No. 16

17 4 12
                                    

Hari minggu, seperti biasa Rania akan membantu ibunya dengan segala macam pekerjaan laundry, khususnya dalam soal antar-mengantar pakaian. Hal rutin yang selalu Rania lakukan sehabis mengantarkan laundry-an adalah datang ke toko donat yang menjadi tempat favoritnya. Rania bisa apa tanpa donat coklat yang ada di sana. Hidup Rania pasti sudah sangat hambar.

"Donat yang coklat sama yang gula enam-enam."

"Atas nama siapa?"

"Rania."

Rania langsung bergeser tepat setelah namanya sudah dituliskan dalam antrian pesanan. Donat yang diinginkan oleh Rania sedang dalam proses pengambilan, selama itu Rania menyibukkan dirinya dengan memain-mainkan hpnya. Instagram menjadi tujuannya. Sebagian besar ia dan teman sekelasnya sudah berbalas follow¸sehingga sekarang Rania dapat melihat aktivitas yang mereka bagikan lewat story mereka.

Berbagai macam aktivitas terlihat, kebanyakan mereka pergi nongkrong atau semacamnya layak remaja kebanyakan di akhir minggu. Sedikit berbeda dengan Rania memang karena harus membantu ibu mencari nafkah. Tidak ada lagi yang bisa diandalkan ayah dan ibunya selain dirinya kalau soal pekerjaan di laundry. Lagipula Rania juga tidak tega melihat orangtuanya susah payah bekerja, sedangkan dia tidak melakukan apa-apa.

"Atas nama mbak Rania!"

Hal menyebalkan yang harus dilakukan saat berbelanja adalah membayar.

Lapar tak bisa ditahan, perempuan itupun memutuskan untuk memakan beberapa donatnya langsung. Berhubung Rania sudah tidak ada lagi pekerjaan yang harus dilakukan, menghabiskan waktu sendiri seraya makan donat di toko favorit bolehlah untuk dilakukan beberapa kali. Ibu bisa sedikit menunggu di rumah.

Hasta : Besok kita berdua ngumumin ke kelas 10 IPA 3 sama 11 IPS 2

Hasta : Siap-siap ya besok

Rania berdecak, walaupun di malam sabtu kemarin Hasta sudah menceramahinya untuk tidak takut berbicara, tetap saja jika harus dilakukan sekarang rasanya Rania belum siap. Ketakutan itu masih ada.

Rania : Kalau lo aja yang ngomong gimana?

Hasta : Ran, pls...

Rania : Iya, I know, tapi masih takut guenya.

Beberapa menit pesan itu belum juga di balas, hal itu membuat jantung Rania berdegup kencang. Takut jika Hasta masih memaksakan dirinya untuk berbicara.

Tiba-tiba hpnya bergetar, Hasta sudah membalas. Dibukanya ruang chat itu dengan kilat, dan setelah dibacanya balasan Hasta, barulah Rania merasa lega.

Hasta : Yaudah, gue yang bicara.

Senyum lebar Rania tercetak.

"Hmm coklat, basic banget." Seseorang berceletuk, membuat Rania terperanjat dan buru-buru mengalihkan pandangannya dari layar hp. Belum juga ia sempat mengetik terimakasih untuk Hasta, Rania sudah dikejutkan dengan kedatangan seorang laki-laki yang dengan santainya sudah mengambil duduk di kursi depannya.

"Kalau mau cari coklat doang, di warung-warung kecil juga ada."

Itu Adam, laki-laki yang menggendongnya.

"Lo-lo ngapain di sini?" tanya Rania terbata-bata, dia masih sangat terkejut.

"Gue makan donat sama kayak lo. Terus juga sekalian..." Pandangannya memberi kode, mau tidak mau Rania harus memutar kepalanya untuk mencari tahu apa yang dilihat dan menjadi alasan Adam di toko donat selain membeli donat. Beberapa meter dari meja mereka, Rania dapat melihat sepasang remaja yang sedang makan donat juga, sama seperti pelanggan yang lain. Kalau dilihat dari luar, sepertinya hubungan mereka sangat dekat.

Dengan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang