04

32 5 0
                                    

"Raka, dengerin aku dulu." Safira mencoba meraih tangan Raka. Namun, Raka menepisnya. Ia benar-benar tak ingin lagi berhubungan dengan gadis di depannya ini

"Gak ada lagi yang bisa dibicarakan antara lo sama gue."

Biru yang melihat situasi ini, langsung mengajak Sila, Sovi dan Ilma untuk masuk ke dalam kelas. Ia ingin membiarkan Raka dan Safira untuk menyelesaikan masalahnya sendiri "Kita masuk dulu ya, Saf." pamit Sovi dan dibalas anggukan oleh Safira

Setelah Sila, Biru, Sovi dan Ilma masuk, tinggalnya Raka dan Safira. Safira kembali membujuk Raka "Ka, aku mohon beri aku kesempatan. Aku bakal perbaiki semua kesalahan aku sama kamu."

Raka tersenyum kecut menanggapi ucapan mantannya itu "Kesempatan lo bilang? Lo udah ngerusak kepercayaan gue, Saf. Jadi, gak bisa."

Mata Safira mulai berkaca-kaca "Tapi, bukannya setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua, Ka? Kamu kok tega sih?"

Raka menatap Safira tak percaya "Lo bilang gue tega? Lo yang tega nyakitin gue, Saf. Jadi, berhenti berlagak jadi korban."

"Iya aku tau, aku salah. Aku minta maaf. Jujur, aku masih cinta sama kamu. Kamu pasti juga masih cinta kan sama aku?" jelas Safira sambil menangis

"Lo salah besar, Saf. Gue udah gak cinta sama lo. Lagian, ada orang yang bilang kalau gue ganteng, banyak cewek yang bakal mau sama gue. Jadi, ngapain gue masih cinta sama elo?"

"Tapi Ka...."

Raka memotong perkataan Safira "Udah deh gak usah tapi-tapian. Gue permisi." Raka pun masuk ke kelasnya tanpa memedulikan Safira yang menangis di depan kelas.

"Bang, Safira mana?" tanya Sovi saat melihat Raka memasuki kelas

"Tau." jawab Raka singkat dan memilih untuk mendudukkan tubuhnya di bangku. Melihat reaksi Raka, Sovi langsung saja melirik Sila. Seakan mengerti, Sila mengajak Sovi untuk menemui Safira "Kalian tunggu disini ya, gue sama Sovi mau nyamperin Safira. Kasihan dia." pamit Sila

Berbeda dengan Sovi dan Sila yang begitu akrab dengan Safira, Biru dan Ilma yang memang tak begitu akrab dengan Safira memilih mengangguk, tanda setuju dengan ucapan Sila. Lalu, Ilma mengajak Biru untuk menghampiri Raka yang sedang terduduk santai dibangkunya "Woy... Lo apain pacar lo itu?" tanya Biru

Raka melirik Biru dengan wajah sedikit kesal "Apaan sih lo Kuning, kok jadi gue?"

"Terus kalau bukan lo, siapa? Tadi gue lihat sekilas, Safira lagi nangis di depan kelas. Kasihan tau." bela Ilma

"Elo juga Il, nyalahin gue. Emang ya, cewek itu selalu nganggep cowok jahat walaupun ceweknya yang nyakitin duluan." kesal Raka

"Dih, siapa juga yang bilang lo jahat? Orang kita cuma nanya aja kok sewot." timbal Biru jengkel

"Iya nanya, tapi secara gak langsung lo nyalahin gue kan? Hafal gue udah sama cewek." balas Raka

"Emang benar kan Ka, cowok selalu salah. Itu udah kodratnya, hahaha." ujar Ilma tertawa puas

***

Raka, Niku, Biru, Sila, Sovi dan Ilma sedang duduk dipinggir lapangan dan menyaksikan lomba basket antar-kelas. Saat ini, memang kelas mereka yang sedang bertanding melawan kelas XI-MIPA 3. Teriakan-teriakan dari Biru, Sila, Sovi dan juga Ilma sangat menggema di pendengaran orang-orang yang berada di sekitar lapangan. Sepertinya, mereka begitu semangat memberi dukungan pada teman-temannya yang sedang bertanding "Masuk....." teriak Sovi ketika bola yang dilempar Dimas, teman kelasnya masuk ke dalam ring lawan

"Yeh, we love you Dimas." Biru juga ikut teriak dan tangannya membentuk tanda love yang ditujukan untuk Dimas

Raka tiba-tiba merasa jengkel "Gak usah teriak-teriak Bir. Malu sama yang lain."

Biru melirik Raka dengan tajam "Terserah gue dong, Ka. Mending lo yang diem deh. Udah gak ikut main malah cerewet."

"Sotoy lo, siapa bilang gue gak main? Gue main besok pas di final." balas Raka

"Gue saranin, lo jangan ikut main deh Ka. Bisa kalah nanti kelas kita." ejek Biru

"Enak aja lo. Lihat aja besok, gue bakal menangin kelas kita." balas Raka kesal

Pritttt....

Pluit sudah berbunyi, pertanda pertandingan selesai dan dimenangkan oleh kelas Biru. Teman-teman Biru sangat senang ketika kelasnya diumumkan menang dalam pertandingan dan berhak maju ke babak final besok melawan kelas yang menang dipertandingan setelah ini "Jangan balik ke kelas dulu ya, guys. Kita lihat dulu siapa yang menang dipertandingan bentar lagi. Biar tau kemampuan musuh kita besok." usul Niku

Teman-teman Niku pun menyetujui usulan Niku untuk tetap berada di lapangan untuk melihat pertandingan selanjutnya. Namun, tiba-tiba Biru ingin beranjak karena melihat siapa yang akan bertanding selanjutnya "Gue ke kelas duluan ya?"

"Mau kemana sih Bir, udah sini aja." Ilma mencegah Biru untuk pergi. Ia menarik tangan Biru dan membawanya untuk duduk kembali.

"Iya sini aja Bir. Tunggu sampai selesai pertandingan." tambah Sovi

"Kenapa sih Lo tiba-tiba pengen pergi?" tanya Raka heran

Sila yang baru selesai minum langsung menyambar pertanyaan Raka "Biasa ada Faris, mantannya."

Teman Biru yang lain pun serempak menoleh ke arah Sila. Mereka kaget dengan ucapan Sila. Maklum saja, selama ini rahasia Biru yang satu ini tidak ada yang tau, kecuali Sila. Biru termasuk orang yang tertutup jika mengenai asmara. Sila pun mengetahui rahasia ini karena tidak sengaja membaca buku diary Biru ketika ia mengunjungi rumah Biru. Biru langsung mencubit lengan Sila. Ia kesal dengan mulut Sila yang tak bisa menjaga rahasia. Sedangkan, Sila baru sadar dengan ucapannya yang tak bisa ia kontrol "Maaf Bir, gak sengaja."

"Apa lo bilang, Sil? Mantan? Biru punya mantan? Wah... gue masih gak percaya. Apa lagi mantannya sekolah disini juga." tanya Niku heboh

"Iya Sil, dari mana lo tau? Beneran Faris mantan lo, Bir?" tambah Sovi tak percaya

Raka menatap Biru dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia juga menunggu Biru menjawab pertanyaan Sovi. Jujur, dia juga sangat penasaran. Sedangkan, Biru yang merasa diintimidasi oleh teman-temannya merasa gelagapan "Enggak kok, kalian jangan percaya sama ucapan Sila. Dia ngawur, belum minum obat."

Mereka yang awalnya menatap Biru beralih menatap Sila. Dalam hitungan detik, Ilma memberi pertanyaan cepat pada Sila "Sila, Faris mantannya Biru atau bukan? Jawab cepat, kalau jujur gue traktir bakso pakai cabe yang pedes banget." Ilma mengarahkan telunjuknya ke arah Sila, seolah mendesak Sila untuk segera menjawab pertanyaannya

Sila yang tak fokus dengan tawaran Ilma untuk mentraktir bakso pedas kesukaannya, tanpa sadar menjawab pertanyaan Ilma dengan jujur "Iya, dia mantannya Biru."

Biru menepuk jidatnya, menggerutui kebodohan sahabatnya itu yang mudah dipancing untuk jujur. Sedangkan teman-teman yang lain menertawakan Sila dan Biru "Maafin gue, Bir. Gak sengaja lagi. Lo sih Il, mancing gue." ucap Sila tersenyum bodoh dan malah menyalahkan Ilma

"Oh, jadi benar. Gak nyangka juga gue, Bir. Selera lo tinggi, anak basket SMA Wismaraja. "canda Sovi

"Udah deh kalian semua berhenti ngejek gue." pinta Biru cemberut

Tiba-tiba, Niku berteriak keras ke arah lapangan "Faris, dapat semangat dari Biru."

Biru Tengah Malam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang