"Maaf Dir, gue udah gak cinta sama lo." setelah mengatakan itu, Arka turun dari panggung. Ia ingin mengejar Biru karena tak ingin gadisnya salah paham padanya. Ia tau jika dirinya telah lama mendiami Biru.
Arka mencari Biru diseluruh sudut sekolah. Ia ingat jika Biru pasti akan ke rooftop jika dirinya sedang sedih. Arka langsung saja berlari menuju rooftop. Benar saja, saat sampai di sana ia melihat Biru tengah menangis "Bitah."
Saat ada yang menyentuh pundaknya, Biru menghapus air matanya dan menoleh pada seseorang itu "Kenapa?"
"Dengerin penjelasan gue."
"Apa yang mau lo jelasin? Gue udah tau. Lo mau putusin gue dan balik sama Adira kan? Lo tenang aja, gue terima keputusan lo itu."
"Bukan itu maksud gue."
Air mata Biru jatuh tanpa harus diperintah "Kenapa sih, Gus lo gak putusin gue dari dulu? Dengan diemin gue berlama-lama, lo udah buat gue semakin sakit." ia menyeka air matanya "Tapi gakpapa, gue sekarang ikhlas dan sadar diri. Cinta yang lo perjuangin dari dulu udah terbalas kan. Sekarang, lo boleh kembali bersama Adira."
Arka mencoba meraih tangan Biru, namun langsung ditepis oleh Biru "Hey, hey. Bukan gitu maksud gue, sayang. Dengerin dulu, lo udah salah paham."
"Udah lah, Gus. Mending kita udahan aja. Itu kan mau lo?"
Tubuh Arka membeku seketika saat Biru mengatakan hal itu. Ia tak percaya jika Biru akan meminta putus padanya "Enggak, gue gak mau putus."
"Kenapa? Sekarang kan lo udah bisa miliki Adira. Gue tau, lo pasti gak bisa lupain dia kan? Jadi, selamat karena lo udah berhasil merebut hatinya. Gue permisi." Biru pergi meninggalkan Arka sendiri. Sudah cukup dirinya bertahan dengan Arka. Ia tak mau merebut kebahagiaan lelaki itu.
Untuk meluapkan emosinya, Arka berteriak saat gadisnya pergi. Ia benar-benar frustasi sekarang. Sungguh, ia memang marah pada Biru, namun ia tak berniat sama sekali untuk putus darinya. Ia sangat mencintai gadis itu. Apalagi, setelah melihat kejadian kemarin dimana Biru menolak Raka yang sedang mengungkapkan perasaannya. Ia tau jika dirinya salah menilai Biru yang telah mencintainya dengan tulus.
***
Saat Biru tengah menunggu angkot di halte, Ia melihat segerombolan orang sedang berdiri di tengah jalan. Sepertinya telah terjadi kecelakaan di sana. Dengan penasaran, Biru menghampiri dan menanyakan tentang kecelakaan itu "Permisi pak, ada kecelakaan ya?" tanyanya pada salah satu orang yang ada di tempat itu.
"Iya, dek. Anak sekolahan yang kecelakaan. Bajunya sama kayak adek. Kasihan dia. Sepertinya keadaannya cukup parah. Lihat saja, itu motornya rusak parah." jawab orang itu sambil menunjuk motor harley yang sudah berada di pinggir jalan
Spontan, Biru menoleh ke arah yang ditunjuk. Ia begitu terkejut melihat motor Arka disana. Perasaannya berubah menjadi cemas "Sekarang, orang yang kecelakaan itu dibawa ke mana pak?"
"Kalau gak salah, dibawa ke Rumah Sakit Pelita, dek."
"Makasih pak, sana permisi dulu." pamit Biru. Ia langsung saja memesan ojek online untuk menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, ia terus saja menangis karena khawatir dengan keadaaan Arka.
Ketika tiba di rumah sakit yang dituju, Biru langsung menanyakan dimana ruang Arka dirawat "Suster, izin bertanya. Dimana ruang pasien anak sekolahan yang baru dibawa kesini karena kecelakaan?"
"Tunggu sebentar." suster itu tampak mengotak-atik buku yang dipegangnya "Pasiennya ada ruangan nomor 5A, mbak."
"Makasih, sus." Biru berlari menuju ruangan itu.
Saat sampai di sana, Biru melihat seorang dokter baru saja keluar dari ruangan itu "Dok, bagaimana keadaan pasien?"
"Maaf, anda siapanya ya?" sahut dokter yang memakai kacamata itu
"Saya temannya, dok."
"Pasien banyak kehilangan darah dan harus segera mendapat donor."
"Memangnya golongan darah pasien apa dok?"
"Golongan darah pasien O."
Biru bernafas lega "Iya udah dok, ambil darah saya saja. Kebetulan, golongan darah saya juga O." kemudian, dokter itu membawa Biru untuk mengambil darahnya. Setelah selesai, Biru tetap setia duduk di depan ruangan 5A. Air matanya tak bisa berhenti mengalir memikirkan keadaan Arka yang tengah mendapat perawatan dari dokter. Sungguh, ia takut terjadi hal buruk pada lelaki itu.
Tak beberapa lama, Biru yang sedang menunduk dan menangis dikagetkan oleh tangan seseorang yang menyentuh pundaknya. Ia lantas menoleh pada orang itu "Bitah, lo disini?" tanya Arka. Iya, orang itu adalah Arka yang baru datang bersama Tama.
Biru kebingungan "Gus, bukannya lo lagi di dalam? Lo kecelakaan kan?"
"Itu bukan gue Bitah, Ainur yang kecelakaan."
"Tapi, gue tadi lihat motor lo yang kecelakaan."
"Memang motor gue. Tapi, bukan gue yang pakai. Ainur pinjam motor gue karena motornya mogok."
Ada sedikit kelegaan yang Biru rasakan. Langsung saja, ia memeluk Arka dengan erat "Gue pikir itu lo, Gus. Gue cemas banget. Gue takut lo kenapa-napa, hiks."
Arka membalas pelukan Biru "Gue gak bakal kenapa-napa. Lo tenang aja ya."
"He'em, masih ada orang nih." tegur Tama yang merasa menjadi obat nyamuk
Mendapat teguran, Biru dan Arka melepas pelukan mereka. Arka melirik ke arah ruangan Ainur dirawat "Keadaan Ainur gimana, Bit?"
"Dia masih ditangani oleh dokter. Tadi kata dokter, dia butuh donor darah." jelas Biru
"Terus gimana, Bit? Udah dapat donor darahnya? Siapa yang donorin?" tanya Tama sedikit cemas
"Udah dapat kok. Kebetulan, golongan darah gue sama kayak Ainur."
Tama menghembuskan nafasnya dengan lega "Syukurlah. Makasih ya, Bit lo udah bersedia membantu teman gue."
Biru tersenyum "Gak usah bilang makasih, Tam. Ainur kan juga teman gue."
***
Kini, Biru dan Arka sedang berada di kantin rumah sakit. Tadi, setelah mendapat kabar dari dokter mengenai keadaan Ainur yang sudah membaik, Arka meminta izin pada Tama untuk menjaga Ainur karena dia ingin mengajak Biru makan dulu "Makan yang banyak. Lo habis donor darah dan butuh energi lagi." Arka menyodorkan banyak makanan dan sekotak susu pada Biru
"Lo berlebihan, Gus. Gue gak akan bisa makan ini semua." tegur Biru berdecik ngeri memandang makanan yang dipesan Arka. Makanan itu sangat banyak sehingga ia yakin tak akan pernah bisa menghabiskannya.
Arka tetap sibuk merapikan makanan-makanan untuk Biru "Terserah lo mau bilang gue apa. Gue cuma gak mau lo sakit. Lo bisa kok habisin ini semua."
Biru tersenyum karena mendapat perhatian dari Arka "Gus, jangan buat gue khawatir lagi ya?"
Arka meraih tangan Biru "Iya, gue janji gak bakal buat lo khawatir kayak tadi."
Biru menatap tajam Arka "Satu lagi, jangan tiba-tiba berubah. Lo buat gue bingung."
"Iya, gue minta maaf. Waktu itu, gue udah salah paham sama lo." Arka membuang nafasnya kasar. Ada rasa penyesalan dalam dirinya karena pernah bersikap dingin pada gadisnya. Sungguh, ia merasa bodoh karena tak mencari kebenarannya sehingga membuat hubungannya dan Biru menjadi renggang.
Biru menarik satu alisnya ke atas "Salah paham gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Tengah Malam (SELESAI)
Teen Fiction"Kalian percaya gak, kalau kehidupan kita bakal berubah 180 derajat karena satu hal?" Seorang gadis bernama Biru awalnya tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah karena suatu hal. Hal apa ya kira-kira? Start : 29 Juni 2021 Finish : 7 November...