[34] Sleepless

724 99 15
                                    

"Park Seyi! Bisakah kau berhenti keras kepala?!"

Sang pemilik nama menghirup udara dan mengatur nafasnya. Matanya berputar ke mana saja, asalkan tidak menatap lawan bicara. Rahangnya mengeras, urat lehernya menegang. Di dalam dirinya emosi sedang bergejolak tetapi ia harus meredamnya.

"Mulai besok kau hanya bisa mengunjungi nenekmu di akhir pekan!"

"Ayah!" protesnya.

"Aku akan menyerahkan beberapa projek padamu." Sang ayah masih berkata tegas. "Dan kudengar, sudah seminggu kau tidak pulang ke rumah suamimu."

"Aku hanya tinggal bersama nenekku untuk sementara, apa yang salah dari itu?!"

"Pikirkan kesehatanmu!"

Suara yang saling meninggi itu terdengar cukup mengerikan. Pertengkaran dua orang yang keras kepala. Inilah mengapa Seyi tak menyukai rumahnya, terutama ruang kerja sang ayah yang lebih layak disebut ruang penghakiman.

"Aku sangat sehat! Jika itu yang dikhawatirkan, aku bisa menggunakan supir pribadi mulai sekarang."

Sang ayah yang duduk di kursi kebesaran membuang nafas dengan keras. Tatapannya nyalang. "Kau sudah mendapat laporan dari Manager Kwak bukan? Sampai masalah itu selesai, kau harus tinggal di sini."

Dengan bibir yang terkatup rapat dan sorot mata yang penuh kekecewaan Seyi melangkah keluar dari ruangan ayahnya. Tangannya mengepal kuat. Antara pekerjaan dan urusan pribadi, ia tak pernah mencampur keduanya, namun mengapa orang-orang selalu meragukannya...?

-----------

Click! Click! Click!

Salah.

Click! Click! Click!

Salah.

Click! Click! Click!

Salah

Suara pin yang dimasukkan berulang kali dan terus saja salah itu mengganggu pendengaran Seokjin. Meletakkan buku yang ia pegang ke atas meja lalu Seokjin bergerak keluar dari kamarnya.

Bingung sekaligus penasaran siapa yang tengah berusaha masuk ke apartemennya malam-malam begini. Yang mengetahui kata sandi apartemennya hanya 5 orang. Dirinya, ibunya, Chanyeol, Seyi, dan Bibi Kim yang terkadang masih datang untuk membantu Seyi. Kira-kira, siapa salah satu dari mereka?

Mengintip dari layar interkom, Seokjin menghela begitu tahu siapa yang sedang merusak akses pintu apartemennya.

Seokjin berjalan ke arah pintu kemudian membuka pintu apartemen lebar-lebar. Sedikit mengejutkan orang yang telunjuknya masih terangkat untuk menekan-nekan angka di depan pintu.

"Sudah berapa lama kau tidak pulang sampai melupakan kata sandinya?"

Tak ada balasan yang terdengar atas pertanyaan dari Seokjin. Berkerut kening Seokjin menatap Seyi yang melewatinya dengan muka lesu. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu selama seminggu ini?

Brak!

Pintu kamar ditutup kencang. Seolah menegaskan untuk tak mendekat apalagi mengganggu pemilik kamar.

Sembari menggeleng kepala pelan melihat kelakukan sang istri lantas Seokjin kembali masuk ke kamar melanjutkan kegiatannya. Untuk sekarang sepertinya memang tak tepat untuk berbicara dengan gadis di sebelah kamarnya itu.

Lantas di pagi hari, pagi-pagi sekali Seyi bangun dan menyiapkan sarapan dengan tenang. Ia memang tak mengeluarkan suara sedikitpun, tetapi namanya juga Park Seyi, mengangkat sendok saja suaranya bisa sampai ke tetangga sebelah. Sangat berisik di dapur.

PERFECT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang