Sudah lima hari Rania tidak datang ke sekolah. Sampai sekarangpun tetap tidak ada yang tau alasan ketidakhadiran perempuan itu. Pesan Fania hanya dibalas "Kalau gue balik, ntar gue kasih tau". Fania frustrasi, dia marah karena Rania tidak mau memberitahunya, tapi tidak menjadi terlalu marah karena hanya dirinya seorang yang diberi pesan seperti oleh Rania. Setidaknya Fania dianggap penting dibanding teman-temannya yang lain.
Hasta juga sama frutrasinya. Dua hari yang lalu Hasta datang ke rumah perempuan itu, tapi tidak ada satupun yang menghuni rumah perempuan itu. Hasta hanya disapa oleh angin dingin waktu itu. Sengaja ia menunggu beberapa jam, berharap ada salah satu anggota keluarga yang pulang. Namun, hasilnya nihil. Sampai malampun, rumah itu tetap kosong. Satu jawaban yang Hasta dapatkan, perempuan itu pergi.
"Gue kecewa banget ya sama lo, Ta. Gue udah usaha bahas lo di depan Rania biar dia kasih atensi ke elo. Gue udah bantu comblangin elo sama dia, tapi masa akhirnya kalian gak jadian sih!" Kaluna melipat kedua tangannya, kesal dengan temannya itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu memilih pergi saja dan membiarkan Hasta merasakan penyesalannya sendiri karena gerakannya yang lamban.
Sejak kejadian di taman itu, Diana juga tidak lagi menggangu Hasta. Selain kalau bukan hanya untuk membahas yang penting-penting saja, Diana tidak akan mau berbicara dengan Hasta. Mungkin perempuan itu sudah terlampau malu. Lagipula sepenuhnya bukan salah Diana kalau dia bisa sampai berpikir Hasta menyukainya. Keramahan Hasta membuat siapa saja bisa salah paham.
"Masih belum tau alasan—"
"Belum, Ta. Harus berapa kali gue bilang?"
Hasta menghela napas. Akhirnya ia memilih duduk di luar kelas untuk merenung. Matanya memandang jam di tangannya, ternyata sepuluh menit lagi istirahat pertama akan berakhir. Hasta mengeluh saat ia memandang ruang chatnya bersama Rania. Karena perempuan itu tidak bisa ia temui langsung, akhirnya Hasta berpikir untuk menjelaskannya secara online saja. Hasta kira Rania akan membalas chatnya karena kesalahpahaman ini sudah diakhiri, ternyata Hasta salah lagi. Rania hanya membaca pesannya.
"Gue harus gimana lagi biar lo ga marah sama gue, Ran?"
"Ta!" Qatar berteriak. Laki-laki itu berlari dari arah kanan lorong sekolah menuju tempat Hasta. Laki-laki itu membungkuk sejenak untuk meredakan napasnya yang melaju cepat, kemudian barulah ia berbicara. "Rania datang! Dia datang!"
Hasta membesarkan bola matanya, "Terus dia mau ke kelas?"
Qatar menggelengkan kepalanya, "Dia ngurus surat pindah, Ta. Kayaknya dia ga bakal sekolah di sini lagi."
***
Rania duduk memandang berkas-berkas yang ada di tangannya. Kursi dihadapannya masih kosong dikarenakan wali kelasnya yang masih punya urusan dengan kepala sekolah. Jarum jam terus berdetik, di matanya kini semua terasa lamban sampai rasanya dadanya sesak. Rania menarik napas, lalu menghembuskannya dengan kasar. Rania tidak pernah mengira kalau meninggalkan sekolah ini akan terasa seberat ini.
"Saya sedih loh dapat kabar kamu mau pindah."
Rania tersenyum saja. Iapun menyodorkan berkas-berkas yang diperlukan kepada wali kelasnya agar dapat segera diurus. Setelah selesai dengan berkas-berkas, Raniapun berdiri begitu juga dengan wali kelasnya. Ia menyalami wali kelasnya dan beberapa guru lain yang juga sedang berada di ruang guru tersebut. Rania merasa sedikit terharu karena beberapa guru di sana mengingat dirinya walau hanya sebagai anak pendiam di kelas. Tapi tidak masalah.
"Saya permisi dulu ya bu."
Tidak ada alasan lagi bagi Rania untuk ke sekolah ini. Besok dia sudah akan pergi ke Jogja lagi untuk memulai kehidupan yang baru. Rania memandang lorong kosong yang mengarah ke kelasnya. Beberapa kilatan memori terlihat di matanya, bagaimana dirinya yang melangkah setiap pagi, siang dan sore, baik itu sendiri maupun bersama teman-temannya. Rania jadi merasakan suasana mendung yang aneh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Dia
Fiksi RemajaKamu adalah kisah romansa yang sangat manis untuk dikenang. Terimakasih ya dan jangan tunggu aku, berbahagialah demi dirimu sendiri. -Rania Putri published 2020 Cover by pinterest