
"Kayaknya Daniel di culik." jelas Galang mengutarakan opininya.
Alkan, Tito, Berga serta Nuca pun semakin mengernyit bingung juga mulai cemas. "Bisa jadi Lang, gue takutnya terjadi apa-apa sama tuh anak cabe." kata Alkan
Bel pun berbunyi, kelima cowok tersebut memutuskan untuk masuk kelas, tentu dengan perasaan yang tak menentu karena satu sahabat mereka yang membuat kelimpungan.
☀☀☀☀☀
Entah sudah berapa kali Navel menghajar wajah glowing Daniel, hingga cowok berambut pirang itu meringis kesakitan.
"Jadi, lo nggak mau kasih tau gue ya?" Navel menunjukan senyum miringnya, sekali lagi ia memukul wajah Daniel, hingga sudut bibirnya bengkak.
Daniel tersenyum penuh ironi, matanya kini menghunuskan tatapan tajam pada cowok yang sudah berkali-kali memukulnya. "Lo bisa pukulin gue sampe mati, tapi gue nggak akan pernah mengkhianati sahabat gue sendiri!"
Navel terkekeh keras, kemudian ia menatap teman-temannya yang tergabung dalam Gervard, geng yang selalu mencari masalah, dan ingin menjadi geng nomor satu di Surabaya. "Liat nih guys, cowok cupu yang rela berkorban demi seorang Denuca Maheswara!"
"Ck ck ck, lo tuh bego banget ya!" sambil menoyor kepala Daniel keras.
Geng Gervard yang terdiri dari 10 anak itu pun tertawa keras seperti penjahat, melihat bossnya yang menyiksa salah satu anak geng dari musuhnya.
Karena gemas, Navel pun menyuruh anak buahnya untuk menghajar Daniel hingga ia mau untuk mengaku sesuatu tentang Nuca. Sementara itu dirinya tengah menelepon seseorang yang sampai detik ini masih di bela oleh Daniel.
Hai, Denuca Maheswara
'Nggak usah basa-basi, mau lo apa?!'
Ohh, Oke. Lo tahu kan kalo salah satu anak buah lo nggak masuk sekolah? Apa lo nggak khawatir?
'Anjing! Pasti elo kan dalang dari semua ini?!'
Baru tahu lo? Ck, temen lo sedang menderita disini, apa lo gak mau susulin?
'DIMANA LO SEKARANG?!'
Dateng ke gedung biasa, bawa pasukan lo, dan lihat apa yang akan gue lakuin sama temen lo ini
-oo0oo-
Nuca bersama komplotannya pun sampai di gedung dimana Navel dan gengnya menyekap Daniel, masa bodoh mereka membolos saat jam pelajaran. Karena persahabatan lebih penting di banding apapun.
Dengan sekali gebrakan tubuh Nuca, gerbang yang terbuat dari kayu itu pun terbuka lebar hingga rusak tak tersisa. Alkan serta yang lainnya pun dibuat kaget melihat amarah Nuca yang sudah mencapai ubun-ubun.
Tepuk tangan ejekan pun Navel sematkan untuk kedatangan musuhnya. "Wah, udah dateng nih, sahabat elo." seraya melotot ke arah Daniel, cowok itu sudah tak berdaya, terbukti dengan matanya yang berkedip sesaat mencari kesadaran.
Tanpa aba-aba dan komando seperti biasa Nuca langsung menyerang Navel, Alkan dan yang lainnya pun turut serta menyerang anak-anak Gervard.
Seperti orang kerasukan setan Nuca menghajar Navel habis-habisan, Navel yang tidak mau kalah pun menendang keras perut Nuca hingga ia terjungkal.
Bukan Nuca namanya jika ia tak langsung bangkit, sembari menegakkan tubuhnya Nuca kembali menghantam perut Navel keras hingga ia terpental menabrak tembok di belakangnya.
Setelah itu ia kembali memukulinya hingga wajah Navel sudah tak terbentuk. "Berani lo sakiti temen-tmen gue, LO PANTES MATI!"
Alkan tersentak tatkala pandangannya tertuju pada Daniel yang sudah tak sadarkan diri dan tergeletak di lantai, salah satu anak Gervard juga menginjk punggungnya yang sudah tak sadar itu. "NUCA!" teriakan Alkan berhasil membuat fokus Nuca tertuju padanya, kemudian Alkan menunjuk ke arah Daniel. Nuca melebarkan matanya, lalu melepaskn cengkeramannnya pada kerah Navel dan menghampiri Daniel.
Kesempatan itu pun digunakan oleh Navel serta anak buahnya untuk melarikan diri, meski mereka berlari dalam keadaan sempoyongan.
"Cepet bawa ke rumah sakit!" titah Nuca, mereka pun bergegas menuju rumah sakit, sambil membawa Daniel yang sudah pingsan.
15 menit perjalanan menghunakan motor, akhirnya mereka samai di rumah sakit. Nuca beserta gengnya membopong Daniel menuju ruang pemeriksaan, untung sekali karena Dokter tengah siaga berada dalam ruangan serba putih tersebut, Daniel pun langsung mendapatkan pertolongan pertama.
Nuca, Alkan, Berga, Tito serta Galang menunggu di luar ruangan dengan harap-harap cemas.
"NAVEL BANGSAT!" suara keras Alkan membuat yang lain kaget, ia juga memukul tembok rumah sakit tersebut karena teramat kesal.
"EMANG TA*!!" timpal Tito, wajahnya khawatir seperti orang gila, deu napasnya juga naik turun tak beraturan.
"Nuc kalo Daniel kenapa-napa gimana Nuc?" suara Tito parau, matanya sendu menatap Nuca.
Nuca memegang bahu Tito erat, mencoba memberi kekuatan pada sahabatnya tersebut. "Daniel pasti baik-baik aja, dia cowok kuat. Kita harus tetap tenang."
Galang dan Berga pun ikut duduk di samping Nuca, berdoa demi keselamatan Daniel.
Mereka berlima terduduk lemas di bangku rumah sakit, tak henti-hentinya berdoa untuk Daniel.
*BERSAMBUNG*
Yang mau tanya² tentang Nuca, Tata yuk tanyain aja, nanti aku jawab di pertengahan part atau ending👍
Vote ⭐ komen 💬
KAMU SEDANG MEMBACA
DENUCA MAHESWARA (LENGKAP)
Fiksi RemajaBercerita tentang seorang pemuda bernama Denuca Maheswara, seorang remaja berusia 17 tahun yang mempunyai dendam serta amarah yang membara dalam dirinya karena kejadian kelam yang dialami olehnya. Apakah ia siap menerima fakta yang terkuak 10 tahun...