Kim Seokjin pulang ke apartemen dengan badan yang terasa sangat lengket. Acara yang ia hadiri hari ini lumayan melelahkan, salah satunya acara bersama Parc Grup. Sebenarnya Seokjin sangat malas menghadirinya, tetapi sebagai seorang pemimpin ia harus profesional.
Sejujurnya bukan karena peduli, tapi Seokjin merasa aneh tidak melihat kehadiran Direktur Park di pertemuan penting itu. Sampai pertemuan berakhir pun Park Seyi tidak muncul. Presdir Park bahkan tampak tidak enak hati saat ayahnya bertanya di mana keberadaan Direktur Park yang sampai saat ini masih ingin dia nikahkan dengan Seokjin. Ah, Seokjin bertambah kesal mengingatnya.
Klik!
Lampu utama apartemen dihidupkan sebagai penerangan, kemudian berjalan menuju kamar utama untuk melakukan hal serupa. Seokjin ingin mandi dan segera tidur.
Tapi, sepertinya ia harus menunda niatnya. Sebab setelah membuka pintu kamar ia menemukan lampu tidur yang sudah menyala dan juga sesuatu yang aneh berada di atas kasur empuk miliknya.
"Astaga!" kaget Seokjin saat kasurnya tiba-tiba bergerak. Tanpa sadar ia memundurkan langkah waspada, "Siapa kau?"
Tidak ada jawaban.
Seokjin melangkah lebih dekat ke arah kasur, memeriksanya.
Nyatanya seorang perempuan yang tampak tak asing tengah tertidur pulas di kasurnya dengan wajah yang pucat."Park Seyi? Kenapa bisa—"
Sorot Seokjin teralihkan pada sebuah kertas di atas nakas sebelah tempat tidur. Ia mengambil dan membacanya. Kemudian pupilnya bertambah lebar setelah membaca apa yang tertulis di sana.
Aku menemukan Direktur Park jatuh pingsan di tengah jalan. Aku sedang dalam perjalanan mengunjungi ibuku, jadi aku membawanya ke tempatmu saja. Berbuat baiklah padanya, sepertinya dia sedang tidak sehat.
-Park Chanyeol-Seokjin merasa ingin menghajar Chanyeol saat ini juga. Ia menyesal pernah memberitahu kata sandi apartemennya pada lelaki itu. Apa yang Chanyeol pikirkan dengan membawa gadis itu ke apartemennya?! Temannya itu pasti sudah gila!!!
---
Pagi hari Seyi bangun dengan kepala yang berat. Ia membuka mata, namun penglihatannya agak kabur. Seyi mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah merasa membaik ia menatap sekitar.
Seyi tersadar bahwa ini bukanlah kamarnya. Langsung saja Seyi bangkit mengibas selimut yang menutupinya. Ruangan ini asing. Aroma yang ia hirup juga sangat asing.
"Ini dimana?" gumamnya.
Seyi segera keluar dari kamar asing itu, tapi ia kembali dihadapkan dengan ruangan asing lainnya.
Meski Seyi tidak tahu di mana ia sekarang berada, ia merasa bersyukur ternyata ada orang yang menolongnya malam itu. Seyi akan berterimakasih nanti.
Mendudukkan diri dengan sabar di sofa ruang tengah setelah membereskan tempat tidur yang ia gunakan sejak semalam, Seyi jadi tahu kalau ada orang yang sedang berada di kamar mandi. Seyi mendengar sayup-sayup suara air yang menyala saat ia di kamar membereskan tempat tidur, dan rasanya tidak sopan jika terus berada di kamar itu. Bisa jadi orang yang menolongnya sedang mandi. Mengingat ini sudah waktunya untuk berangkat kerja.
Di tengah pemikirannya tiba-tiba Seyi mendengar suara kode-kode yang ditekan dari pintu depan.
"Jangan-jangan itu orang yang telah menolongku? Bukan yang di kamar mandi?" pikir Seyi.
Lalu suara pintu yang dibuka terdengar. Seyi berdiri untuk menyambut sambil tersenyum ramah. Ia memang sengaja menunggu meskipun bisa saja dirinya meninggalkan pesan yang berisi ucapan terimakasih, atau nanti mengirimkan hadiah kemari, tapi entah kenapa Seyi ingin berterimakasih secara langsung kepada orang yang sudah menolongnya.
"Direktur Park?" kejut seorang wanita begitu melihat gadis di ruang tengah.
Sama seperti wanita itu, Seyi juga kaget karena wanita yang baru saja membuka pintu itu mengenalinya.
Sementara Seyi sedang memutar ingatan untuk mengenali wanita yang sudah tidak lagi muda itu, wanita itu berjalan semakin mendekat kepadanya, "Jadi benar Anda Direktur Park?" ucapnya lembut.
---
Seokjin berjalan keluar dari kamar mandi. Ia melirik ke arah kasurnya yang sempat diambil alih oleh seseorang yang tidak sadarkan diri tadi malam. Tempat itu sudah kosong.
"Dia sudah pergi," batin Seokjin.
Tanpa perlu ambil pusing Seokjin melanjutkan kegiatannya membuka lemari pakaian lalu memilih setelan yang akan dikenakan untuk bekerja.
Di tengah-tengah kegiatan memilah pakaian, Seokjin mendengar suara orang berbincang di luar kamar.
Seokjin mengerutkan kening. Ia merasa tidak ada lagi orang di sini selain dirinya. Berjalan keluar dari kamar untuk menjawab rasa penasaran nya, Seokjin langsung terbelalak.
"Ibu?" cengang Seokjin begitu membuka pintu kamar dan melihat sosok yang duduk di ruang tengah.
Di sana, ibu Seokjin sedang duduk berhadapan dengan orang yang Seokjin sangka sudah keluar dari apartemennya. Itu membuat Seokjin lebih terkejut.
"Seokjin, kemarilah." Ibu Seokjin memandangi anaknya yang mengenakan bathrobe. Pikirannya bertambah liar dan penuh prasangka.
"A-aku berpakaian sebentar," Bodohnya Seokjin malah terbata begitu netranya bertemu dengan netra Seyi yang membulat.
Tak lama kemudian Seokjin mendudukkan diri di sebelah ibunya. Sedangkan ibunya tak henti menatap gadis yang sedari tadi hanya mematung itu.
"Direktur Park tidur di sini bersamamu?" Ibu Seokjin mulai menginterogasi.
Seokjin langsung menegakkan diri. "Aku akan menjelaskannya. Dia memang berada di sini semalam tapi kami tidak tidur bersama. Aku tidur di ruang kerja. Dan juga, malam itu Chanyeol yang membawanya kemari karena melihat dia jatuh pingsan di tengah jalan."
Seyi mendengar semuanya. Ternyata orang yang bernama Chanyeol yang menolongnya. Ia sempat mengira Seokjin yang menolong dan membawanya kemari.
"Benar, Nyonya..." Suara Seyi mengundang perhatian dua orang di depannya. "Aku sempat tidak sadarkan diri semalam. Aku tidak tahu ba—"
Belum sempat Seyi menyelesaikan kalimat, ia merasa mual. Perutnya bergejolak. Telapak tangan Seyi menutup mulut agar tidak mengeluarkan isinya sekarang.
"Anda baik-baik saja, Direktur Park?" cemas Ibu Seokjin berjalan ke arahnya. Duduk di sebelah Seyi lalu mengusap punggung gadis itu.
Sementara Seokjin hanya diam di tempat mengamati dengan pikiran yang bercabang. Menerka-nerka apa lagi masalah yang akan ditimbulkan oleh Park Seyi.
"Kau, Kim Seokjin! Katakan apa yang telah kalian perbuat!" bentak ibunya pada Seokjin. Marah tapi juga dibuat bingung, itu yang dirasakan Nyonya Kim.
Nyonya Kim sudah mendengar dari suaminya tentang masalah antara anaknya dan Direktur Park. Kini permasalahan yang serupa terjadi. Park Seyi tidur di apartemen Seokjin, mereka bilang tidak tidur bersama, tapi sekarang mengapa gadis itu mual-mual? Apa mungkin...hamil?
"Aku benar-benar tidak berbuat apa pun dengannya. Aku hanya membantunya!" Seokjin berjalan mendekat kepada ibunya. Berusaha keras meyakinkan sang ibu.
Namun belum sempat Seokjin sampai di sisi ibunya, Seyi berlari sambil menutup mulut dan menabrak bahu Seokjin agar memberi jalan untuk lewat.
Suara muntah-muntah Seyi terdengar dari dapur sana. Seokjin semakin merasa frustasi. Ia memijat pangkal hidungnya dan memejamkan mata. Harus seperti apa lagi ia menjelaskan dan meyakinkan ibunya?
"Sepertinya kau memang harus segera menikahinya."
"Bu, ak—"
"Ibu akan membicarakan ini dengan ayahmu. Bersiaplah. Kalian akan segera menikah."
Nyonya Kim meninggalkan apartemen. Sekaligus meninggalkan Seokjin yang masih belum selesai dengan kata-katanya.
"Park Seyi!!!" pekik Seokjin frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT TIME
Fanfiction𝙎𝙖𝙖𝙩 𝙞𝙩𝙪, 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜𝙞 𝙋𝙖𝙧𝙠 𝙎𝙚𝙮𝙞, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙪𝙡𝙖𝙞 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙥𝙧𝙞𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙣𝙖𝙢𝙖 𝙆𝙞𝙢 𝙎𝙚𝙤𝙠𝙟𝙞𝙣. |2021|