05

30 3 0
                                    

Faris yang baru memasuki lapangan langsung menoleh, mencari sumber suara yang terdengar begitu keras di telinganya. Ia mengamati sekelilingnya, dan matanya tertuju pada tempat Biru dan teman-temannya terduduk. Kemudian, ia melambaikan tangannya pada mereka. Teman-teman Biru pun semakin menggoda Biru karena mendapat lambaian tangan dari Faris "Asekk, dapat balasan dari Faris tuh." goda Ilma

Ingin rasanya Biru menghilang dari muka bumi ini karena tak sanggup lagi menahan malu. Andai saja, ia punya jurus menghilang pasti dia akan sangat bahagia.

"Cie, pipi lo merah Bir." ujar Sovi berbohong

"Mau terbang pasti lo kan Bir?" tambah Niku yang juga ikut menggoda Biru

Biru langsung saja memandang Niku dan memukulnya "Gara-gara lo sih, Nik."

Niku meringis kesakitan "Aww... ampun Bir, tapi gara-gara gue juga lo senang kan di sapa Faris? Gue pembawa berkah buat lo, Bir."

Semua teman Biru tertawa lepas, seakan puas menggoda Biru. Namun, semua itu seketika lenyap saat Raka tiba-tiba membuka suaranya yang lama ia bungkam "Kalian bisa diam gak? Gak fokus nih gue lihat pertandingannya."

Semua pun akhirnya diam ketika mendapat tatapan tajam dari Raka. Niku merasa heran dengan sikap Raka yang tiba-tiba marah. Ia pun memberanikan diri untuk menanyakannya langsung pada Raka "Lo kenapa, Ka? Jangan bilang lo lagi cemburu?"

Sejenak Raka melebarkan matanya. Tapi, secepat mungkin ia berusaha mengembalikan ekspresinya sedatar mungkin "Ngaco lo Nik, mana mungkin gue cemburu. Gue beneran gak fokus karena suara kalian berisik."

Niku menghela napasnya kasar "Iya-iya deh."

Mereka pun menonton pertandingan sampai selesai. Pertandingan berjalan cukup sengit hingga akhirnya dimenangkan oleh kelas Faris, yakni kelas XI-MIPA 5.

"Wah, kelas kita besok bakal lawan kelas XI-MIPA 5. Lo bakal dukung siapa, Bir? Kelas kita atau kelas mantan tersayang lo?" canda Sila

"Dukung kelas kita dong, kelasnya sendiri. Masak iya dukung kelas lain." celetuk Raka dengan muka datarnya

"Lo kenapa sih bang, kok sewot banget kayaknya dari tadi?" tanya Sovi yang sedari tadi sebenarnya memerhatikan gerak-gerik Raka

"Siapa yang sewot? Biasa aja tuh gue. Auh ah gelap, cabut ayo." Raka beranjak meninggalkan teman-temannya terlebih dahulu

***

Hari ini adalah hari dimana akan diadakannya pertandingan final basket di SMA Wismaraja yang mempertemukan kelas XI-IPS 1 dengan kelas XI-MIPA 5. Kedua pemain dan pendukung masing-masing tim sudah berada di lapangan, hanya tinggal menunggu pertandingan di mulai.

"Teriakin nama gue yang kencang, Bir." pinta Raka sedikit memaksa. Ia seakan menekankan agar Biru mendukung kelasnya dan tidak mendukung kelas mantannya.

"Iye-iye, bawel banget sih lo." putus Biru malas

Setelah beberapa saat, akhirnya pertandingan dimulai. Saat ini, kelas Raka masih tertinggal separuh angka dari kelas Faris. Hal ini memang wajar karena Faris merupakan kapten basket sekaligus andalan tim basket SMA Wismaraja yang sangat jago dalam bermain bola basket.

"Gak bisa dibiarin nih, bisa-bisa kelas kita kalah." ujar Ilma khawatir

"Benar banget. Faris jago banget sih mainnya. Suruh aja buat ngalah, Bir. Dia kan udah sering menangin pertandingan. Jadi, gakpapa lah ngalah buat kelas kita. Kalau gak buat lo deh. Sayang kalau kita gak menang soalnya hadiahnya alat kebersihan. Lo tau kan Bir, kalau kita gak punya alat kebersihan gara-gara dipatahin semua sama anak cowok kelas." curhat Sila cemberut

"Kok lo nyuruh gue? Udah deh mending kita semangatin mereka lagi." balas Biru. Mereka pun akhirnya menyemangati temannya yang sedang bertanding dengan cara meneriaki nama-nama mereka.

"Ayo bang, semangat." teriak Sovi

"Dimas, Raka, Niku, Angga, Iqbal semangat." sambung Biru meneriaki semua nama temannya yang sedang berjuang

Mendengar teriakan Biru yang begitu keras, Faris menoleh ke arah Biru. Tak tau mengapa, tiba-tiba ia menjadi tidak fokus dalam bermain. Pikirannya melayang pada seseorang yang dilihatnya barusan. Hingga tanpa sadar, ia sering kehilangan bola karena tim Raka berhasil merebutnya. Sebenarnya, rekan setim Faris sudah beberapa kali menegur dan mengingatkan Faris untuk fokus tapi ia tak bisa. Akhirnya, tim Raka bisa membalikkan skor dan memenangkan pertandingan.

Biru, Sila, Sovi dan Ilma menghampiri tim basket mereka dengan perasaan senang "Weh, hebat banget kalian bisa menang. Bangga banget kita." ucap Ilma

"Kita menang gara-gara ada gue, hehe." sombong Raka dengan wajah sok kerennya

"Kita juga kali, Ka." protes Niku

Raka melirik Niku yang menampilkan muka kesalnya "Iya-iya, gara-gara kita. Tadi, gue cuma bercanda."

"Tapi menurut gue, gara-gara Biru juga. Gara-gara dia, Faris jadi gak fokus main." tambah Sovi yang tadi diam-diam memerhatikan Faris yang tidak fokus dalam bermain. Dilihatnya, Faris sibuk melihat Biru yang semangat meneriaki teman-teman kelasnya

"Iya juga sih, tadi gue juga lihat kalau Faris mainnya gak fokus." tambah Ilma

"Tuh kan, apa gue bilang Bir. Cuma lo yang bisa jinakin Faris." ujar Sila sok tau

"Emang dia anjing apa bisa jinak?" sanggah Biru

"Cie, dibelain nih." goda Sovi

"Apaan sih, enggak. Kan benar dia bukan anjing." elak Biru

"Udah-udah, malah ngomongin orang yang gak ada hubungannya sama kemenangan kita. Bikin bete aja." kesal Raka. Setelah mengucapkan itu, Raka berlalu pergi dari lapangan

"Lo sih Sov. Si Abang jadi marah kan." tuduh Sila

"Kok jadi gue sih Sil? Kan emang benar tadi Faris gak fokus main. Lo bahkan juga lihat." Sovi membela dirinya. Ia merasa dia tidak berkata bohong

"Udah, kok kalian jadi ribut juga sih? Ayo cabut." Ilma mencoba melerai

***

Sebulan sejak kemenangan tim basket XI-IPS 1 telah berlalu. Suasana tetap sama, hari-hari yang Biru jalani di sekolah dilewati dengan bahagia. Biru bersyukur karena memiliki teman-teman yang baik. Saat ini, Biru sedang berjalan sendirian menuju toilet. Tadi, saat jam pelajaran dia memang meminta izin untuk ke belakang. Ketika baru keluar dari toilet, Biru tak sengaja bertemu dengan adek kelasnya yang kebetulan merupakan tetangganya.

"Eh kak Biru, kebetulan kita ketemu disini. Tadinya, nanti pas jam istirahat, aku pengen nemuin kakak di kelas kakak." sapa adek kelas itu, yang tak lain bernama Mita

"Emang ada perlu apa Mit?"

"Aku cuma gak sengaja nemuin lembaran ini di dalam buku perpustakaan yang aku pinjam kak. Kayaknya, orang yang pinjam sebelum aku, gak sengaja ninggalin lembaran ini. Pas aku baca, ini kayaknya ada nyebutin nama kak Biru. Bukan bermaksud sok tau, tapi yang aku tau nama Biru di sekolah ini cuma kakak. Jadi, aku rasa nama Biru yang disebutin di lembaran ini, itu emang kakak." cerita Mita

"Emang apa sih tulisan yang tertera di lembaran itu, Mit? Masak sih nyebutin nama aku?" tanya Biru tak percaya karena buat apa namanya ditulis di lembaran yang dia tak tau siapa penulisnya

Mita menyerahkan lembaran yang baru ia keluarkan dari sakunya pada Biru "Ini kak lembarannya. Kakak aja yang baca langsung ya."

Biru menerima lembaran itu "Baiklah, akan kakak baca sendiri. Makasih ya, Mita."

Mita tersenyum pada Biru "Sama-sama, kakak cantik. Kalau gitu, Mita duluan ya."

Biru membalas senyuman Mita. Ia juga menganggukkan kepalanya sebagai tanda menjawab ucapan Mita. Setelah Mita pergi, Biru membaca lembaran tersebut. Isi dari lembaran tersebut ialah:

"Gue punya pacar yang sangat baik, yaitu Raka Reksapradipta. Awalnya, kita sangat bahagia. Namun, ada penggagung yang bernama Biru. Gara-gara dia kita putus."

Oleh: Safira

Biru Tengah Malam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang