|1| Problem

1.3K 133 1
                                    

Park Seyi mengemudikan mobilnya di jalanan Seoul dengan kecepatan sedang. Kekesalan masih tersisa dalam dirinya karena Yoo Minjung —istri muda ayahnya yang berbeda usia hanya 10 tahun dengannya.

Beberapa saat setelah keributan itu terjadi Seyi keluar dari kantor untuk menghibur diri sejenak di rumah sahabatnya, Shin Yena.

Sudah dua puluh menit Seyi mengemudi, pada menit ke lima belas barulah dirinya mulai merasa tenang. Namun ketenangan itu tak berlangsung lama sebab kini ponsel Seyi berdering menampilkan panggilan masuk dari Sekretaris Lim.

"Ada apa?" tanya Seyi menerima panggilan.

"Direktur, apa Anda sudah mendengar keputusan baru dari Presdir?" wanita itu bertanya dengan suara yang terdengar dipenuhi kekhawatiran.

Seyi mengernyitkan kening. Dirinya belum mendengar berita apa pun. "Keputusan apa?"

Sekretaris Lim diam sejenak, sepertinya dia ragu untuk menyampaikan apa yang dia ketahui. "Apa Anda masih dalam perjalanan, Direktur? Jika begitu akan saya beritahu setelah Anda tib—"

"Tidak. Katakan sekarang." ujar Seyi tegas. Ia tak ingin menunggu, apalagi ini mengenai pekerjaannya.

Hening beberapa detik sebelum Sekertaris itu kembali berbicara penuh kehati-hatian. "Presdir melarang semua orang untuk melibatkan Anda dalam proyek musim panas tahun depan, Direktur. Tidak ada yang tahu apa alasannya,"

Tepat di depan lampu merah Park Seyi menghentikan kendaraannya. Tangannya meremas kuat kemudi mobil. Sekali lagi amarah mendominasi dirinya.

Setelah Yoo Minjung sekarang ayahnya sendiri yang memicu murkanya.

Alangkah hari ini adalah yang hari yang buruk dalam hidup Park Seyi. Hari yang tak ada satu hal pun berjalan dengan baik.

"Direktur, Anda baik-baik saja?" Kekhawatiran Sekretaris Lim semakin jelas. Bagaimana tidak, dia sangat tahu sifat atasannya. Dia takut terjadi sesuatu pada Seyi.

"Ya, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir, aku akan mengurusnya."

Seyi memutuskan sambungan. Informasi dari Sekertaris Lim terngiang cukup lama dalam pikirannya hingga tak sadar lampu apill sudah berganti menjadi hijau. Dengan nafas berat Seyi kembali melajukan kendaraan setelah diracau klakson mobil di belakangnya.

Untuk saat ini Seyi tidak ingin ceroboh. Dirinya harus tenang. Segala sesuatu harus dilakukan dengan tenang jika ingin mendapatkan hasil yang baik. Ia harus memikirkan jalan keluarnya. Namun, lintasan pikiran buruk tentang posisinya yang saat ini dilempar keluar secara sepihak dari proyek membuatnya gelisah.

Seyi menggelengkan pelan kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran buruk. Ia tak akan membiarkan siapa pun menginjak harga dirinya. Seyi ingin orang-orang mengingatnya sebagai sosok yang kuat —bahkan tak masalah dianggap arogan, asalkan bukan sebagai sosok yang lemah dan rendah.

Drrtt...

Benda persegi panjang itu kembali berbunyi. Kali ini sebuah pesan muncul di notifikasi ponsel. Tangan Seyi bergerak mengambilnya lalu memelankan laju kendaraan untuk membaca pesan.

'Selamat Park Seyi, kau bisa beristirahat lebih lama dan bersiap untuk liburan musim panasmu. Aku bisa menyiapkan paket liburan mewah di Jepang kalau kau mau. Ah, tapi ini tidak seru. Ayahmu terlalu mudah kurayu.'

Sial! Ingin rasanya Seyi mengumpat lebih banyak setelah membaca pesan dari Yoo Minjung. Wanita itu layaknya jelmaan manusia rubah yang luar biasa licik. Seyi membencinya. Sangat benci.

Bruk!

Cepat-cepat Seyi menginjak rem mobil. Ponsel di tangannya jatuh, dan yang paling menyakitkan keningnya baru saja membentur kemudi. Seyi menyesal sudah membuka pesan itu, ia jadi menabrak sesuatu di depan sana.

Sambil memegang keningnya yang terbentur Seyi mengangkat kepala perlahan untuk melihat apa perkaranya.

Ternyata, ia menabrak mobil seseorang.

Melihat mobil itu menyalakan lampu sein ke kanan untuk menepi, Seyi mengikutinya. Kemudian Seyi bergegas keluar dari mobil untuk menemui korban sekaligus mengecek kondisi kendaraan mereka.

Bagian belakang mobil orang itu luar biasa melekuk dan lecet. Yah, Seyi pun merasa tadi itu dirinya menabrak dengan cukup keras.

Di sebelah Seyi sudah berdiri lelaki berjas hitam yang juga tengah memeriksa kondisi belakang mobil miliknya. Melihat gaya berbusana dari lelaki itu, Seyi tebak dia adalah seorang pekerja kantoran.

"Saya minta maaf. Saya akan bertanggungjawab." Park Seyi membungkukkan sedikit badannya untuk meminta maaf kepada lelaki itu dengan sopan. "Saya juga akan bertanggungjawab jika Anda terluka karena tabrakan ini."

Seyi mengeluarkan kartu namanya dari saku blazer yang ia kenakan, lalu diulurkan pada lelaki itu. "Silahkan Anda hubungi saya berapa total kerugiannya, akan saya kirimkan uangnya segera,"

Mendengar ucapan Seyi, lelaki itu langsung terkekeh. Seyi memiringkan kepalanya terheran. Apa ada yang lucu dari perkataannya barusan?

"Wah, apakah Anda jenis manusia yang menyelesaikan segalanya dengan uang?" Lelaki itu melipat tangannya di depan dada, menatap Seyi seolah tidak percaya ada jenis manusia sepertinya di dunia ini.

"Maaf, saya tidak punya banyak waktu. Silahkan ambil kartu nama saya." Seyi mengabaikan ucapan lelaki itu dan kembali menyodorkan kartu namanya. Ia tidak punya waktu untuk berdebat. Banyak masalah yang harus ia selesaikan, dan jangan sampai hal ini menjadi masalah barunya.

"Kalau begitu saya pamit. Sekali lagi saya mohon maaf." ujar Seyi setelah lelaki itu mengambil kartu namanya.

Baru selangkah Seyi berbalik tangannya dicegat seseorang dari belakang.

"Park Seyi, Direktur Parc Grup." kata lelaki itu membaca kartu nama di tangannya.

Seketika Seyi kembali menghadapkan badannya ke arah lelaki itu. Menatap tajam lelaki yang berbicara tentang dirinya dengan nada meremehkan. Bahkan senyum miring tercetak di wajah lelaki itu.

"Bagaimana jika saya meminta uang kerugiannya sekarang?"

Seyi melepas genggaman lelaki itu dari tangannya. Ini menarik, bukankah bagus jika masalah ini selesai sekarang juga?

"Baik, berapa?"

"Sepuluh miliar."

Shit! Hampir saja Seyi melepas sepatunya lalu dilemparkan ke wajah lelaki itu. 10 miliar? Dia sudah gila.

"Kau ingin membodohiku?" Seyi tidak ingin bersikap formal lagi, lelaki di hadapannya sepertinya sedang memancing keributan. Membayar 10 milyar sama saja dengan membelikannya beberapa mobil baru.

"Tidak, Kau bahkan cukup pintar untuk itu, Direktur Park..." Lelaki itu mengikuti gaya informal Seyi. Diam-diam tersenyum simpul menyadari gadis di depannya sedang menahan diri agar tidak memaki. "Jika kau tidak ingin membayar, tidak masalah. Mungkin aku hanya akan melaporkan hal ini ke pihak berwajib atas kasus tabrak lari." lanjutnya dengan santai.

Tangan Seyi terkepal, ia sangat kesal tetapi mencoba untuk mengontrol diri. Entah kenapa hari ini banyak sekali hal yang memicu emosinya.

"Kau ingin memerasku karena aku Direktur di perusahaan besar?" Seyi tidak ingin kalah, ia ikut mengeluarkan seringai.

"Memeras karena kau Direktur di perusahaan besar? Cih..." kata lelaki benar-benar meremehkan.

Seyi semakin tersulut. Ia merasa telah direndahkan lagi.

"Mungkin kau belum mengenalku, padahal jarang sekali ada yang tidak tahu aku. Baiklah, aku akan mengenalkan diri," ucap lelaki itu kemudian mendekat ke arah Seyi dan berbisik, "Aku Kim Seokjin, Presdir Seja Grup."

Bisikan dari Kim Seokjin membuat jantung Seyi seakan meloncat dari tempatnya.

Apa lagi ini! Ayahnya berusaha keras untuk dapat bekerjasama dengan perusahaan itu, dan ia baru saja bermasalah dengan pemimpinnya.

PERFECT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang