Rambut telah memutih.
Tubuh yang kurus.
Kulit kendur.
Mata buram.
Neneknya, telah banyak berubah dari yang terakhir ia lihat 7 tahun lalu.
7 hampir 8 tahun, waktu yang sangat lama. Banyak memori yang mulai memudar dari ingatan.
Menggenggam tangan neneknya yang terlelap, Seyi mengamati setiap inci wajah neneknya. Sangat menyakitkan. Neneknya tak mengenalinya meski Seyi telah berdiri di depannya. Seyi yang ada dalam ingatan neneknya adalah Seyi yang masih bersekolah.
Tak salah, memang benar Seyi yang bersama nenek dahulu adalah Seyi yang masih seorang siswi, bukan Seyi yang menjadi seorang direktur seperti sekarang.
Mengelus pelan tangan kurus itu, Seyi bertambah pilu mengingat ayahnya yang berkata bahwa terkadang neneknya juga tak ingat dirinya sendiri memiliki seorang anak. Nenek bahkan melupakan ayah.
Penyakit menyedihkan dan belum ditemukan obatnya ini sungguh membuat hatinya terluka. Ayahnya sudah lama mengetahui gejala Alzheimer pada nenek, hanya saja dahulu Seyi masih terlalu naif dan terlalu banyak bermain-main sampai tak menyadari gejala penyakit neneknya. Dan rumah ini, telah lama ayahnya persiapkan jika kondisi nenek semakin memburuk. Seperti saat ini.
Ayah Seyi bilang, nenek mulai memburuk ketika tahu Seyi dan ibunya mengalami kecelakaan di hari itu. Satu tak tertolong dan satu lagi tak sadarkan diri sampai beberapa hari. Dan nenek, tiba-tiba histeris.
Sejak saat itu, ayahnya menjalankan rencana yang telah lama dibuat. Mengasingkan neneknya.
Seyi memahami ayahnya selalu memiliki banyak rencana. Bahkan menggunakan neneknya sebagai senjata ketika keinginan ayahnya tak sejalan dengan keinginannya juga telah ayahnya rencanakan.
Terdengar licik dan memang begitu. Jika tak begitu, mungkin Seyi tidak akan berada di titik ini sekarang. Titik dimana ia menjadi Direktur Parc Group dan juga... istri dari Presdir Seja Group.
Setelah ini, Seyi penasaran, hal apa lagi yang akan digunakan sang ayah sebagai senjatanya.
-------------
'Apa kau sibuk?'
Seokjin memeriksa ponselnya yang bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk, dari Chaerim.
'Tidak. Ada apa?'
'Apa kau mengenal Jang Gaeul?'
Dahi Seokjin berkerut. Kenapa lagi dengan wanita Jang itu?
'Hanya sekedar tahu,'
'Hmm... kalau begitu apa boleh aku minta kontak Seyi?'
Lagi-lagi membuat Seokjin kebingungan, namun tetap ia segera mengirimkan nomor Seyi pada Chaerim.
'Terimakasih, Jin.'
'Nanti malam, mau minum bersamaku?'
Pesan Seokjin kali ini cukup lama dibiarkan terbaca, beberapa menit kemudian barulah pesan balasan dari Chaerim datang.
'Oke. Tapi aku yang menentukan tempatnya.'
'Baiklah. Kabari aku.'
Selesai mengirim pesan pada Chaerim, Seokjin melirik arlojinya. Sebentar lagi akan masuk waktu makan siang. Tiba-tiba ia ingin makan Gamjajeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT TIME
Fanfiction𝙎𝙖𝙖𝙩 𝙞𝙩𝙪, 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜𝙞 𝙋𝙖𝙧𝙠 𝙎𝙚𝙮𝙞, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙪𝙡𝙖𝙞 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙥𝙧𝙞𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙣𝙖𝙢𝙖 𝙆𝙞𝙢 𝙎𝙚𝙤𝙠𝙟𝙞𝙣. |2021|