[39] Us

658 99 13
                                    

Nenek Seyi sakit. Badannya hangat dan tak selera makan seharian. Perawat nenek memberitahu Seyi nenek terus menatap ke luar jendela memanggil-manggil nama Seyi menantikan kedatangannya.

Teringat mobil sedang disita dan tak punya uang cash untuk membayar taksi, terpaksa Seyi meminjam mobil Seokjin untuk menuju rumah neneknya.

Ketika sampai di sana Seyi dapat melihat neneknya termenung dari balik jendela.

Tubuh yang sangat kurus, tak bisa berjalan tanpa dituntun dan kursi roda, mata yang sudah rabun dan memutih seperti rambutnya yang telah memutih seluruhnya. Sungguh neneknya terlihat tak berdaya.

Seyi segera mendatangi neneknya yang memanggil nama Seyi dengan suara kecil. Nenek memegang wajahnya, tetapi setelah itu neneknya kembali menatap ke luar jendela menyerukan lagi nama Seyi.

Hati Seyi teriris. Nenek menyayanginya tapi tak mengenalinya.

Sampai akhirnya nenek lelah dan tertidur di kursi roda. Perawat memindahkan nenek ke kasur, Seyi duduk di samping kasur menjaga neneknya tidur sampai tak sadar dirinya juga ikut tertidur. Ia terbangun ketika perawat neneknya menepuk-nepuk pundak Seyi dan mengimbau namanya tepat di telinga.

Mengikuti langkah sang perawat ke luar kamar, Seyi kembali bertemu dengan sekretaris dan pengacaranya.

"Ada apa lagi sampai mencariku ke sini?"

"Presdir meminta anda pulang sekarang, Direktur."

Menghela nafas panjang dan memejam mata sejenak. Perkataan Pengacara Hong menimbulkan rasa panas di dadanya.

Sebelum Seyi menolak dan pasti akan menolak, Pengacara Hong menyela lirih. "Mohon pengertian anda, Direktur... Presdir ingin bicara dengan anda di rumah."

Hati dan pikiran bertolak belakang, namun Seyi tidak ingin melibatkan dan membebani sekretaris dan pengacaranya. Keduanya telah jauh-jauh menjemputnya di malam hari atas perintah ayahnya.

Walhasil Seyi pulang bersama sekretarisnya sementara pengacaranya membawa mobil Seokjin kembali ke apartemen.

Layaknya seorang kakak yang sedang mengkhawatirkan adiknya, sepanjang perjalanan Sekretaris Lim tampak gelisah.

Lim Soojung adalah guru pilihan Ibu Seyi untuk mengajari Seyi. Dia pintar di sekolah, namun tak bisa terlalu banyak bermimpi karena dirinya bergantung pada panti asuhan dan beasiswa. Sebab uang beasiswa tak selalu bisa mencukupi kebutuhan, Soojung menambah penghasilan dengan menjadi guru les. Pada akhirnya, Ibu Seyi memilihnya untuk Seyi.

Sampai saat ini mereka masih terus bersama. Seyi meyakinkan Soojung dirinya akan baik-baik saja, dan Soojung sedikit lebih tenang melihat Seyi masih bisa mengukir senyum kecil untuknya.

Ketika mereka tiba di rumah suasana sudah sangat dingin. Di ruang tengah ayahnya menunggu, dengan Minjung yang juga ada di sana. Seyi semakin membenci situasi ini.

"Minjung akan masuk ke perusahaan untuk membantu." terang sang ayah sebagai kalimat pertamanya.

Sebelah sudut bibir Seyi terangkat. "Mengeluarkanku dari perusahaan supaya dia bisa masuk ke sana, tsshh, sungguh pengorbanan yang luar biasa."

"Ini semua demi dirimu. Tidak hanya kau saja yang berkorban di sini, semua orang berkorban untukmu!"

"Berkorban untukku? Yang benar adalah mengorbankan diriku!"

Ayahnya lantas melotot naik pitam. "Benar kata mereka kau masih belum mampu mengemban tanggung jawab besar! Usiamu sekarang bukan lagi usia untuk bermain-main! Pikirkan tujuan jangka panjangmu!"

PERFECT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang