Semua orang yang ada di kelas itu, menoleh ke arah Raka "Iya bu, saya maunya pasangan sama Biru." ulang Raka yang melihat semua orang tampak bingung
"Iya gakpapa kalau Birunya mau." ucap Bu Yani
Sekarang, semua orang beralih menatap Biru. Mereka seperti meminta jawaban pada Biru. Biru yang merasa terintimidasi langsung saja menolak "Gak mau gue. Lagian apaan sih lo, Ka? Udah jelas-jelas yang ngacung Sila sama Sovi, kok malah gue? Lapar deh kayaknya lo. Udah bu, voting aja Sila atau Sovi."
"Tapi, gue maunya sama lo Bir." kekeh Raka
"Gak ah, ribet harus pakai gaun atau kebaya, mana harus pakai sepatu high heels lagi. Ogah, gue gak bisa. Udah lah Ka, lo sama yang mau aja. Sila atau Sovi, jangan bawa-bawa gue. Mereka lebih berpengalaman."
"Iya aja, Ka. Biar kita cepat pulang." ucap Niku
"Iya bang, lo sama gue aja atau Sovi. Biru gak bisa pakai high heels, yang ada dia jatuh nanti di panggung." tambah Sila
"Gimana, Raka?" tanya Bu Yani memastikan
"Saya tetap maunya sama Biru bu. Kalau bukan Biru pasangannya, maaf bu saya gak bisa jadi perwakilan. Ganti ke Niku aja." jawab Raka
"Jangan bu, Raka aja." sambar Niku
"Iya Ka, lo aja." ujar sebagian siswi
"Iya udah, karena banyak yang milih Raka dan Raka pun gak mau kalau bukan Biru pasangannya, jadi ibu putuskan Biru yang akan jadi perwakilan kelas bersama Raka." putus Bu Yani. Jika ia tak segera memutuskan masalah itu, maka perdebatan itu akan panjang.
Biru membulatkan matanya, ia merasa tak keterima "Tapi bu.."
"Udah gak ada tapi-tapian biar cepat selesai, Biru. Memangnya kalian semua gak mau cepat pulang?" potong Bu Yani
Biru hanya pasrah, tak ada yang bisa ia lakukan. Sedangkan, Raka tersenyum puas mendengar keputusan Bu Yani. Setelah dianggap selesai, Bu Yani pamit keluar dan semua murid sudah diperbolehkan pulang.
Biru menatap Raka marah "Bercanda lo gak lucu, Ka."
"Siapa yang bercanda?" balas Raka
"Berantem yuk, Ka." tantang Biru yang sudah merasa jengah
"Ayo." terima Raka tak mau kalah
"Udah-udah, kalian kok masih aja suka berantem sih?" lerai Sila
"Abang lo tuh, Sil. Gue kan gak mau ikut fashion show itu." kesal Biru
"Gue juga gak pengen ikut. Iya udah, kita berdua sama." bela Raka
"Lo enak cowok Ka, gak ribet. Sedangkan gue? Nanti gue harus pakai high heels. Gue beneran gak bisa pakai high heels."
"Kalau lo gak bisa, belajar Bir. Gitu aja repot."
"Hah? Mulut lo perot? Belajar cuma tiga hari doang? Gak segampang itu juga kali."
"Udah Bir, mulai besok gue bakal ajarin lo pakai high heels. Gue bakal bawa high heels gue ke sekolah. Kita bisa belajar di sekolah. Lagian mulai besok, kita udah gak ada pelajaran kan. Hanya tinggal nunggu raport aja." kata Sila
"Tuh, ada Sila yang bakal ajarin lo. Belajar Bir, jangan sampai lo malu-maluin gue." cibir Raka
"Bodoh amat." ketus Biru
***
Hari ini adalah hari dimana wisuda akan diadakan. Wisuda kali ini tidak diadakan di gedung melainkan diadakan di sekolah karena sekolah itu memiliki aula yang sangat besar. Mulai dari tiga hari sebelumnya, Sila benar-benar mengajari Biru berjalan menggunakan high heels "Sil, lo doain gue ya supaya gue gak jatuh gara-gara high heels ini. Gak kebayang malunya gue kalau jatuh. Mana baju yang gue pakai ribet banget lagi." ujar Biru yang tengah bersiap di ruang ganti.
"Gue yakin kok, lo gak akan jatuh. Kan udah gue ajarin." balas Sila
"Semoga aja lo benar. Tapi, gue gak aneh kan pakai baju kebaya kayak gini?" tanya Biru risih
"Enggak, Biru. Lo malah cantik banget. Udah ayo, samperin abang sama teman-teman. Pasti lagi nungguin lo." Sila membawa Biru keluar dari ruang ganti
Di luar ruang ganti, Raka yang juga sudah siap berdiri bersama beberapa teman-teman kelasnya. Mereka menoleh pada Sila dan Biru yang baru saja keluar dari ruang ganti. Raka tak henti-hentinya memerhatikan Biru dari ujung rambut hingga ujung kaki "cantik banget." batinnya
Niku menghampiri Biru, memegang bahu Biru dan menolehkannya ke kanan dan kiri "Ini beneran Biru yang sering nonjok gue? Astaga, emang cantik lo aslinya Bir. Pangling gue."
