03

40 5 0
                                    

Genap sebulan sudah Biru, Sila dan Raka bersahabat. Mereka semakin dekat saja, bagaikan perangko yang selalu menempel. Jika mereka bertiga berkumpul, maka kelas akan ramai dengan gelak tawa Sila dan Biru yang begitu menggelegar. Mereka berdua seperti dua insan yang sehati. Misalnya saja, suatu ketika mereka berdua tiba-tiba tertawa tanpa berkata terlebih dahulu, yang mana orang lain disekitar mereka tidak paham alasan mengapa mereka berdua bisa tertawa karena menurut mereka tidak ada hal yang lucu sama sekali. Mereka seperti bisa merasakan hal yang sama. Jadi, tak jarang jika mereka berdua di juluki Upin-Ipin karena selalu bersama, dimana ada Biru pasti ada Sila. Seperti halnya sekarang, mereka berdua sedang bersama di depan kelas, menunggu induknya yaitu Raka yang belum datang.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya yang ditunggu pun muncul dengan tas yang hanya diselempangkan di bahu kirinya. Seperti biasa, ia berjalan dengan begitu kerennya dan tak luput dari tatapan kagum para gadis yang mengaguminya. Maklum saja, dia adalah salah satu most wanted di SMA Wismaraja. Namun rupanya, ada yang berbeda dengannya hari ini. Ia terlihat tidak membalas senyuman dari para gadis yang menyapanya itu. Padahal di hari-hari sebelumnya, ia terlihat ramah dan akan ikut tersenyum apabila ada orang yang menyapanya.

"Tumben lo gak balas sapaan para fans lo. Kasihan tuh mereka mukanya pada ditekuk gara-gara sapaannya gak dibales sama sang idola." tegur Biru

"Bercandanya nanti aja ya Bir, gue masih males. Gue masuk duluan." jawab Raka malas dan berlalu masuk ke kelas

"Lusuh banget, Ka. Gak dikasih uang saku ya lo?" canda Biru

Raka tak membalas perkataan Biru. Ia lebih memilih duduk dibangkunya. Tangannya dilipat di atas meja dan kepalanya menunduk, seperti orang tidur dengan beralaskan tangannya. Sedangkan Sila tiba-tiba mencubit tangan Biru sehingga gadis itu meringis kesakitan "Aww, lo apaan sih Sil? Sakit tau."

"Habisnya lo bercanda di waktu yang gak pas, Birbir." kesal Sila mengeluarkan panggilan khususnya pada Biru

Biru sungguh tak mengerti maksud dari sahabatnya itu "Waktu yang gak pas? Memangnya ada apa?"

"Abang sama Safira putus, Bir. Kemarin Safira telpon gue sambil nangis-nangis karena abang putusin dia. Mungkin sekarang, abang lagi sedih juga. Ini lo malah ngajak bercanda."

Awalnya Biru agak terkejut, namun ia kembali menormalkan mimik keterkejutannya "Mana gue tau, Silsilah."

"Iya udah, sekarang lo kan udah tau. Mending kita samperin abang, kita hibur dia." ajak Sila. Biru pun mengangguk dan akhirnya mereka berdua menghampiri Raka.

"Bang." sapa Sila menyentuh bahu Raka

Raka mendongakkan kepalanya "Hmm."

"Udah lah bang. Lo jangan lusuh gini. Mending ngelawak bareng kita." bujuk Sila

"Nanti dulu ya Sil. Gue lagi galau." tolak Raka berpura-pura sedih

"Yaelah, sok-sokan galau Si Fakboy. Kan lo bisa cari cewek lain. Lo kan ganteng jadi, masih banyak tuh cewek yang mau sama lo." celetuk Biru

Raka tersenyum menatap Biru "Cie, udah ngakuin gue ganteng nih."

Biru membulatkan matanya, ia menyesal dengan perkataannya barusan "Mak... sud gue, lo itu gak jelek-jelek amat. Iya itu.."

"Masak sih? Udah ngaku aja kalau gue emang ganteng. Iya kan?" tutur Raka sambil menaik-turunkan alisnya

Karena kesal, Biru menjitak kelapa Raka "Resek banget sih lo, Fakboy."

Raka memegang kepalanya yang dijitak oleh Biru. Kemudian ia tersenyum sinis ke arah Biru "Udah berani ya lo sama gue?"

Raka hendak menghampiri Biru yang telah sedikit mundur untuk menghindari Raka yang pasti ingin membalasnya. Untung saja, Sila menghalang Raka yang ingin membalas Biru "Udah ah, bang. Kebiasaan kalian, berantem terus. Gak capek apa?"

"Nih, Si Birbir duluan ngejitak gue." bela Raka

"Apaan lo? Lo duluan ya yang resek sama gue. Mana sok-sokan melow lagi, ngalah-ngalahin cewek banget." ejek Biru

"Sorry ya, gue gak melow. Gue kasihan aja sama mantan gue yang putus dari gue. Pasti sekarang, dia sedih banget."

Biru terkekah mendengar penuturan Raka "Emang Fakboy lo ya, Jupri."

"Orang ganteng kayak gue mah bebas." Raka menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya

"Ganteng doang, bangga lo." tegur Biru

Sila semakin merasa jengah dengan aksi mereka berdua "Kalian bisa diam gak?" Sila sedikit teriak

Raka dan Biru saling menatap, kemudian mereka berdua tertawa bersama "Hahaha, iya-iya maafin kita berdua Silsilah." ucap Biru

"Iya Sil. Kita minta maaf. Udah ah muka lo lucu kalau marah, merah banget udah kayak kepiting rebus." tambah Raka

"Terus aja ngejek gue, sampai kalian puas." kesal Sila

Biru memeluk Sila "Enggak lagi kok, Sil. Udah jangan ngambek ya."

Sila membalas pelukan Biru "Gue gak ngambek kok."

"Gue ikut dong. Masak gue aja yang gak ikut?" ujar Raka hendak ikut berpelukan. Namun, ditahan oleh Biru dengan dorongan tangannya.

***

Saat jam istirahat, Safira berjalan ke kelas Raka untuk menemuinya. Ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Raka. Ia benar-benar tidak mau putus. Setelah sampai di depan kelas Raka, kebetulan ia bertemu dengan Sovi dan Ilma yang baru ingin masuk ke kelasnya "Sovi, Ilma tunggu." panggilnya sambil menghampiri mereka berdua

"Loh, kok lo ada disini, Saf?" tanya Ilma

"Gue mau ketemu Raka. Dia ada kan?" tutur Safira

"Kayaknya Raka masih di kantin deh sama Sila dan Biru. Tunggu aja, mungkin bentar lagi udah balik." balas Sovi

"Iya deh, gue tunggu sebentar." putus Safira

"Kangen banget ya Saf sama Raka sampai-sampai lo samperin dia kesini? Biasanya kan tuh anak yang samperin lo terus." goda Sovi

"Emm, sebenarnya Raka udah putusin gue." Safira menjeda ucapannya "Tapi, gue gak mau putus. Makanya gue kesini buat bicara sama Raka."

Ilma dan Sovi terkejut mendengar ucapan Safira. Pasalnya, selama ini Raka dan Safira terlihat adem-adem saja tuh, gak ada masalah. Ingin rasanya Ilma dan Sovi bertanya alasan mengapa mereka berdua putus. Tapi, mereka urungkan karena tak ingin membuat Safira semakin sedih "Yang sabar ya, Saf. Gue yakin kalau lo bujuk Raka, dia pasti mau kok balikan lagi sama lo. Secara, Raka kan bucin banget sama lo." tutur Ilma

"Iya, Saf. Lo semangat ya buat naklukin Raka lagi. Lo pasti bisa kok." tambah Sovi

"Makasih ya Sov, Il. Doain gue, semoga Raka mau balikan sama gue ya." pinta Safira. Ia sungguh tak ingin melepas Raka

"Pasti. Kita bakal doain elo kok." Sovi tersenyum pada Safira

Ilma tiba-tiba mengarahkan telunjuknya ke arah seberang "Itu dia Raka." Yah, yang ditunjuk Ilma adalah Raka yang sedang berjalan bersama Sila dan Biru menuju kelas. Mereka bertiga semakin mendekat ke arah Ilma, Sovi dan juga Safira.

"Ngapain lo kesini?" tanya Raka sinis pada Safira

Biru Tengah Malam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang