|Prologue| Perfect

3.2K 153 0
                                    

Kim Seokjin keluar dari sebuah ruangan —tampak seperti dia akan menuju ke suatu tempat. Pria muda nan tampan itu melangkah dengan terburu, namun tak melunturkan sedikit pun pesona pada dirinya. Aura yang dalam, tatapan mata yang bergairah, dan senyum hangatnya mampu mendebarkan jantung tiap kaum hawa.

Deskripsi tentang Presdir Seja Grup itu benar sesuai kenyataan. Seokjin sangat pintar menggunakan ketampanannya untuk mendapatkan keuntungan. Inilah yang membuat semua langkahnya dalam berbisnis menjadi lebih mudah. Tentunya selain mengandalkan ketampanan, otak cerdasnya menjadi poin plus.

Seokjin akan mendekati anak perempuan dari pengusaha lain, memikat hati mereka, lalu dengan mudah mendapatkan keuntungan dari mereka. Sampai saat ini, Kim Seokjin tidak pernah gagal mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Kali ini anak gadis siapa lagi yang akan kau manfaatkan?"

Park Chanyeol bertanya dengan agak malas. Dia sudah tahu Seokjin akan melesatkan strateginya lagi. Dengan membawanya duduk di restoran mahal dan membawakan red wine dari Italia, sudah pasti ada niat terselubung.

"Kau membuatku terlihat jahat dengan kata manfaatkan dalam kalimatmu." satu sudut bibir Seokjin terangkat, dia merasa tidak pernah memanfaatkan siapapun.

"Katakan siapa targetmu. Aku tidak punya waktu untuk basa-basi."

Chanyeol jengah. Sebenarnya ia merasa iba pada gadis-gadis yang ditinggalkan Seokjin setelah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Gadis-gadis itu tulus, sampai tak sadar kalau mereka hanya diperdaya oleh Kim Seokjin.

"Aku tahu kau tidak ada pekerjaan lagi. Jangan sok sibuk," Seokjin mengangkat kaki kanannya lalu diletakkan di atas paha kiri. Dengan santai ia mengedarkan pandangan ke sekeliling restoran yang pencahayaan kuning ruangannya menonjolkan kesan mewah. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama teman baikku." lanjutnya.

"Ch, aku tidak percaya." Chanyeol hampir tertawa mendengarnya.

Seokjin mengibaskan tangannya tak acuh. "Cepat pesankan aku makanan, aku lapar!"

Chanyeol menggigit ujung bibirnya menahan kesal kemudian bergerak mengambil buku menu di atas meja dengan enggan. "Pesan apa?"

"Yang mahal."

Sesuai perintah Chanyeol memesankan makanan termahal di restoran itu untuk mereka berdua. Tak lama pelayan pun pergi setelah meminta dengan sopan agar keduanya menunggu hingga makanan tiba.

"Bagaimana kabar kakakmu?" Seokjin kembali melanjutkan percakapan usai kepergian pelayan.

"Minggu ini kakakku akan melahirkan, Ya Tuhan, keponakanku akan lahir. Aku tidak sabar... pasti dia sangat menggemaskan. Dia akan jadi makhluk hidup termungil di rumah. Nanti akan kugigit pipinya,"

Chanyeol tampak berkaca-kaca dan gemas sendiri saat membicarakan tentang keponakannya yang akan lahir. Seokjin menggeleng kepala ringan. Chanyeol yang bertubuh tinggi besar dan bersuara berat itu berubah jadi puppy jika bersama anak kecil, sampai-sampai tidak akan ada yang tahu bahwa dia adalah pemilik klub malam terbesar dan terkenal se-Korea Selatan.

"Omong-omong, aku ingin bertanya padamu," pukas Seokjin yang mengalihkan imajinasi Chanyeol. Seokjin memajukan sedikit wajahnya ke arah teman baiknya itu lalu berbisik. "Kau tahu siapa anak perempuan pemilik Hayan Grup? Di mana dia tinggal? Dan, apa kesukaannya?"

Puft. Hampir saja Chanyeol menyemburkan air mineral yang sedang dia teguk. Lihatlah, temannya ini memang punya maksud tersembunyi!

___


"Kau membeli barang-barang tidak berguna ini untuk Yoo Minjung dengan menggunakan kartu perusahaan?!!!"

Teriakan amarah terdengar di suatu ruangan. Lengkingan besar itu bahkan dapat terdengar jelas dari luar ruangan, mengundang perhatian orang-orang yang berjalan melewatinya.

Mereka yang tentu tahu siapa pemilik ruangan itu dengan segera berlari menjauh. Menatap pintu ruangan itu saja sudah membuat bulu kuduk mereka berdiri, apalagi jika berada di dalamnya bisa-bisa jantung mereka sudah jatuh ke dasar perut.

Perempuan yang berteriak itu kemudian menendang seluruh paper bag berisi tas, baju, sepatu, bahkan pakaian dalam dari merek terkenal yang tersusun berjajar di hadapannya.

"Ma-af, Nona. Saya hanya me-melakukan a-apa yang Nyonya perintahkan," Pria paruh baya yang menjadi korban amukan itu merasa dirinya sudah menjadi sekecil atom. Batinnya berdoa agar seseorang datang untuk menyelamatkannya detik ini juga.

"Kau tahu sudah berapa banyak uang yang wanita itu habiskan hanya untuk membeli barang-barang ini?!!!"

Gadis itu berdiri tegap dengan kedua tangan bertengger di pinggang. Terlihat semakin mengintimidasi saat dia menghembuskan nafas kasar.

"Ma-maaf, S-saya tidak tahu, Nona..." Mau tidak mau harus dijawab meski terbata sebab ketakutan melihat amarah atasannya.

"Dia sudah menghabiskan 2,2 milyar! Kau pikir itu jumlah yang sedikit?!!!"

Astaga, gadis itu kembali berteriak.

"Ti-tidak, Nona..."

"Aku tidak mau tahu, kembalikan ini dan bawa kembali uangnya!"

"Tapi, Nona—"

"Sekarang!!!"

Brakk!!!

Pintu ruangan itu dibuka dengan kasar sedetik setelah gadis itu berteriak memerintah. Pintu menghantam dinding hingga mengeluarkan suara debuman, kembali mengundang perhatian orang yang mendengarnya.

"Jangan dengarkan dia, Sekretaris Jo. Pergilah, tugasmu sudah selesai."

Suhu di dalam ruang kerja kantor ini tiba-tiba meningkat ketika wanita yang membuka pintu dengan kasar itu melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan.

"Baik, Nyonya."

Sekertaris Jo membungkukkan badannya sebagai tanda pamit lalu angkat kaki dari sana dengan penuh syukur sudah diselamatkan.

Setelahnya, wanita yang dipanggil Nyonya itu berjalan mendekat ke arah gadis yang sedari tadi berteriak penuh emosi.

Lihatlah gaya wanita itu, anting yang besar seperti akan merobek telinganya, kalung yang tidak kalah besar terlihat sangat berlebihan, jam tangan kulit yang seakan memperlihatkannya sebagai pemburu hewan. Semua yang melekat pada dirinya adalah barang dari merek terkenal.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk?!" Gadis yang masih tak bisa menurunkan amarahnya itu menatap si wanita dengan tatapan tajam.

"Harusnya kau bersikap sedikit lebih sopan pada ibumu, Park Seyi." Bukannya menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, wanita itu malah membalas dengan pernyataan yang terkesan seperti sebuah teguran.

Gadis yang dipanggil Park Seyi itu berdecih tak suka, seakan sengaja ingin meremehkan ucapan wanita yang mengaku sebagai ibunya.

"Keluar!" perintah Seyi tegas.

"Apa ayahmu tahu kelakuanmu begini? Mengusir ibumu sendiri? Yang benar saja..." Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada. Menatap Seyi dari ujung matanya.

"Pertama, aku tidak memiliki ibu. Kedua, seharusnya ayah yang perlu tahu kelakuanmu!"

"Ch, Pak Nam! Bawa semua barangku! Jauhkan dari anak kurang ajar ini!" Wanita itu menilik lagi Seyi dari sudut matanya sebelum pergi bersama supir pribadinya yang menunggu di depan pintu.

Wanita itu —Yoo Minjung keluar dari ruangan Seyi bersama supir yang kewalahan membawa seluruh barang belanjaannya di kedua tangan. Tidak ada hati nurani.

"Aku rasa wanita itu yang perlu diajar, rasa malunya entah dia buang kemana."

Park Seyi menaikkan sudut bibirnya dengan sinis. Sungguh, Seyi benci wanita itu.

PERFECT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang