Tuk...
Tuk...
Tuk...
Huuuffft!
Suara nafas panjang dibuang ke udara terdengar beriringan dengan suara pena yang diketuk ke atas meja.
Di atas meja terpampang papan nama bertuliskan Presiden Direktur, ada tumpukan lembaran kertas, beberapa map dokumen, kotak alat tulis, tablet putih keluaran terbaru, dan satu bingkai foto berukuran sedang tepat di sebelah komputer.
Seyi tak salah lihat. Foto dalam figura itu adalah foto pernikahannya dengan Seokjin. Keduanya saling menatap di atas latar. Sepertinya foto diambil tepat setelah mereka resmi dinyatakan sebagai suami istri.
"Sebelum kau bertanya, aku beritahu, kalau itu adalah ulah ibuku. Ibu meminta sekretarisku memajangnya di sana." Seokjin menjelaskan tanpa mengalihkan pandangan dari dokumen di tangannya. Ia tahu Seyi sedang mengamati foto yang ada di mejanya karena ujung matanya sekali-kali mengamati gadis itu.
"Oh,"
Tak perlu dijelaskan lebih jauh Seyi sudah mengerti, tidak mungkin Seokjin yang berinisiatif memajang foto mereka. Satu-satunya orang yang sangat senang memamerkan foto-foto pernikahan mereka adalah Ibu Seokjin.
Bosan mulai melanda Seyi menunggu Seokjin menyelesaikan urusannya. Tujuan mereka pergi bersama hari ini adalah untuk menginap di rumah orang tua Seokjin. Dua hari lagi acara ulang tahun Seja Grup sekaligus acara ulang tahun Ayah Seokjin. Ibu Seokjin menginginkan mereka tinggal di rumah utama beberapa hari sebelum acara pesta berlangsung, tetapi di tengah perjalanan Seokjin mendapat panggilan ada beberapa dokumen penting yang perlu ditandatangani. Tentu Seyi mengerti prioritas pekerjaan. Dirinya sendiri mengalami hal yang sama.
Pada akhirnya Seyi memilih mengambil tablet yang selalu ia bawa untuk membaca beberapa laporan yang dikirim oleh sekretarisnya dari pada menghabiskan waktu secara sia-sia. Seyi duduk santai di kursi kebesaran Presdir Seja Grup, sementara sang Presdir duduk di sofa tengah ruangan yang biasanya digunakan untuk berbincang dengan tamu.
Sekarang sudah hampir dua jam keheningan dan keseriusan memadati ruangan mereka. Menutup tabletnya, Seyi melirik ke arah Seokjin. Lelaki itu masih sibuk, sementara Seyi sudah selesai berhadapan dengan laporannya.
Bicara tentang laporan, mata Seyi menangkap satu nama yang menyembul dari dalam map yang tidak tersusun rapi.
Noh Minhwan.
Nama orang yang selalu menghindarinya jika diminta untuk bertemu. Nama orang yang membuatnya harus menunggu lebih lama untuk bertemu neneknya. Direktur Noh Minhwan. Orang yang harus ia bawa ke hadapan ayahnya.
Sekretaris Direktur Noh selalu mengatakan alasan yang sama, berkata direkturnya masih berada di luar negeri sehingga tidak bisa memenuhi ajakan untuk bertemu.
Namun Seyi bukan orang bodoh. Ia mendapatkan bukti Noh Minhwan bulan lalu berada di Gyeonggi-do bermain golf bersama para penjilatnya, lalu dua minggu setelahnya berada di Busan untuk memancing bersama petinggi perusahaan lain yang sedang pria itu jilat.
Seyi mengangkat map itu ke depannya. Map baru terbuka setengah saat tangan lain tiba-tiba kembali menutup map itu.
"Jadi, informasi mana yang akan kau berikan pada ayahmu?"
Rupanya Seokjin telah menyelesaikan pekerjaannya.
Seyi mendengus, memutar kursi yang ia duduki menghadap pada Seokjin yang berdiri di sebelahnya. "Di mana Direktur Noh Minhwan sekarang?" tanya Seyi tanpa basa-basi.
Seokjin menarik ujung bibirnya. "Noh Minhwan?" Sedikit mengangkat alis seperti tengah berpikir lalu berujar, "Gongjin Bio?" kemudian Seokjin tergelak. "Ayahmu sangat membutuhkan Noh Minhwan ya?" Nada bicara Seokjin yang diiringi tawa terdengar seperti merendahkan Seyi dan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT TIME
Fanfiction𝙎𝙖𝙖𝙩 𝙞𝙩𝙪, 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜𝙞 𝙋𝙖𝙧𝙠 𝙎𝙚𝙮𝙞, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙪𝙡𝙖𝙞 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙥𝙧𝙞𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙣𝙖𝙢𝙖 𝙆𝙞𝙢 𝙎𝙚𝙤𝙠𝙟𝙞𝙣. |2021|