Suara ketukan jari di atas meja beradu dengan alunan musik klasik. Tatapan mata tak beralih dari mengamati setiap pergerakan jarum jam. Kim Seokjin dan Park Seyi tak lepas dari menatap arloji masing-masing sampai terdengar suara yang menginterupsi.
"Presdir,"
Akhirnya yang ditunggu datang juga.
Oh, sebentar. Itu suara dari orang yang Seokjin tunggu, bukan Seyi.
Seokjin langsung mengembangkan senyum penuh kemenangan. Ia melirik Seyi, mencondongkan wajahnya ke arah sang gadis untuk berbicara, "Aku menang."
Batin Seyi menggerutu. "Ck, kenapa Pengacara Hong lama sekali?!"
Beberapa menit masih menunggu, membuat Pengacara Lee yang tidak tahu apa-apa tentang tatapan sengit di antara pasangan itu merasa sangat canggung. Dia sudah duduk dengan tenang menunggu dua orang di sisi kiri dan kanannya ini agar segera membuka pembicaraan, namun sampai detik ini keduanya masih bungkam.
"Maaf saya terlambat, Direktur."
Setelah belasan menit, orang yang ditunggu Seyi akhirnya datang dengan permohonan maafnya.
Tanpa perlu basa-basi Seyi berujar. "Duduklah." Perintahnya tegas dan terdengar agak menakutkan bagi pengacaranya.
Pengacara Hong duduk berhadapan dengan Pengacara Lee, mereka saling membungkuk untuk menyapa. Meja makan persegi ini mendadak penuh dengan kehadiran mereka.
"Aku ingin membuat perjanjian dengan Direktur Park, kalian yang akan mengurusnya." kata Seokjin mengambil alih pembicaraan.
Dua pengacara itu mendengarkan dengan baik apa yang Seokjin sampaikan dan mengangguk secara bersamaan.
"Jangan sampai ada yang mengetahui hal ini." Seokjin memberi peringatan.
"Aku sudah menulisnya." Seyi meletakkan penanya ke atas meja lalu mengulurkan selembar kertas ke tengah meja yang kemudian diambil oleh Seokjin dan membacanya.
1. Harta Park Seyi milik dirinya sendiri
2. Harta Kim Seokjin juga milik Park Seyi
3. Tidak tidur bersama
4. Tidak ada skinship kecuali untuk kepentingan sandiwara
5. Saling melindungi dalam keadaan apapun
Setelah membaca perjanjian dari Seyi ada raut kurang puas dari Seokjin. "Aku tidak setuju dengan nomor 2, dan juga nomor 3!" protesnya.
"Kenapa?" Seyi menekuk alis turut protes.
"Kalau begitu tidak ada morning kiss? Tidak ada malam pertama? Dan apa maksud hartaku juga milikmu sementara hartamu milikmu sendiri!"
Seketika mata Seyi melebar mendengar Seokjin yang berbicara tanpa menyaring dahulu ucapannya. Morning kiss? Malam pertama? Dia sudah gila.
Sedangkan pengacara keduanya hanya bisa menunduk sambil mengusap leher mereka yang tidak gatal dan berpura-pura tidak mendengar apapun.
"Astaga, ingin sekali aku memukul mulutmu! Memangnya siapa yang ingin melakukan hal seperti itu denganmu! Sudah, terima saja!"
Tangan Seyi lalu mengambil paksa kertas miliknya dari Seokjin dan menyerahkannya kepada Pengacara Hong.
"Sini kertasmu!" ujar Seyi yang kesal pada Seokjin.
Seokjin pun menyerahkan dengan malas kertas itu ke hadapan Seyi. Menghela nafas berat ketika Seyi mulai membaca perjanjian itu.
1. Park Seyi sebagai seorang istri harus patuh kepada Kim Seokjin sebagai kepala rumah tangga.
2. Park Seyi mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tanpa asisten rumah tangga.
3. Tidak ada perceraian sebelum sepuluh bulan.
4. Tidak ada kekerasan dalam rumah tangga
5. Park Seyi dilarang jatuh cinta pada Kim Seokjin.
Seyi mendengus saat membaca nomor 2. Seokjin ingin jadikan dirinya pembantu apa! Dan nomor 4, seharusnya Seyi yang memasukkan pasal tidak ada kekerasan dalam rumah tangga. Memangnya Seokjin pikir Seyi perempuan yang seperti apa?!!
Kemudian pandangan Seyi terhenti pada kalimat terakhir. Ia ingin protes untuk semua yang Seokjin tulis, tapi untuk nomor 5, apa maksud Seokjin memasukkannya ke dalam perjanjian?
"Kau tidak boleh jatuh padaku, atau kau sendiri yang akan terluka. Pernikahan ini hanya 10 bulan."
Seolah tahu apa yang Seyi pikirkan, Seokjin menjelaskannya bahkan sebelum Seyi menggerakkan bibirnya untuk bersuara.
Ya, mereka berdua memang sudah membicarakan ini sebelum pengacara mereka datang. Pernikahan mereka hanya akan berjalan 10 bulan. Dan itu akan berakhir di bulan Desember.
"Tidak akan." tutur Seyi lalu menyerahkan kertas itu kepada pengacara Seokjin yang duduk di sisi kirinya.
Isi perjanjian mereka mungkin terlihat kekanakan, tetapi untuk mereka yang akan hidup bersama selama sepuluh bulan, itu merupakan sebuah perisai.
"Sekarang aku akan menghapus satu dari perjanjianmu." kata Seokjin mengingatkan kembali tentang pembicaraan mereka berdua satu jam yang lalu.
Seyi hanya bisa melipat kedua tangannya di depan dada saat Seokjin mengambil kertas miliknya dari Pengacara Hong. Tadi itu ia sudah kalah perlombaan dengan Seokjin. Siapa yang pengacaranya tiba lebih dulu, boleh menghapuskan satu perjanjian dari yang kalah jika ada isi perjanjian yang tidak disukai. Dan ternyata pengacara Seokjin datang lebih dahulu. Seyi akan memarahi Pengacara Hong nanti, tidak biasanya lelaki itu datang terlambat.
"Nomor 5. Aku ingin kau menghapus perjanjian nomor 5."
Tanpa perlu melihat kertas perjanjiannya, Seyi sudah tau isi perjanjian nomor 5 yang ingin Seokjin hapus. Saling melindungi dalam keadaan apapun, bukan? Tapi kenapa Seokjin ingin menghapusnya? Seyi pikir lelaki akan menghapus nomor 2 atau 3 yang sebelumnya dia protes.
"Kau punya alasan apa untuk menghapusnya?"
Seokjin terkekeh. "Sebelumnya kau pasti mengira aku akan menghapuskan nomor 2 ataupun nomor 3, kan?"
"Jangan sok jadi cenayang!" celetuk Seyi cepat seolah tidak ingin tertangkap basah.
Kim Seokjin itu bisa baca pikiran atau Seyi yang sebenarnya mudah ditebak?
"Sebenarnya aku ingin menghapus nomor 2 karena kau pasti sudah diperintahkan oleh ayahmu untuk menguras hartaku," ucap Seokjin yang menyindir.
"Ch, dasar tukang fitnah." Seyi menahan diri agar tidak mengumpat lebih banyak pada Seokjin.
"Untuk nomor 3, aku tidak akan menghapusnya. Jika aku tidur denganmu, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku masih normal, bagaimana jika nanti kau tiba-tiba hamil? Ibuku pasti sangat senang dan akan sulit untuk kita berpisah."
"Ya, kau benar. Lelaki sepertimu memang senang mencari kesempatan." gumam Seyi yang masih kurang puas melampiaskan emosinya.
Seokjin mengulum senyum tipis karena ucapan gadis itu untuknya, namun ia kembali mengontrol diri. "Aku memilih perjanjian ke-5 karena... aku tidak bisa melakukannya."
Mendengar perkataan itu Pengacara Lee langsung menatap Seokjin seolah mengerti apa maksud dari perkataannya.
"Sebaliknya, aku ingin menggantinya." jelas Seokjin lagi.
Alis Seyi terangkat. Menunggu Seokjin menyelesaikan kalimatnya.
Seokjin mencoret tulisan Seyi lalu menuliskan kalimat yang ia ucapkan. "Nomor 5, tidak saling mencampuri urusan pribadi."
Kening Seyi mengendur, lalu ia mengangguk kecil. Berniat ingin meneguk sedikit air, tetapi ia hanya menggenggam kelas kaca itu kuat begitu mendengar perkataan Seokjin selanjutnya.
"Jaga dirimu sendiri. Jangan percaya padaku dan pada siapa pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT TIME
Fanfiction𝙎𝙖𝙖𝙩 𝙞𝙩𝙪, 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜𝙞 𝙋𝙖𝙧𝙠 𝙎𝙚𝙮𝙞, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙪𝙡𝙖𝙞 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙥𝙧𝙞𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙣𝙖𝙢𝙖 𝙆𝙞𝙢 𝙎𝙚𝙤𝙠𝙟𝙞𝙣. |2021|