46

17 2 0
                                    

Hari ini, Arka tak seperti biasanya. Ia memang menjemput Biru untuk berangkat bareng ke sekolah. Namun, ia terkesan cuek dan tak banyak bicara. Saat sampai di sekolah pun, Arka berjalan duluan meninggalkan Biru di parkiran. Biru yang merasa bingung langsung mengejar Arka "Gus, lo kenapa sih? Gue ada salah?"

"Gakpapa." singkat Arka

"Tapi, lo kayak ngindarin gue, Gus. Kalau gue salah, bilang biar gue gak bingung."

Arka kesal karena Biru yang terus bertanya "Gue bilang gakpapa, ya gakpapa." bentaknya yang menimbulkan perhatian dari para murid di sekitarnya. Ia tak peduli dengan tatapan aneh orang lain dan memilih berjalan menjauhi Biru. Sejenak, Biru mematung di tempatnya. Sejujurnya, ia tak kaget atas tindakan Arka barusan. Hanya saja, ini pertama kalinya Arka membentaknya setelah mereka pacaran. Dengan perasaan sedih, Biru melangkahkan kakinya menuju kelas.

Selama pelajaran berlangsung, Biru tak terlalu fokus mendengarkan penjelasan guru. Dewi menanyakan keadaan Biru yang sedang melamun "Bit, lo gakpapa?"

"Gakpapa." senyum Biru terbit di bibirnya. Namun, senyum itu terlihat dipaksakan.

"Lo bohong kan? Pokoknya lo harus cerita sama kita nanti pas istirahat."

Ketika jam istirahat, Biru benar-benar diinterogasi oleh kedua sahabatnya di kantin. Mereka bertanya mengenai pengakuan Arka kemarin "Bit, lo beneran pacaran sama Arka?" tanya Andan

Biru hanya mengangguk. "Iya, tapi kayaknya dia lagi marah sama gue."

Saat hendak menyanggah perkataan Biru, Andan diberi aba-aba oleh Dewi agar tak bersuara. Dewi tau jika Andan akan menjelekkan Arka karena dia memang tak suka padanya. Dewi tak ingin Biru semakin sedih. Ia merangkul Biru untuk menguatkannya "Udah gak usah dipikirin, Bit. Nanti dia baik lagi kok. Mending kita ke kelas aja yuk!"

Mereka bertiga pun kembali ke kelas. Saat tiba di depan kelas, mereka melihat Adira sedang memeluk Arka. Hati Biru sakit melihatnya. Apakah ini alasan Arka berubah? Awalnya, Arka kaget saat Adira tiba-tiba memeluknya. Tapi, saat melihat Biru sedang melihatnya, dia terpaksa membalas pelukan Adira. Tak tau mengapa, Arka ingin Biru cemburu padanya.

Dewi menepuk pundak Biru "Bit, lo gakpapa?"

Biru menggeleng "Gue gakpapa kok." ia berjalan masuk ke kelas.

***

Ketika jam pulang sekolah tiba, Biru berdiri di halte untuk menunggu Arka. Sejak mereka pacaran, Biru selalu berangkat dan pulang bareng Arka. Sebetulnya, Arka meminta Biru untuk menunggu di parkiran. Namun, Biru menolak karena ia tak mau hubungannya diketahui oleh banyak orang. Akhirnya, ia memilih menunggu Arka di halte.

Sudah beberapa menit, Biru menunggu. Tapi, Arka tak terlihat juga. Ketika sibuk menghubungi Arka, mata Biru tak sengaja melihat Arka melewatinya dengan Adira yang ada diboncengannya. Bahkan, Arka tak meliriknya sedikit pun. Air matanya tiba-tiba jatuh tanpa diundang. Arka telah berhasil membuat hancur lebur hatinya. Bahkan, hatinya lebih hancur saat mengetahui Raka bertunangan dengan Tisa.

***

Biru mendatangi rumah Arka untuk meminta penjelasan. Ia tak ingin terus-terusan penasaran dengan sikap Arka "Assalamualaikum." ucapnya ketika memasuki rumah Arka

"Walaikumsalam." bukan Arka yang menjawab, melainkan Wulan, ibu tiri Arka.

"Emm, Arka ada tan?"

"Ada, ayo masuk sayang." mereka pun masuk ke dalam

Kebetulan, Arka baru turun dari tangga. Ia memakai jaket levis berwarna hitamnya dan celana hitam sobek-sobek. Sepertinya, ia akan pergi keluar "Bagus." panggil Biru

Arka menoleh "Ngapain lo kesini?"

Biru sedih melihat Arka yang masih bersikap dingin padanya "Gue mau ngomong."

"Gue gak ada waktu buat bicara sama lo." Arka merogoh handphone di sakunya. Ia mengangkat teleponnya "Ini gue udah mau otw, Dir." ucapnya singkat dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Lalu, ia berjalan tanpa menghiraukan Biru.

Biru menghadang Arka agar tak pergi. Ia tidak mau berlama-lama melihat sikap dingin Arka padanya. Ia harus tau alasannya "Bagus, tunggu."

Karena kesal, Arka tak sengaja mendorong Biru. Untung saja Biru tak jatuh karena Wulan lekas menangkapnya. Wulan menatap Arka dengan kekecewaan "ARKA." tegurnya berteriak. Ia tak menyangka jika Arka bisa bersikap kasar pada seorang gadis.

Arka menjadi geram karena Wulan yang berteriak padanya "Siapa anda sampai bisa berteriak pada saya?"

"Saya ibu kamu, Arka."

Arka tersenyum kecut mendengar jawaban Wulan "Ck, anda bukan ibu saya. Ibu saya cuma mama Nisa dan beliau udah meninggal. Anda hanya istri dari papa saya dan tak akan pernah menjadi ibu saya." ia pun berjalan keluar

Wulan sudah tak bisa membendung air matanya. Perkataan anak tirinya benar-benar membuat hatinya remuk. Biru yang melihatnya pun menjadi tak tega. Ia mengusap bahu Wulan, berusaha untuk menenangkannya "Yang sabar ya, tan."

"Tante gak tau harus bagaimana lagi untuk membuat Arka tidak membenci tante, Bitah. Walaupun tante hanya ibu tiri, tante beneran sayang sama Arka. Arka sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri, hiks."

"Kalau boleh tau, kenapa Arka membenci tante?"

"Waktu papa Arka menikahi saya, ayah saya terlilit hutang dan semua itu dilunasi oleh papa Arka. Dari situ, Arka mengira saya menikahi papanya hanya karena harta semata. Tapi, saya bersumpah jika saya tidak seperti itu. Saya benar-benar mencintai suami saya dan saya sudah bersikeras untuk mencegahnya untuk tidak membayar hutang-hutang ayah saya. Namun, suami saya kekeh untuk membayarnya."

Biru begitu prihatin mendengar cerita dari Wulan. Ia tak menyangka jika keluarga Arka menghadapi masa-masa yang sulit "Tante yang sabar ya. Mungkin Arka masih butuh waktu. Saya yakin cepat atau lambat, Arka akan bisa menerima tante."

"Iya, semoga saja Bitah."

Di sisi lain, Arka sedang berada di sebuah cafe bersama Adira. Tadi, Adira menelepon Arka untuk menemuinya "Dir, kenapa lo nyuruh gue ketemuan disini?" tanyanya to the point

"Ka, ternyata Dimas, pacar gue selingkuh. Gue nyesel udah percaya sama dia dan lebih memilih cuekin lo. Gue minta maaf ya sama lo." curhat Adira sedih

"Lo yang sabar ya. Lo gak perlu minta maaf sama gue karena lo gak salah."

"Tapi, gue merasa bersalah banget karena udah nyuekin lo selama setahun ini, Ka. Jadi, maafin gue ya."

"Iya, gue maafin lo Dir."

"Makasih, Ka." Adira merasa sangat senang hingga ia memeluk Arka dari samping. Sedangkan, Arka sangat terkejut dan merasa tak nyaman karena mendapat perlakuan semacam itu. Ia buru-buru melepas pelukan Adira dan tersenyum canggung

"Iya, sama-sama." jika saja, Adira bersikap seperti ini dari dulu. Mungkin, dia akan sangat senang. Berbeda dengan sekarang, Arka sudah tak memiliki perasaan apapun pada Adira karena hatinya sudah ia labuhkan pada Biru. Walaupun, ia masih kecewa pada Biru, tapi ia tak bisa menghapus rasa cintanya pada gadis itu.

Biru Tengah Malam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang