06

24 3 0
                                    

Setelah membaca tulisan tersebut, Biru merasa terkejut. Jelas-jelas namanya dicantumkan dalam lembaran ini. Ia sangat bingung dengan tulisan itu, sebab bagaimana bisa Safira berpikiran seperti itu tentang Biru? Meskipun Safira adalah pacar sahabatnya, namun Biru tidak pernah berbicara atau bertegur sapa dengannya, sebab sejak awal mereka memang tak saling mengenal. Lembaran itu sungguh mengganggu pikiran Biru. Dia heran siapa orang yang bisa mengadu dan memfitnahnya seperti itu pada Safira "Apa benar selama ini gue udah buat Safira cemburu? Tapi, kenapa bisa? Walaupun gue akrab sama Raka, tapi gue gak pernah berduaan sama dia. Bahkan, sikap gue ke dia pun sama seperti gue bersikap ke teman-teman yang lainnya" batin Biru

Memang benar, meskipun Biru sudah begitu dekat dengan Raka, namun dia tak pernah berduaan dengan Raka. Jika memang mereka akan bersama, mereka akan bertiga bersama Sila. Dengan penuh penasaran, Biru berniat untuk menanyakan hal itu pada Raka langsung. Ia pun bergegas menemui Raka di bangkunya "Ka, apa benar dulu selama lo pacaran sama Safira, dia pernah atau sering cemburu sama gue?"

"Apaan sih Bir? Gue kan udah lama putus sama dia, kenapa lo bahas dia sama gue? Gue udah gak ada urusan sama dia lagi." kesal Raka

"Beneran gue nanya, Ka. Nih, lo baca." Biru menyerahkan lembaran tadi pada Raka

Raka pun membaca lembaran itu. Ia sempat fokus membaca, hingga akhirnya ia merobek lembaran tersebut "Udah ah, Bir. Ini udah gak penting."

"Ihhh... Raka. Menurut lo, sih gak penting. Tapi, gue yang disalahkan disini. Apa jangan-jangan, kalian putus gara-gara Safira cemburu sama gue?"

"Emang benar bukan salah lo, Biru. Gue putus sama Safira karena masalah lain dan itu gak ada hubungannya sama lo. Percaya deh sama gue."

"Masalah apa? Gak percaya gue. Pasti gara-gara gue kan? Elo sih Ka, ngapain waktu itu lo ngajakin gue sahabatan. Kalau aja..."

Raka memotong ucapan Biru "Beneran bukan gara-gara lo, Bir. Oke gue jujur, gue putus sama Safira itu gara-gara dia selingkuh sama cowok lain. Gue lihat dia berduaan secara langsung. Jadi, sekarang berhenti nyalahin diri lo sendiri."

"Ta-pi... lembaran itu?"

"Itu cuma alibi dia yang gak mau disalahin. Makanya, dia seolah-olah nyalahin lo karena alasan cemburu. Dia seolah jadi korban disini. Padahal, dia sendiri yang ngancurin semuanya."

"Emm...tapi gue penasaran deh Ka, siapa ya yang cerita soal kita ke Safira?"

Raka sedikit penasaran juga "Iya sih, Bir. Tapi, setau gue, Safira cuma dekat sama Sila dan Sovi sih kalau dari kelas ini."

"Yehh, kalau cuma dekat aja sih kita gak punya bukti. Lagian, Sila sama Sovi kan juga sahabat gue. Mana mungkin mereka bicara buruk tentang gue. Gue yakin bukan mereka kok yang ngadu enggak-enggak."

"Ya... mana gue tau. Terserah elo deh, Bir. Gue gak mau ya ikut campur urusan cewek-cewek, ribet."

"Siapa juga yang ngajak lo, Ka? GR banget. Gue bakal cari tau sendiri kali."

"Iya, itu bagus."

Kemudian, Biru berpikir untuk meminta bantuan teman SD-nya yakni Aurel yang kebetulan satu kelas dengan Safira. Dia pun menghubungi Aurel dan Aurel pun setuju untuk membantu Biru mencari informasi. Awalnya, tidak mudah bagi Aurel mencari informasi itu. Tapi, berkat usahanya yang mengorek-ngorek informasi dari Safira langsung, ia bisa mengetahui kebenarannya. Lantas, ia mulai menceritakan kebenarannya pada Biru "Bir, yang gue dengar sih, dia tau semuanya dari Sovi dan Ilma. Mereka sering lihat lo berduaan sama Raka katanya."

"Emm...lo beneran, Rel? Gue kok gak percaya ya kalau Sovi sama Ilma yang menceritakannya? Emangnya lo dapat informasi dari siapa?" tanya Biru memastikan karena ia masih tak percaya dengan ucapan Aurel

"Yehh, dibilangin gak percaya. Gue itu ngoreknya dari Safira-nya langsung. Gue pancing-pancing dia aja supaya mau cerita. Kan kalau soal ngorek-ngorek, gue jagonya, iya gak?" bangga Aurel tersenyum

"Iya deh, gue percaya sama lo. Tapi, gue tetap mau tanyain langsung sama Sovi dan Ilma ya mengenai kebenarannya, supaya gak salah paham. Btw, makasih ya Rel."

"Iya sama-sama, Biru." Aurel menampilkan senyum terbaiknya pada Biru

***

Biru menceritakan mengenai apa yang diceritakan Aurel kepada Sila. Lantas, Sila yang mendengar cerita itu juga tidak percaya dan menyuruh Biru untuk memastikannya langsung pada Sovi dan Ilma, mengingat hubungan mereka berempat yang sudah bersahabat sejak mereka baru masuk ke sekolah itu dan tidak mungkin ada diantara mereka yang menghianati satu sama lain. Biru pun setuju dengan saran Sila. Kemudian, ia dan Sila memutuskan untuk menghampiri Sovi dan Ilma "Sovi, Ilma." panggil Biru dengan ragu

"Ada apa nih?" balas Sovi tersenyum

"Gue mau nanya sesuatu sama kalian. Tapi, kalian jangan tersinggung dulu ya?" jelas Biru. Ia tak mau jika dugaannya salah, maka Sovi dan Ilma akan membencinya

"Bolehlah Bir, mau nanya apa?" tanya Ilma

Biru agak ragu untuk berbicara "Emm... apa benar kalian ngadu yang tidak-tidak tentang gue dan Raka ke Safira?"

Sovi melebarkan matanya. "Tau dari mana lo, Bir?"

"Tapi, kalian jangan tersinggung ya. Gue cuma dengar-dengar aja. Gue gak percaya kok, cuma mau memastikan aja kalau yang orang itu ucapin tentang kalian itu salah." jelas Biru pada Sovi dan Ilma

Ilma yang sudah tidak tahan dengan situasi ini langsung menjawab pertanyaan Biru "Iya, emang benar kita yang bilang kalau lo sama Raka itu kayak orang pacaran. Terus kenapa? Emang benar kan?"

"Ilma..." cegah Sovi menahan Ilma untuk bicara terlalu jauh. Sedangkan, Biru dan Sila hanya diam menyimak mereka berdua.

"Udah Sov, emang sekarang waktunya buat kita jujur. Asal lo tau ya Bir, lo benar kayak orang lagi pacaran sama Raka. Apa lo gak sadar? Lo juga gak mikirin perasaan Sovi. Dia suka sama Raka dan kayaknya Raka juga suka sama Sovi. Raka bahkan pernah nembak Sovi tapi Sovi tolak karena ELO. Lo itu udah khianatin Sovi. Sadar gak, kalau lo tiap hari udah buat Sovi cemburu atas kedekatan lo sama Raka? Lo tega banget sama dia, sahabat mana yang bisa setega itu?" tuding Ilma marah

Biru menoleh ke arah Sovi. Tiba-tiba, matanya mulai panas ingin menangis "Lo suka sama Raka, Sov? Kenapa gak bilang? Kenapa juga lo harus cemburu sama gue? Gue dekat sama Raka kan gak cuma sendiri. Bahkan, kita selalu bertiga sama Sila."

Biru Tengah Malam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang