Ada satu makhluk yang ingin Biru hindari di kelasnya. Makhluk itu bernama Raka Reksapradipta, cowok yang suka jail pada semua orang, termasuk Biru. Tapi, tidak tau kenapa dia paling sering gangguin Biru, dari awal masuk sekolah sampai pulang sekolah. Sebenarnya, Biru tidak benci pada Raka yang sering mengganggunya. Hanya saja, ia malas untuk selalu berdebat dengannya.
"Weh, Kuning udah datang." sapa Raka saat melihat Biru baru memasuki kelas
"Apaan sih lo, masih pagi juga." balas Biru kesal
"Dih, sewot banget Si Kuning."
"Nama gue Biru bukan Kuning."
"Terserah gue dong mau manggil apa. Lagian lo ya, cewek kok namanya Biru? Setau gue, Biru itu nama cowok sih."
"Terserah gue juga dong mau pakai nama Biru kek, merah, hijau, kuning. Gak ada masalah kan buat lo?"
"Pelangi dong lo, hahaha."
"Apaan sih, Ka? Lo gak capek emang ya, gangguin gue terus?"
"Bercanda kali, Bir. Ini itu cara gue supaya bisa akrab sama orang."
Biru memutar bola matanya malas "Tapi, lo parah banget gangguin guenya. Perasaan ke yang lain gak separah ke gue deh."
"Ibarat gue beli pop ice ya Bir, lo itu yang spesial. Ada jelinya terus ada mesis sama susunya lebih banyak."
"Sekalian aja, lo bilang ada gambar Hello Kittynya."
Sila yang merupakan teman sebangku Biru baru saja memasuki kelas "Ini masih pagi woy, udah debat aja. Kalau mau debat, ikut debat pilpres aja."
"Tuh, Si Raka yang mulai duluan."
Sila melirik ke arah Raka "Astaga abang, lo kok hobi banget gangguin orang sih?"
Abang adalah panggilan khusus untuk Raka. Sebenarnya, hanya ada dua orang yang memanggil Raka dengan sebutan abang, yakni Sila dan Sovi (sahabat Biru juga). Tak tau asal mulanya dari mana tapi, dengar-dengar sebutan abang itu merupakan panggilan dari pacar Raka yang bernama Safira. Jadi, Sila dan Sovi yang notabenya mak comblang antara Raka dan Safira ikut memanggil Raka dengan sebutan itu.
"Kok gue geli ya, dengar lo manggil abang-abang segala, Sil?" sanggah Biru
"Kalau lo mau manggil gue abang, gue mau kok jadi abang lo." jawab Raka tersenyum mengejek
Biru berdecak ngeri "Abang apaan coba? Abang tukang bakso? Ogah gue manggil abang, kecuali sama satu orang."
"Siapa, Bir?" tanya Sila penasaran
"Bang Yedam." Biru menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman
"Siapa Bang Yedam?" Raka kebingungan
"Bang Yedam itu idol kpop yang suaranya bangus banget, uhh... gak kuat gue." ujar Biru berlebihan
"Lebay lo, dikit-dikit korea, Plastik." sewot Raka
"Gak semua plastik ya. Lagian, masih mending plastik ketimbang mantan lo? Bedaknya sekilo, mana menor banget lagi. Kayak ondel-ondel, wek." ejek Biru
Memang Raka memiliki mantan yang dandanannya berlebihan, alias menor banget. Katanya, mereka pacaran sewaktu SMP. Bahkan, Raka sekarang selalu bingung kenapa dia bisa berpacaran sama mantannya dulu. Kalau dibilang sih, Raka menyesal.
"Udah, ayo duduk. Lanjutin nanti lagi." Sila menarik tangan Biru menuju bangku mereka yang berada di paling pinggir, dekat jendela, tepatnya di bangku nomor dua paling belakang.
Tak lama setelah duduk, guru yang mengajar matematika yaitu Pak Mahfud masuk ke kelas XI-IPS 1. Ia kemudian meminta semua murid untuk mengumpulkan tugas minggu kemarin. Ada tiga siswa laki-laki yang tidak mengerjakan tugas. Diantara mereka bertiga, Niku merupakan siswa yang bebas dari hukuman karena dia tidak mengerjakan tugas akibat masuk rumah sakit selama dua minggu. Akhirnya, Pak Mahfud memberikan keringanan untuk Niku. Dengan syarat, minggu depan harus selesai semua tugas yang ia berikan.
Setelah Pak Mahfud selesai menilai tugas-tugas para muridnya, beliau mengembalikan buku tersebut pada pemiliknya. Lantas, ia memberi materi sampai jam istirahat berbunyi.
"Bir, pinjam buku catatan dong! Gue mau liat tugasnya Pak Mahfud." kata Niku pada Biru yang kebetulan duduk dibelakangnya
Biru menyerahkan buku catatannya pada Niku "Nih, Nik."
Niku mulai melihat-lihat buku catatan Biru "Banyak banget ya Bir, tugasnya?"
"Iya, banyak sih," Biru merasa kasihan pada Niku "Gue bantuin lo deh, Nik."
"Hah? Bantuin gimana, Bir?" tanya Niku bingung
"Yah... bantuin nulis deh." putus Biru
"Gak boleh!" teriak Raka secara tiba-tiba dari bangku belakang Biru. Hal ini membuat orang-orang yang ada disekitarnya kaget.
"Apaan sih bang? Gak usah teriak-teriak juga." kesal Sila
"Tau, lo apaan sih?" tambah Biru
"Pokoknya lo gak boleh nulisin punya Niku," Raka menjeda perkataannya "Kecuali, nulisin tugas gue juga." kemudian, ia tersenyum
"Gak mau gue. Enak banget lo." tolak Biru
"Iya udah, gak usah juga yang Niku." balas Raka
"Lo, jangan gitu dong Ka. Ini namanya rezeki anak sholeh." celetuk Niku tersenyum
"Udah-udah bang, nanti tugas lo, gue yang ngerjain." putus Sila
"Tuh dengar, udah jangan protes lagi deh lo." kesal Biru
***
Keesokan harinya, Biru telah selesai mengerjakan tugas-tugas milik Niku. Setelah itu, ia menyerahkan buku Niku pada pemiliknya lagi "Nik, nih buku lo."
Niku mengambil buku itu "Loh, udah Bir? Kok cepet banget?"
"Kan tinggal nyalin."
"Tapi kan, banyak banget."
"Udah deh Nik, mending lo serahin ke Pak Mahfud aja biar bisa dinilai."
"Okedeh Bir, makasih ya."
"Iya, sama-sama."
Niku berjalan menuju ruang guru untuk menyerahkan tugasnya pada Pak Mahfud. Setelah tugasnya dinilai, Niku kembali ke kelasnya.
"Woy, ngapain lo senyum-senyum sendiri, Nik?" tanya Raka saat melihat Niku sibuk tersenyum dibangkunya
"Tugas gue udah selesai, Ka. Jadi, gak ada beban lagi sama Pak Mahfud." Niku menyombongkan diri
Raka melototkan matanya "Seriusan lo? Emang, Biru ngerjain secepat ini?"
Niku menyerahkan bukunya pada Raka "Nih, lo liat aja."
Raka membolak-balik lembaran buku Niku. Ia tak menyangka Biru bisa menyelesaikan tugas Niku dengan cepat. Padahal, tugasnya terbilang banyak "Wah, gila Si Biru. Bisa-bisanya, dia ngerjain tugas lo secepat ini. Mana tulisannya dibuat jelek lagi, biar gak ketahuan dia yang nulis ini."
"Nah, itu gue juga salut." Niku menyetujui perkataan Raka
"Gak bisa ini. Cuma gue yang boleh ditulisin Biru selanjutnya, gak boleh yang lain." putus Raka seenaknya
"Emang lo siapanya Biru, Ka? Pacar? Kok main buat keputusan sepihak? Gue kan juga mau ditulisin Biru, hehe." sanggah Niku
"Yah... pokoknya gue gak mau tau. Intinya, Biru cuma boleh nulisin gue." kekeh Raka. Setelah itu, ia pergi menghampiri Biru dan disusul Niku dibelakangnya.
"Bir." sapa Raka duduk disebelah Biru
Biru yang sibuk mengobrol dengan Sila spontan menoleh ke arah Raka "Apaan?"
Raka membuang nafasnya kasar "Mulai hari ini, lo jadi sahabat gue."
Biru membulatkan matanya, tak percaya dengan apa yang dikatakan lelaki disebelahnya "Hah? Waras, lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Tengah Malam (SELESAI)
Teen Fiction"Kalian percaya gak, kalau kehidupan kita bakal berubah 180 derajat karena satu hal?" Seorang gadis bernama Biru awalnya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah karena suatu hal. Hal apa ya kira-kira? Start : 29 Juni 2021 Finish : 7 November...