"Iya dong cantik, kan gue yang dandanin Biru." sombong Sila
"Emang dasarnya dia cantik aja, Sil. Tapi ya gitu, selama ini cantiknya ketutup sama sikapnya yang suka nonjok." sangkal Niku tersenyum. Biru yang merasa tak terima langsung menghadiahi Niku dengan sebuah tonjokan di lengannya. Niku meringis kesakitan dan langsung memegang lengannya yang dipukul Biru "Tuh kan, lo suka nonjok, Bir."
"Udah ayo, bentar lagi acara fashion shownya dimulai. Mending kita ke depan." lerai Raka
Semua pun berjalan ke panggung. Mereka duduk di bangku-bangku yang sudah disediakan. Hanya Raka dan Biru yang bersiap dibelakang panggung untuk menunggu giliran.
"Bir, lo udah bisa kan pakai sepatu itu?" tanya Raka
"Hmm.." balas Biru. Sebenarnya ia tak terlalu yakin untuk bisa berjalan dengan baik.
"Bagus deh. Gue gak mau kalau lo buat gue malu." ejek Raka
Biru tampak kesal pada Raka. Bisa-bisanya dia mengatakan seperti itu. Memangnya dia saja yang akan malu jika Biru jatuh? Yang lebih malu tentu saja Biru. Dengan perasaan menggebu-gebu Biru berucap "Gue gak akan bikin lo malu. Malah, gue akan buat lo bangga karena bisa pasangan sama gue."
Raka tersenyum mendengar ucapan Biru. Sejenak suasana hening karena beberapa peserta sudah dipanggil untuk maju. Sedangkan, Raka dan Biru masih menunggu giliran. Saat nama mereka di panggil, Raka membiarkan tangan kirinya untuk bertengger dipinggangnya. Kemudian, ia menarik tangan Biru untuk bergelayut di lengannya. Mereka berdua saling menatap dan menganggukkan kepalanya, seolah saling meyakinkan. Raka dan Biru pun tersenyum dan berjalan di atas panggung. Mereka terlihat sangat serasi. Banyak mata yang kagum pada mereka berdua.
"Mereka cocok banget."
"Jadi pengen tukar posisi deh sama Kak Biru biar bisa gandengan sama Kak Raka yang ganteng itu."
"Ini baru couplenya SMA Wismaraja."
Kira-kira seperti itulah tanggapan dari orang-orang yang menyaksikan Raka dan Biru. Mereka tak henti-henti mengagumi keduanya. Begitu pula dengan teman-teman Raka dan Biru yang tak henti memberi tepuk tangan meriah pada keduanya.
Sekarang, acara fashion show sudah selesai. Biru dan Raka berjalan menuju tempat duduk Niku. Biru tampak pegal ketika berjalan terlalu lama menggunakan high heels. Kakinya sangat sakit dan ingin segera melepasnya "Kenapa lo Bir, kok jalan lo aneh." tanya Raka bingung melihat Biru seperti kesusahan berjalan
"Pegal kaki gue."
"Lo sih pakai high heels segala. Kenapa gak pakai sepatu kets aja? Lebih nyaman kan."
Biru menatap Raka sinis "Lo gila ya, gue juga gak bodoh-bodoh amat kali. Masak iya baju gue udah begini, sepatunya kets. Bisa-bisa gue dikatain sinting."
"Itu lebih baik ketimbang kaki lo yang sakit."
"Mending kaki gue sakit dari pada gue harus diketawain semua orang."
"Ngeyel ya lo. Udah sana lo duluan nyamperin Niku, gue ambilin sandal dulu buat lo."
Mereka berdua pun berjalan masing-masing. Raka yang sedang mengambil sandal dan Biru yang sedang berjalan menuju tempat duduk Niku. Biru mendudukkan badannya di kursi sebelah Niku "Sila, kemana Nik?"
"Sila lagi ke kelas sama Sovi dan Ilma, Bir."
"Ohh."
"Ngomong-ngomong lo beneran cantik banget, Bir. Apalagi dandan kayak gini."
"Udah deh, jangan lebay."
"Siapa yang lebay? Lo beneran cantik. Bahkan, Raka juga mengakuinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Tengah Malam (SELESAI)
Ficção Adolescente"Kalian percaya gak, kalau kehidupan kita bakal berubah 180 derajat karena satu hal?" Seorang gadis bernama Biru awalnya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah karena suatu hal. Hal apa ya kira-kira? Start : 29 Juni 2021 Finish : 7 November...