"Uli! Larimu sangat cepat padahal kakimu pendek!" Menarik nafas dalam-dalam sebelum oksigen di dada menipis kemudian berteriak lagi, "Oh, Uli sudah berhenti! Dia buang air besar!"
"Yaa! Namanya Haneuli! Kau merusak ke-estetikan namanya!"
Seyi mengambil tali anjing Pomeranian itu dari tanah, tidak membiarkannya lepas lagi. "Kepanjangan. Uli saja,"
"Apa kau tidak ingin membasuh bajumu? Nodanya akan sangat lengket kalau dibiarkan." Yena menyarankan di tengah membersihkan kotoran anjingnya. Bertanggung jawab agar tak mencemari kebersihan taman.
Bibir Seyi membulat membentuk huruf O. Gara-gara Uli ia jadi lupa tujuannya. "Tunggu di sini sebentar." pinta Seyi pada Yena. Ia melihat wastafel di tengah taman dan berniat membersihkannya di sana.
Sudah biasa bagi Seyi jika pergi makan es krim akan pulang dengan noda es krim di baju. Bila tak ada kegiatan penting, ia hanya membasuhnya, tetapi bila ada kegiatan penting setelahnya ia akan berganti pakaian.
Usai membersihkan noda yang membuat bajunya sedikit basah Seyi mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman. Tanpa sengaja sorotnya menatap sesuatu yang familiar.
Di kursi taman tak jauh dari Seyi berdiri, seseorang tertunduk lemas. Meskipun dia menunduk, namun Seyi sangat mengenalinya. Bentuk kepala, rambut, dan proporsi tubuh yang sangat ia kenali.
Mendekati orang itu tanpa suara, Seyi berucap pelan. "Seokjin..."
Tak ada respon.
"Yah Seokjin..." Seyi memanggil dengan suara yang sangat halus, sekiranya tak ingin mengejutkan lelaki itu.
Masih tak menjawab. Seolah tubuh dan jiwanya terpisah. Tubuhnya berada di sini tapi jiwanya ada di tempat lain.
Agaknya Seyi khawatir Seokjin tak kunjung merespon. Seyi mengangkat tangannya menyentuh pundak Seokjin, mengguncangnya pelan, dan berseru sedikit tegas. "Kim Seokjin!"
Akhirnya ada pergerakan. Mengangkat kepala perlahan menatap wajah Seyi, Seokjin tampak sangat tak bersemangat. Lesu, murung, dan lunglai, entah karena apa.
"Kau kenapa? Sedang apa di sini?" Seyi penasaran. Ia sama sekali tak mengira akan bertemu Seokjin di taman ini terlebih dengan kondisi Seokjin yang terlihat tidak baik.
"Seyi, temani aku minum,"
"Huh?" Kelopak mata Seyi berkedip-kedip kebingungan. Permintaan yang mendadak. Apa Seokjin sendiri sadar dengan ucapannya?
"Baiklah. Aku beritahu Yena dulu."
Seyi menyetujui. Anggap saja dirinya sedang menghibur Seokjin. Sebagai balasan karena Seokjin juga telah menghibur neneknya.
Seyi menyampaikan pada Yena ia harus pulang sekarang, dan Yena mengiyakan saja tanpa banyak bertanya sebab dia tengah kewalahan mengurus Uli yang sedang berlari-larian mengejar anak anjing lain. Sepertinya Uli jatuh cinta pada anak anjing itu.
----------
Ting!
Dua gelas wine beradu dan berdenting. Sepasang manusia yang minum bersama di rumah hadiah pernikahan mereka. Tak khawatir akan mabuk. Keduanya punya ketahanan yang baik terhadap alkohol, sebab sudah terbiasa menemani klien minum, belajar mengontrol diri untuk tak mudah tumbang.
"Chaerim mengajakku bertemu di taman. Dia bilang, untuk terakhir kalinya." Seokjin mulai bercerita, lalu ia tertawa hambar. "Ternyata dia membawa kekasihnya untuk menemuiku,"
Seyi menyimak tanpa suara, membiarkan lelaki itu mencurahkan segala yang menyesakkan dadanya.
"Sekarang aku mengerti mengapa Chaerim menyukainya. Jaeha orang yang tenang. Mendengar berita perselingkuhan itu, dia langsung terbang ke Seoul. Kupikir dia akan menghajar wajah tampanku, tsh.... tapi dia tidak melakukannya." Seokjin memutar-mutar gelas di tangannya hingga cairan ungu di dalamnya ikut bergoyang. Pandangannya kosong ke depan, ia melanjutkan, "Dia hanya meminta penjelasan dariku. Dia bilang, tidak ingin berburuk sangka dan menutup telinga, akan lebih baik mendengar penjelasan langsung dari orang yang terlibat."
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT TIME
Fiksi Penggemar𝙎𝙖𝙖𝙩 𝙞𝙩𝙪, 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜𝙞 𝙋𝙖𝙧𝙠 𝙎𝙚𝙮𝙞, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙪𝙡𝙖𝙞 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙥𝙧𝙞𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙣𝙖𝙢𝙖 𝙆𝙞𝙢 𝙎𝙚𝙤𝙠𝙟𝙞𝙣. |2021|