|15| Dream

834 98 2
                                    

"Seyi, kemarikan tanganmu,"

"Ada apa, Nek...?"

"Gelang ini, kau harus memakainya dengan baik. Selama kau memakai gelang ini, nenek harap hanya keberuntungan yang selalu mendatangimu."

"Oh, gelangnya ada dua, kalau begitu nenek juga pakai, ya."

"Yang satu ini untuk disimpan. Kelak jika kau sudah memiliki pasangan, gelang ini untuknya."

"Nek... Aku tidak mau pasangan. Maunya nenek saja..."

Seett!

"Bu, kita mau ke mana?"

"Menemui orang yang sangat penting."

"Temani ibu rapat lagi?"

"Orang ini sangat penting bukan hanya untuk ibu, tapi juga untukmu."

Seett!

Persimpangan.

Hujan lebat.

Cahaya lampu sorot mendekat.

Braak!!! Duaarr!!!

Darah.

Dan, ibu yang tergeletak di aspal.

Sosok berbaju merah.

Dia mendekat.

Melirikku.

Lalu, membawa ibu pergi.

Sedangkan aku, berusaha menggapai mereka tanpa daya...

 

 
  
  

"Haah..."

Kedua mata Seyi terbuka lebar. Suara nafasnya terdengar masih memburu. Keringat jatuh dari pelipisnya. Tenaganya seperti terkuras habis, padahal dirinya baru saja bangun tidur.

Cahaya matahari yang masuk dari arah jendela menyipitkan pupil matanya. Tangannya berusaha menutupi cahaya namun Seyi tersadar bahwa tangannya saat ini sedang terangkat ke atas.

Pasti karena mimpinya. Tubuhnya mengikuti mimpi itu. Di dalam mimpi, ia seperti sedang berusaha untuk memanggil seseorang, dan tangannya bergerak untuk mencapai orang itu.

Seyi menghembus nafas dengan berat. Ia mengusak rambut, berusaha menghilangkan mimpi itu dari bayang-bayangnya. Hingga saat Seyi menoleh di sebelahnya sudah ada Seokjin yang berdiri sambil bersedekap dada dan satu alis yang terangkat.

"Kau mimpi buruk ya?" tanyanya.

Seyi mengerutkan kening. Bagaimana Seokjin tahu?

"Tanganmu terus bergerak selama tidur. Bahkan kau berkeringat dingin sekarang." Seokjin mengangkat dagunya menunjuk ke arah bulir keringat di dahi Seyi.

Sementara Seyi mengelap bulir keringat di dahinya dengan punggung tangan, Seokjin kembali berujar. "Itu akibat doamu sendiri. Sekarang lihat, siapa yang bermimpi buruk?" lalu Seokjin berjalan santai keluar dari kamar.

PERFECT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang