|22| Shining

710 107 9
                                    

Park Seyi mengerti.

Sikap Seokjin yang bersikeras meminta dirinya belajar memasak bahkan sampai turun tangan mengajarinya langsung selama satu minggu ini, Seyi sudah mengerti penyebabnya.

Karena Seokjin tahu Seyi akan diikutsertakan dalam lomba memasak oleh ibunya pada acara amal di panti asuhan.

Oh sungguh Seokjin sudah mempersiapkannya dengan sangat baik dari jauh-jauh hari. Seyi yakin setelah hari ini berakhir, Seokjin tidak mau lagi membantunya di dapur.

Seyi tak bisa menolak. Ia berdiri di atas panggung bersama Ibu Seokjin. Tentu Seyi tidak ingin membuat mertuanya malu. Karenanya, Seyi akan memberikan yang terbaik dalam perlombaan ini.

Dirinya memang sudah banyak berkembang dalam memasak, namun tetap saja Seyi tak siap dan khawatir.

Seyi pun cukup sadar diri dari awal bahwa ia tidak akan memenangkan perlombaan ini. Bagi Seyi melihat anak-anak panti yang memakan dengan lahap hasil masakannya sudah cukup membuatnya lega. Setidaknya hidangan yang ia buat tidak disia-siakan.

Ibu Seokjin juga turut memuji masakannya. "Seokjin pasti sangat menyukai masakanmu. Hidangan ini benar-benar sesuai selera Seokjin."

Awalnya Seyi senang karena Ibu Seokjin turut memuji masakan yang benar-benar ia buat seorang diri —karena tidak ada Bibi Kim dan Seokjin yang membantunya— namun ketika teringat Seokjin menyukai masakan yang hambar tiba-tiba Seyi membisu.

Apa itu benar sebuah pujian atau pemberitahuan secara halus kalau masakannya hambar?

"Nyonya Kim,"

Seseorang datang saat Seyi tengah termenung sendirian di meja kosong sebelah tenda bazar.

"Saya Maria, ketua panti ini. Senang berjumpa dengan anda."

Sapaan hangat dari wanita itu lekas Seyi balas dengan ramah. Seyi sudah tahu Maria saat pembukaan acara beberapa jam lalu. Maria-lah yang memberi kata sambutan. Wanita yang kiranya berusia 40 tahunan itu berkata baru ada waktu untuk berbincang bersama Seyi sehingga ia akan menemani Seyi disaat yang lain sibuk dengan kegiatan bazar yang sedang berlangsung.

Maria bercerita bahwa Ibu Seokjin adalah donatur tetap panti ini. Ia juga berkata bahwa Ibu Seokjin terlihat lebih bahagia setelah anaknya menikah, bahkan Ibu Seokjin terlihat sangat bangga saat memperkenalkan Seyi kepada orang-orang yang hadir di acara ini.

Maria juga menceritakan tentang keadaan anak-anak panti. Tentang bagaimana mereka bisa datang ke tempat ini dan bagaimana mereka pergi dari tempat ini karena diadopsi.

"Tiga hari yang lalu, ada bayi yang ditinggalkan begitu saja di depan pintu panti." Maria melanjutkan perbincangan. "Ingin melihatnya?" tanyanya pada Seyi.

Sontak kedua mata Seyi melebar. Sangat terkejut mendengarnya. Bayi ditinggalkan begitu saja di depan pintu panti asuhan? Hati Seyi terasa seperti diiris. Kesulitan seperti apa yang sedang orang tua bayi itu hadapi sehingga harus menyerah untuk terus bersama dengan bayi mereka?

Hendak menyetujui ajakan Maria namun wanita itu lebih dahulu berkata, "Atau Nyonya ingin melihatnya nanti bersama dengan Tuan Seokjin?"

Dengan cepat Seyi menggeleng. "Akan sangat lama jika menunggunya,"

Sejak pagi di apartemen Seyi memang sudah tidak melihat Seokjin. Sampai siang hari ini ia tak juga melihat wajah lelaki itu.

Tidak. Seyi tidak merindukannya. Ia tahu Seokjin sedang sibuk mengurus beberapa pekerjaan dengan sang ayah. Seokjin telah memberitahunya semalam. Sebenarnya Seyi masih sedikit kesal pada lelaki itu karena tidak mengatakan kalau dirinya juga akan ikut lomba memasak. Seokjin hanya mengatakan untuk tidak membuatnya malu pada acara esok hari.

PERFECT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang