Lalu, Biru dan Arka berpencar dan kembali bergabung bersama teman-temannya. Andan buru-buru menarik Biru untuk mendekat padanya. Ia meminta penjelasan dari Biru "Bit, jadi lo pacar barunya Arka?" bisiknya
"Hah? Kok lo mikir gitu?" Biru heran
Andan memperlihatkan story Biru yang menampakkan foto Biru dan Arka sedang berselfi. Mereka layaknya sepasang kekasih yang sangat serasi. Yang membuat Andan yakin jika mereka berdua pacaran adalah ada emot love di foto itu "Lo posting story ini kan?"
Biru mengambil alih handphone Andan. Ia masih tak menyangka jika itu story instagramnya. Pantas saja, semua temannya melihatnya aneh saat dirinya dan Arka baru datang. Pasti, gara-gara foto itu. Ia bingung karena dia merasa tak pernah mengupload story itu "Sumpah, bukan gue yang upload story ini."
"Ka, lo pacaran sama Bitah?" tanya Tama yang bisa didengar oleh semua murid yang ada di sana. Untung saja, Pak Diki sedang berbincang dengan penjaga gua. Jadi, beliau tak mendengar percakapan murid-muridnya.
"Kalau iya, kenapa?" jawab Arka santai dan itu membuat semua terkejut. Ia sudah menyangka jika pertanyaan ini akan dilontarkan padanya. Tadi, ia memang sengaja memposting fotonya dan Biru di story IG Biru dan story IG-nya
Biru menjadi kesal karena jawaban Arka "Gus, lo apaan sih?"
"Gak mungkin kan Ka, lo jadian sama nih cewek?" tanya Erine sambil menunjuk Biru remeh
"Mungkin-mungkin aja kok." balas Arka enteng. Wah, ini sungguh di luar dugaan. Banyak murid yang tak percaya. Tapi, ada juga yang bersikap biasa, terutama kaum cowok karena siapa sih yang tak suka dengan Biru yang sekarang? Biru yang cantik, kulit putih dan tidak culun.
"Oke anak-anak. Setelah saya berbincang, katanya ada sungai yang memiliki pemandangan indah di sekitar sini. Mau gak kalau kita ke sana dulu sebelum kita pulang?" ujar Pak Diki yang mengembalikan fokus para murid padanya. Semua murid tampak semangat. Ia menyetujui saran Pak Diki untuk mampir ke sungai. Mereka ingin sekedar melihat pemandangan indah dan sejenak membasuh muka karena cuaca di sana sangat terik "Tapi, jarak untuk sampai di sana agak jauh dan kita harus turun ke bawah. Gakpapa kan?" Pak Diki memastikan terlebih dulu
"Gakpapa, pak. Saya sudah gak sabar pengen nyebur ke sungai." sahut Tama semangat
"Iya udah, ayo." semua pun berjalan bersama menuju sungai. Sekitar 15 menitan, mereka sampai di sungai. Sekarang, lelah mereka telah terobati ketika melihat pemandangan indah di sungai itu. Lantas, mereka menghambur menuju air yang begitu menyejukkan.
"Segar banget ya. Gak sia-sia kita jalan buat sampai ke sungai ini." Dewi mendudukan bokongnya di batu sungai dengan kaki dimasukkan ke air
Biru juga ikut duduk di batu sungai. Sedangkan, Andan masih setia berdiri dan memainkan kakinya di air. Kadang ia akan membungkuk dan menyentuhkan tangannya di air. Dewi yang melihatnya menjadi risih "Duduk kali, Dan. Lo gak takut jatuh? Licin loh."
"Gak bakal jatuh kok. Lo tenang aj..." benar saja, belum sempat menyelesaikan ucapannya, Andan sudah terpeleset. Ia memejamkan matanya, sudah pasrah dengan keadaannya yang akan basah kuyup karena jatuh ke air.
Saat menunggu beberapa detik, Andan bingung karena ia tak merasakan sakit dan basah. Ia membuka matanya dan orang yang pertama kali ia lihat adalah Tama. Ternyata, Tama telah menahannya agar ia tak jatuh "Lo gakpapa kan?" Tama membantu Andan untuk berdiri tegap
Andan mencoba menormalkan detak jantungnya yang sempat berdetak dua kali lipat saat melihat wajah Tama dari dekat tadi saat menolongnya "I-ya, gue gakpapa."
Tama bernafas lega "Syukurlah. Lain kali, lo harus hati-hati."
Pipi Andan bersemu merah "Hm, makasih."
"Iya, sama-sama." Tama menepuk pundak Andan sekilas dan menjauh dari sana
Kedua teman Andan tersenyum melihat Andan. Mereka juga menikmati pertujukan barusan "Cie... pipi lo macam kepiting rebus aja, Dan." goda Dewi
Andan tampak salah tingkah "Uhh, pengen teriak gue."
"Teriak aja kalau lo gak malu sama yang lain." tantang Dewi
Biru berdiri "Udah, Dan. Lo teriak dalam hati aja." ia tersenyum "Gue ambil minum dulu ya." ia pun berjalan ke pinggir sungai untuk minum
Saat sudah minum dan hendak kembali pada kedua temannya, tangan Biru tiba-tiba ditarik menjauh oleh Arka. Biru mencoba melepas tangan Arka dari tangannya "Apaan sih, Gus? Lepas gak?"
"Ikut gue bentar." Arka tak membiarkan tangannya melepas Biru. Ia membawa Biru agak menjauh dari sungai. Setelah dirasa cukup jauh, ia melepas tangan Biru "Ada yang mau gue tanyain sama lo."
"Emang lo mau tanya apa sampai bawa gue ke sini?"
"Gue cinta beneran sama lo, Bitah. Lo mau gak jadi pacar gue?" Arka menatap serius pada Biru. Sedangkan yang ditatap hanya diam membisu. Biru masih tak percaya jika Arka cinta padanya. Selama ini, ia hanya menganggap Arka bercanda "Beneran gak ada ruang buat gue masuk ke hati lo?" lanjutnya
Biru tetap bungkam, ia tak tau harus menjawab apa pada Arka. Sejak bersama Arka belakangan ini, ia memang merasa nyaman dan bisa bicara jujur padanya tentang semua perasaannya termasuk perasaannya pada Raka. Ia juga tak bisa bohong jika terkadang jantungnya berdetak kencang saat bersama lelaki itu. Tapi, ia masih ragu jika ini adalah cinta. Ia tak ingin Arka menjadi pelampiasannya karena tak bersama Raka. Ia tak ingin membuat Arka sakit hati.
Arka membuang hafasnya kasar "Oke. Kalau emang gak bisa, gue gak akan maksa lo. Gue akan berusaha mengubur perasaan gue dan sebisa mungkin untuk jauhin lo agar lo gak terganggu sama keberadaan gue." ia berbalik badan dan melangkahkan kakinya
Biru merasa tak rela saat Arka bilang akan menjauhinya. Ia tak sanggup untuk kehilangannya. Cukup kehilangan Raka yang membuatnya rapuh. Ia tak mau kehilangan Arka pula. Ia memberanikan diri untuk mengejar Arka yang sudah agak menjauh. Saat tinggal beberapa langkah lagi untuk mendekati Arka, kakinya malah tersandung dan jatuh "Aww..." ringisnya
Arka menoleh ke belakang saat mendengar rintihan Biru. Ia mendekati dan membantu Biru untuk berdiri. Biru langsung memeluk erat Arka saat lelaki itu ada dihadapannya. Arka menjadi bingung akan tindakan Biru yang tiba-tiba memeluknya dan menangis di dada bidangnya "Bagus, gue emang belum sepenuhnya ngelupain Raka, tapi rasa cinta gue ke dia udah mulai pudar saat lo hadir di hidup gue. Gue gak bermaksud buat nolak lo. Gue cuma takut lo ngerasa jadi pelampiasan doang karena gue belum benar-benar melupakan perasaan gue ke Raka. Gue mohon lo jangan tinggalin gue, Gus. Gue mau jadi pacar lo, hiks..."
Arka tersenyum simpul "Gue gak bakal ninggalin lo kalau lo mau. Gue juga gak akan merasa jadi pelampiasan kok. Justru, gue bakal bantu lo buat lupain cowok Jamet itu."
Ucapan Arka itu membuat Biru berhenti menangis. Ia malah tertawa kecil karena Arka menyebut Raka dengan panggilan 'Jamet'. Ia melepas pelukannya "Bagus, boleh gue minta sesuatu?"
Arka mengelus rambut Biru dengan lembut "Lo mau minta apaan, hm?"
"Kita rahasiakan dulu hubungan kita dari yang lain, ya?"
Arka mengangkat alisnya "Kenapa?"
"Gue belum siap aja ngadepin penggemar-penggemar lo yang banyak banget di sekolah. Bisa-bisa muka gue bonyok dihajar mereka." Biru mengerucutkan bibirnya ke depan
Arka merasa gemas dengan Biru. Ia mencubit kedua pipi "Gue kira karena apa." ia tampak berpikir "Oke, untuk saat ini kita rahasiakan dulu. Tapi, gue gak janji ya sampai kapan."
"Makasih." ucap Biru. Arka mengangguk dan merentangkan kedua tangannya pertanda ingin dipeluk kembali. Biru pun menghambur memeluk Arka. Kebahagiaan menyelimuti kedua insan yang dimabuk asmara ini. Arka, mencium pucuk kepala Biru untuk menyalurkan rasa sayangnya pada gadisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Tengah Malam (SELESAI)
Teen Fiction"Kalian percaya gak, kalau kehidupan kita bakal berubah 180 derajat karena satu hal?" Seorang gadis bernama Biru awalnya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah karena suatu hal. Hal apa ya kira-kira? Start : 29 Juni 2021 Finish : 7 November...