14

22 3 0
                                    

Raka bingung mengapa Biru punya surat dalam amplop dari SMA Trisatya? Itu kan SMA favorit yang lokasinya agak jauh dari sekolahnya. Mungkin untuk tiba disana membutuhkan waktu lebih dari 30 menit. Raka semakin penasaran surat apa yang ada di amplop itu. Ia kemudian memberanikan diri untuk membacanya. Bilang lah dia lancang, tapi ia benar-benar penasaran dan firasatnya mengatakan akan ada hal buruk.

"Biru diterima di SMA Trisatya sebagai murid pindahan?" batin Raka setelah membaca isi dari surat itu. Ya, di surat itu menyatakan bahwa Biru diterima di SMA Trisatya. Karena setelah Ayahnya menyuruhnya pindah, ia langsung meminta surat pindahan dari sekolahnya dan mencoba mendaftar di SMA Trisatya. Memang sekolah itu jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah eyangnya dan termasuk sekolah favorit. Awalnya, Biru tak ingin mendaftar di sekolah itu karena tak yakin akan diterima, namun ayahnya meyakinkannya untuk mencoba. Akhirnya, Biru dinyatakan diterima. Ayahnya memberitahunya tadi pagi ketika akan berangkat sekolah dan ia memberikan surat penerimaannya pada Biru.

Raka mengembalikan surat itu ke dalam tas Biru. Ia masih tak percaya jika Biru akan pindah ke sekolah lain. Banyak tanda tanya dalam pikiran Raka. Sejak kapan Biru merencanakan untuk pindah? Kenapa dia tak memberitahunya? Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang sekarang sedang Raka pikirkan.

***

Sekarang adalah hari terakhir ujian akhir semester. Tempat duduk para murid di acak. Ada yang duduk bersama kakak kelas dan ada juga yang duduk dengan adik kelasnya. Raka dan Biru berada di ruangan yang sama. Biru duduk dengan salah satu adik kelasnya (cowok) dibangku paling depan, pinggir pintu masuk kelas. Sedangkan, Raka duduk tepat dibelakang Biru bersama adik kelasnya juga (cowok).

Saat ini, mereka sedang mengerjakan soal ujian. Biru tengah sibuk mengerjakan soal dengan cermat. Biru tidak langsung menulis jawabannya di lembar jawaban. Ia hanya menandai jawabannya di lembaran soal menggunakan titik-titik yang di tulis dari pensil untuk menandai jawaban yang tepat. Ini sudah menjadi kebiasaannya. Menurutnya, jika jawabannya langsung ditulis di lembar jawaban, maka dikhawatirkan lembarannya akan kotor jika ada jawaban yang salah dan akan diubah. Makanya, dia menandai dulu jawaban yang ia pilih. Nanti ketika sudah selesai semua, ia akan mengoreksinya kembali dan barulah ditulis di lembar jawaban.

Tak lama setelah Biru selesai mengerjakan soal dan sudah selesai menyalinnya di lembar jawaban, Raka berbisik padanya. Biru yang mengerti maksud Raka, langsung melihat ke arah guru yang sedang membaca lembaran. Mungkin, lembaran absen atau apalah itu "Tunggu, Raka." imbuhnya

"Ayo Bir, mumpung bapaknya gak lihat ke arah kita." Raka mencoba meyakinkan Biru. Saat merasa aman, Biru menukarkan lembaran soalnya yang jawabannya sudah ia tandai dengan titik-titik dengan milik Raka.

"Makasih, Biru." bisik Raka tersenyum. Biru membalas perkataan Raka dengan sebuah anggukan. Ia tak berani membalas dengan bisikan juga karena takut ketahuan oleh guru. Yups, ini udah jadi kebiasaan Raka dan Biru dari hari pertama ujian. Mereka akan bertukaran lembaran soal, tepatnya Raka menyontek pada Biru dan tak nanggung-nanggung, ia melihat semua jawaban Biru. Namun, Raka akan sengaja membedakan lima jawaban dari punya Biru agar tak diketahui oleh guru ketika mengoreksinya.

Ini semua adalah ide Raka, dimana dia membujuk Biru untuk bersedia memberi contekan baginya. Memang awalnya Biru menolak, namun ia akhirnya menyerah dan menuruti perkataan Raka. Terkadang, Biru tak habis pikir pada Raka karena Raka akan menunggu Biru selesai mengerjakan soal dengan santai. Padahal waktunya mepet, mungkin tinggal setengah jam, bahkan pernah tinggal 15 menit. Namun, cowok itu rupanya tak pernah khawatir dan tetap mengandalkan Biru. Tapi, Raka juga akan memberitahu jawaban pada Biru jika pelajaran penjaskes. Memang Biru tak terlalu paham mengenai olahraga dan alhasil Raka juga membantunya, hanya untuk pelajaran penjaskes saja. Namun tetap untuk semua mata pelajaran selain penjaskes, Raka lah yang menyontek pada Biru.

Setelah waktu ujian berakhir, Raka menunggu Biru "Bir, jangan dulu pulang. Kita disuruh kumpul dulu di kelas sama Bu  Yani." ucap Raka. Bu Yani adalah wali kelas mereka.

"Hmm.. iya udah ayo." ajak Biru

"Tapi sebelumnya, lo gak mau jelasin sesuatu gitu sama gue?" tanya Raka. Semenjak ia menemukan surat itu, ia selalu menanyakan hal sama pada Biru. Semenjak itu pula ia berpura-pura tak tau dan selalu menunggu Biru menceritakannya secara langsung.

"Lo kenapa sih, Ka? Setiap hari lo tanyain itu mulu. Emang lo pengen gue cerita apa?" tanya Biru jengah

Raka merasa kecewa karena Biru tak juga jujur. Raka semakin merasa kasihan dengan Sila yang tak tau jika Biru akan pindah. Kalau dirinya sendiri udah tau, walaupun bukan dari Biru langsung. Ia saja kecewa terhadap sikap Biru yang tak ingin jujur padanya, apalagi Sila yang tak tau sama sekali "Gak jadi, ayo ke kelas." sangkalnya

Mereka berdua pun berjalan menuju kelasnya dan duduk dibangku masing-masing. Sedangkan di depan kelas, Bu Yani sedang memberi informasi "Baik anak-anak, kalian kan sudah tau jika tiga hari lagi akan diadakan wisuda bagi kelas XII. Salah satu acaranya itu fashion show. Peserta yang melakukan fashion show itu adalah perwakilan tiap kelas. Jadi, satu kelas harus mewakilkan 2 orang yang terdiri dari cowok dan cewek. Sekarang ibu mau tanya, disini siapa yang bersedia jadi perwakilan kelas?"

Biru terlihat tak terlalu peduli. Ia masih memikirkan jawaban dari ujiannya tadi. Ia juga yakin kelasnya tak kekurangan perwakilan untuk mengikuti fashion show itu. Ia yakin yang dipilih mungkin Sovi atau Sila. Mereka berdua sangat feminim jadi cocok untuk ikut acara itu. Sedangkan, sebagian besar murid lainnya tampak saling berbicara, mencari siapa yang cocok buat menjadi perwakilan kelas. Banyak siswi yang melihat ke arah Raka. Mereka merasa Raka lah yang cocok mewakili kelas. Selain karena Raka idaman banyak perempuan, Raka juga memiliki tubuh yang bagus dan tinggi, cocok buat jadi model. Raka yang merasa dilihat oleh banyak temannya merasa jengah "Kenapa kalian pada lihatin gue?"

"Ka, lo aja yang jadi perwakilan cowoknya ya?" saran Ilma

"Iya ka, lo aja." tambah Dimas

"Gak ah, males gue ikut begituan." balas Raka

"Ah, lo gak asik Ka." cibir Dimas

"Si Niku aja tuh." tunjuk Raka pada Niku

Niku menoleh ke arah Raka "Gue juga gak mau."

Bu Yani mendengar semua perbincangan muridnya "Iya udah, voting aja antara Raka dan Niku."

"Tapi bu..." ucap Raka dan Niku bersamaan

"Udah gak usah tapi-tapian."

Setelah hasil voting selesai, suara untuk Raka dinyatakan menang. Raka mengumpat dalam hati. Sedangkan, Niku mengucap syukur karena tak terpilih "Oke buat yang perwakilan cowoknya udah fix Raka. Tinggal yang cewek. Siapa disini yang bersedia?" ujar Bu Yani

Sila dan Sovi mengacungkan tangannya secara bersamaan "Baiklah, karena ada 2 kandidat, kita lakukan voting lagi." putus Bu Yani

"Tunggu bu, saya mau ikut kalau ceweknya itu Biru." sanggah Raka tiba-tiba

Biru Tengah Malam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang