No. 28

20 4 2
                                    

Hari Sabtu yang suram. Rania terbangun di pagi hari dengan perasaan sedih tak karuan. Rania menoleh ke jam yang tergantung di dinding, ternyata sudah pukul tujuh pagi. Setelah melakukan salat pagi, dia memilih kembali tidur karena...ingin saja. Sejujurnya ia tidak memiliki semangat untuk melakukan sesuatu, yang hanya ingin dilakukannya hari ini adalah tidur.

Rania mengusap wajahnya ketika dirasanya wajahnya itu sedikit lengket. Terkejut dia menyadari bahwa efek lengket itu akibat air mata yang mengering. Rupanya dia menangis, bisa-bisanya dia lupa kalau dia tadi malam menangis dalam tidurnya karena cinta pertama yang tidak berbuah manis. Beruntung sekali untuk mereka-mereka yang memiliki kisah romansa perdana yang manis bak buah strawberry. Sayang sekali, cinta pertamanya malah seperti daun sirih, pahit.

"Ma, ada kain yang mau diantar hari ini?" tanya Rania setelah bersih-bersih. Pakaiannya asal sekali, bahkan tak terlihat rapi seperti biasanya. Sedikit kerut, tapi tidak masalah.

"Ada, tapi nanti jam satu anternya, bisa?"

"Bisa."

Rania masuk lagi ke dalam kamarnya, ia kembali melempar tubuhnya ke atas kasur. Kasurnya sedikit berdecit karena saking kuatnya melempar tubuh, Rania pun jadi sedikit mengaduh, baru ingat kalau kasurnya tidak seempuk itu untuk bisa melempar tubuhnya sesuka hati. Rania menggulingkan tubuhnya dari telentang menjadi menyamping untuk memeluk bantal guling kesayangannya. Wajahnya ia benamkan di sana dan kembali air mata menuruni mata sendunya.

Pengalaman jatuh cinta yang menyakitkan.

Hpnya berdenting, sebuah notifikasi muncul. Dengan gerakan malas ia meraih hpnya, lalu mengintip untuk mengetahui alasan dari dentingan hpnya. Napas Rania langsung berat karena Hasta mengirimkan pesan...lagi. Bahkan tadi malam laki-laki itu berani sekali menelepon ke nomornya. Yang Rania syukuri adalah untung laki-laki itu tidak nekat mendatangi rumahnya seperti dulu-dulu.

Hasta : Gue gak tau masalahnya apa

Hasta : Tapi bisa ga lo kasih gue penjelasan?

Hasta : Apa kesalahan yang udah gue buat sama lo?

Rania menghela napas. Untung settingan bacanya ia matikan, jadi pesan Hasta tidak perlu sampai tercentang biru di pesan laki-laki itu. Terlepas dari apakah masalah taruhan itu benar atau tidak, Rania tetap saja tidak percaya kalau ada laki-laki yang menyukainya. Ia hanya takut, kalau ia percaya, maka Hasta akan mempermainkan perasaannya karena dikira 'mudah'.

Seperti yang Rania baca di buku-buku, laki-laki cenderung penasaran kepada perempuan pendiam yang kelihatan lemah seperti dirinya. Bagaimana jika Hasta hanya penasaran kepadanya? Dan jika benar begitu, bagaimana dengan nasib dirinya nanti jika Hasta sudah tidak penasaran lagi sedang dia sudah terlalu jatuh dengan pesona Hasta? Mungkin hatinya akan hancur lebur berkali-kali lipat dari sekarang. Untuk itu, lebih baik, Rania hancurkan saja harapannya di awal, agar tidak perlu merasakan sakit berkali-kali lipat di kemudian hari.

Sejujurnya Hasta memang sering mengiriminya pesan untuk sekedar mengobrol dan reaksi Rania, ia menanggapi saja sebisanya. Rania kira perlakuan seperti itu mengartikan bahwa Hasta dan dirinya mungkin memiliki kedekatan yang baru, lebih dari sekedar teman partner untuk proyek majalah. Akan tetapi, bayangan itu pupus sesaat setelah ia mengetahui kalau Hasta dan Diana juga saling berbalas pesan. Bukankah sudah jelas kalau begitu? Artinya Hasta yang suka berbalas pesan dengan dirinya tidak punya arti apa-apa. Dia dan Hasta tak pernah menjadi apa-apa.

***

Setelah mengantarkan laundry-an, Rania memutuskan untuk menghibur diri dengan mendatangi toko donat kesukaannya. Ia merindukan donat di sana karena sudah berbulan-bulan Rania tidak datang karena malu akan kejadian mantan Adam membuat pekerja toko donat mengingat wajahnya. Tapi Rania sudah tidak peduli lagi pandangan-pandangan seperti itu, masa bodoh jika ada yang mengingat wajahnya, ia hanya ingin menghibur diri dengan menikmati donat.

Dengan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang