45

19 3 0
                                    

Keesokan harinya, Biru dan Sila datang sungguhan ke rumah Tisa. Mereka baru sampai setelah sempat berjalan beberapa menit ke rumah itu karena motor scoopy Sila mogok. Terpaksa, dia menitipkan motornya pada satpam di salah satu pusat perbelanjaan. Sedangkan, Raka masih berada di jalan. Ia tadi bilang jika akan menyusul "Uwahh, capek banget gue. Jauh juga kita jalannya ya." keluh Sila duduk tepar di depan rumah Tisa

"Iya, capek. Lo sih gak pernah servis motor Sil. Jadi kan, mogok tuh motor." cibir Biru

Tisa datang membawakan dua jus jeruk untuk Biru dan Sila "Silahkan di minum kak."

"Makasih, Tisa." ucap Sila dan Biru bersamaan

Mereka bertiga melihat Raka baru memasuki rumah Tisa. Mereka bisa melihatnya karena memilih untuk duduk di depan rumah Tisa "Lama banget lo bang. Gue telepon gak diangkat-angkat. Motor gue mogok dan gue sama Biru terpaksa jalan." curhat Sila

"Maaf, gue baru bangun." sahut Raka

"Kebo lo, Ka." cibir Biru. Raka diam tak menanggapi Biru. Biasanya, ia akan selalu membalas jika diejek Biru. Sejenak suasana hening menimpah. Biru berpikir jika Raka masih marah padanya dan Sila juga menyadari hal itu.

"Ah... bang, lo gak bawa mobil?" Sila mengalihkan pembicaraan untuk menghilangkan kecanggungan

"Enggak, kenapa?"

Raut wajah Sila berubah menjadi lesu "Kan motor gue mogok. Niatnya gue sama Biru mau nebeng di mobil lo bang. Jadi, gue sama Biru naik apa dong pulangnya?"

"Udah, kita naik taksi aja Sil." timbal Biru

"Biar gue yang anterin lo pulang, Sil." sahut Raka. Ia lagi-lagi tak berbicara dengan Biru. Bahkan, ia tak tertarik melirik Biru. Sungguh, ini membuat hati Biru sakit. Dia merasa Raka tak menganggapnya.

Sila melirik Biru "Tapi, Biru bang?"

"Gak usah pikirin gue, Sil. Lo bareng Raka aja." Biru beralih menatap Tisa "Tisa, gue mau minta maaf sama lo ya karena udah buat lo merasa bersalah sama gue."

"Iya, kak. Gakpapa kok." sahut Tisa tersenyum lebar

Setelah itu, mereka banyak mengobrol. Tapi, tetap saja Raka tak menjawab perkataan Biru. Setiap kali Biru berbicara padanya, dia akan selalu diam dan mengalihkan pembicaraan dengan Sila atau Tisa. Hal itu membuat Biru banyak diam dari pada ikut mengobrol. Hingga akhirnya, Biru melihat sebuah motor berhenti di depan rumah Tisa. Lantas, ia berdiri dan berpamitan "Tisa, Sila, gue duluan ya. Arka udah jemput gue." ia tak berpamitan pada Raka karena tau tak akan mendapat balasan.

"Loh, kok bisa? Lo telepon dia ya?" tanya Sila

"Iya, hehe. Oh iya Sil, motor lo udah Arka bawa ke bengkel terdekat dari pusat perbelanjaan tadi. Nanti gue, chat alamatnya. Gue pamit ya." Biru pun berjalan menghampiri Arka

Sila hanya bisa pasrah "Okedah, Bir. Makasih ya."

Biru berbalik sejenak untuk mengangguk. Lalu, ia kembali menghampiri Arka. Arka memasangkan helm di kepala Biru "Lo gakpapa?" tanyanya

"Gakpapa kok." Biru tersenyum dan naik ke boncengan Arka

Setelah melihat kepergian Biru, Sila menatap Raka tajam "Lo sih bang. Kan Biru jadi pulang duluan." Raka tak menjawab, ia hanya menatap nanar motor Arka yang pelan-pelan mulai hilang dari pandangannya.

***

Arka dan Tama sedang berjalan menuju kelas.
Tama sesekali menggoda Arka. Ia tadi tak sengaja melihat Arka dan Biru berboncengan. Ketika terciduk oleh Tama, Biru buru-buru berlari menuju kelas duluan "Gak nyangka gue, lo pacaran sama Bitah?" tanya Tama dengan tatapan menggoda

"Hmm.." singkat Arka "Tapi, lo jangan bocorin ke siapa-siapa."

"Siap bos. Gue bakal jaga rahasia kok."

Saat sampai di depan kelas, mereka berdua dikagetkan dengan suara kegaduhan. Bola mata mereka membulat ketika melihat Erine dan Ainur sedang menyakiti seorang gadis, yakni Biru. Erine menjambak rambut Biru sedangkan Ainur menahan tangan Biru agar ia tak memberontak melepas jambakan di rambutnya. Biru hanya bisa meringis kesakitan. Teman-teman yang lain pun hanya bisa melihat, tanpa berani menolong "Kalau gue lihat lo berani gatel-gatel sama Arka lagi, gue gak bakal segan untuk berbuat lebih dari ini." ancam Erine

Mata Arka memanas menyaksikan tindakan Erine. Dengan cepat, ia berjalan menghampirinya dan menghentak tangan Erine "Lo apa-apaan sih?" bentaknya. Ia beralih menatap Ainur "Lo juga, kenapa malah ikut-ikutan Erine?"

"Gue cuma mau kasih pelajaran sama dia, Ka." bela Erine menunjuk Biru dengan remeh

"Dia udah pintar. Gak perlu lo ajarin. Seharusnya, lo yang perlu belajar sama dia." celetuk Tama

"Diam lo, Tam. Gue gak bicara sama lo." tegur Erine

Arka menatap Biru yang menunduk. Ia mendongakkan kepala Biru agar menoleh padanya. Alangkah terkejutnya dia melihat sudut bibir Biru yang terluka dan hal itu membuatnya murka. Ia menatap Erine dengan marah "Lo apain dia sampai kayak gitu?" sentaknya

Erine menatap sedikit takut pada Arka. Agar tak disalahkan, ia mencoba membela dirinya sendiri "Gue cuma ngasih peringatan aja sama dia soalnya dia gatel sama lo, Ka. Kemarin gue lihat lo boncengan sama nih cewek gak tau malu. Pasti dia godain lo kan?"

"Udah lah, Ka. Lo biarin aja kita ngasih pelajaran sama cewek jalang ini." tambah Ainur enteng

Kemarahan Arka sudah berada di puncak. Tanpa aba-aba, dia menghajar Ainur dengan habis-habisan "Cewek yang lo sebut jalang itu cewek gue anjing."

Sontak, semua murid yang ada di kelas itu menjadi tercengang mendengar pengakuan Arka barusan. Biru memeluk Arka dengan maksud menghentikan Arka yang sedang membabi buta Ainur. Kondisi Ainur sudah terpapar tak berdaya akibat mendapat pukulan bertubi-tubi dari Arka. Biru tak tega melihatnya "Bagus, udah. Gue mohon." pintanya sambil menangis

Awalnya, Arka belum puas memukul Ainur. Namun, saat mendengar isakan tangis Biru, ia tersadar dan menuruti permintaan pacarnya itu "Lo emang sahabat gue, Nur. Tapi, lo gak berhak ngatain pacar gue 'jalang'." kemudian, ia menunjuk Erine dengan tatapan jijik "Dan lo, untung lo cewek. Kalau enggak, habis juga lo. Tapi, kalau sampai lo gangguin Bitah lagi, gue gak akan segan-segan nyakitin lo sekalipun lo itu cewek." ia menarik Biru keluar kelas untuk mengobati lukanya

Tama membantu Ainur berdiri "Tindakan lo emang salah kali ini, bro. Lo gak seharusnya lakuin itu ke Bitah. Gue saranin, mending lo minta maaf biar persahabatan kita gak hancur." Ainur hanya diam mendengarkan Tama. Memang dari awal dia tak menyukai Biru. Tapi, ia sama sekali tak berniat menyakitinya. Tadi, ia terpaksa karena mengikuti Erine, cewek yang dia suka. Sedangkan Erine, sekarang tengah mengepal tangannya marah karena Arka lebih memilih membela Biru. Pengakuan Arka tadi juga membuatnya geram karena usahanya untuk mengejar cinta Arka gagal. Ya, dia berniat merebut hati Arka.

Biru Tengah Malam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang